Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Lin Che Wei pernah mendapatkan Tasrif Award dari Aliansi Jurnalis Independen.
Kerap melibatkan IRAI sebagai lembaga konsultan.
Mengklaim tak menerima upah dari negara.
TAK tampak aktivitas apa pun di kantor Independent Research and Advisory Indonesia atau IRAI yang didirikan Lin Che Wei di Jalan Cikini Raya Nomor 3, Jakarta Pusat, pada Jumat siang, 20 Mei lalu. Pintu kantor terkunci. Tidak ada orang yang keluar saat Tempo mengetuk pintu atau memencet bel yang ada di samping pintu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari kaca pintu terlihat ruang lobi dan meja penerima tamu yang kosong. “Sekarang sedang tidak ada orang. Semua kerja dari rumah,” ujar Zaki, petugas keamanan kantor IRAI.
Kantor IRAI mendapat sorotan setelah Kejaksaan Agung menetapkan Direktur Utama IRAI Lin Che Wei alias Weibinanto Halimdjati sebagai tersangka korupsi minyak goreng pada Selasa, 17 Mei lalu. Setelah menahan Lin Che Wei, Kejaksaan Agung memeriksa satu per persatu peneliti IRAI. “Status dia di Kementerian Perdagangan tidak jelas sebagai apa, tapi dia dilibatkan dalam setiap rapat penting,” ucap Jaksa Agung Muda Pidana Khusus pada Kejaksaan Agung, Febrie Adriansyah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak Januari lalu, Lin Che Wei, 53 tahun, mendampingi Kementerian Perdagangan dalam merumuskan aturan tata niaga minyak goreng. Dua orang dekat Lin Che Wei mengatakan tugas itu diterima tanpa menerima upah. Ia lebih sering mendapatkan proyek sebagai konsultan dari pengusaha atau perusahaan.
Keduanya mengklaim Lin Che Wei biasa bekerja secara pro bono untuk riset dan pendampingan perumusan strategi kebijakan di lembaga pemerintah. “Dia kadang seperti merak, lebih mengejar kebanggaan,” kata sumber tersebut.
Nama Lin Che Wei mulai muncul pada 2003. Dia waktu itu dikenal sebagai ahli pasar modal. Saat itu ia pernah mempersoalkan salah satu grup perusahaan ternama yang dituding menggoreng saham salah satu bank yang berujung kerugian pemerintah. Ekonom lulusan Universitas Trisakti dan National University of Singapore tersebut malah digugat dengan tuduhan pencemaran nama.
Atas keberanian itu, dia dianugerahi Tasrif Award oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Ini adalah penghargaan tahunan dari AJI terhadap sosok yang dianggap gigih memperjuangkan kebebasan pers, kebebasan berekspresi, serta nilai keadilan dan demokrasi.
Sejak saat itu kariernya makin moncer. Pada 2005, Lin Che Wei menjadi Presiden Direktur PT Danareksa (Persero). Dia juga sempat menjadi pemimpin di Sampoerna Foundation.
Lin Che Wei juga dekat dengan sejumlah menteri di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dia pernah menjadi anggota staf khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara Sugiharto dan anggota staf khusus Menteri Koordinator Perekonomian Aburizal Bakrie.
Pada 2014, Lin Che Wei menjadi anggota tim asistensi kebijakan Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil. “Tugas dia memberikan pendapat terhadap berbagai kebijakan. Terutama dukungan data, kajian literatur, dan analisis,” ujar Sofyan pada Jumat, 20 Mei lalu.
Lin Che Wei selalu melibatkan IRAI, lembaga yang ia bentuk pada 2003, untuk mendukung perannya di tim asistensi. “Dia didukung tim IRAI yang sangat kuat dalam hal data dan analisis,” kata Sofyan, kini Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional.
Ketika Darmin Nasution menggantikan Sofyan pada 2015, Lin Che Wei tetap dipercaya di tim asistensi kementerian tersebut hingga 2019. Pada periode ini, Lin Che Wei terlibat dalam perumusan sejumlah kebijakan strategis, di antaranya pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau BPDPKS.
Baca: Sejarah BPDPKS
Posisinya tetap bertahan saat Presiden Joko Widodo menunjuk Airlangga Hartarto sebagai Menteri Koordinator Perekonomian. Tapi dia dicopot sejak kasus minyak goreng menyeruak. “Terhitung akhir Maret 2022 sudah tidak memegang jabatan tersebut,” ujar juru bicara Kementerian Koordinator Perekonomian, Alia Karenina, pada 17 Mei lalu.
AJI berencana menarik Tasrif Award dari Lin Che Wei. Ketua Umum AJI Sasmito Madrim mengatakan penghargaan tersebut diberikan sesuai dengan kiprah Lin Che Wei kala itu. “Jika pengadilan menyatakan Lin Che Wei terbukti bersalah, penghargaan akan kami cabut,” ucap Sasmito.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Merak Terpeleset Minyak"