Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Proposal Dahulu Relawan Kemudian

Teman Ahok didirikan sejumlah orang yang terafiliasi dengan konsultan politik Cyrus Network. Dirancang Hasan Nasbi dan Sunny Tanuwidjaja.

20 Juni 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AMIR Maulana memilih mengajak Tempo duduk di tenda satuan pengamanan Kompleks Graha Pejaten pada Kamis pekan lalu. Saat itu, Tempo hendak meminta konfirmasi pemberitaan tentang adanya aliran dana pengembang melalui Cyrus Network ke Teman Ahok. Dia memperkenalkan diri sebagai Direktur Operasional Cyrus Network. Tanpa tedeng aling-aling, Amir berkata, "Kami lagi siapkan berkas tuntutan buat Tempo. Daripada ikut-ikutan, mending balik aja."

Sepuluh menit berselang, Chief Executive Officer Cyrus Network Hasan Nasbi datang menggunakan taksi. Saat mengetahui wartawan yang dia ajak berbicara berasal dari Tempo, Hasan memilih melambaikan tangan. "Saya enggak mau, sama media lain mau," ujarnya sembari masuk ke kantornya. Amir pun mengintil Hasan.

Di gedung sebelah, tempat Teman Ahok bermarkas, setali tiga uang. Salah satu pendiri Teman Ahok, Richard Saerang, sempat ke luar ruangan. "Lagi sibuk," kata Richard menolak permintaan wawancara. Pendiri lain, Singgih Widyastono, memilih menjawab lewat pesan WhatsApp. "Pertanyaan seputar tudingan sudah saya jawab kemarin," ujarnya.

Hari itu, Teman Ahok seharusnya berulang tahun pertama. Lima anak muda, yakni Amalia Ayuningtyas, Muhammad Fathony, Richard Handris Purwasaputra, Aditya Yogi Prabowo, dan Singgih Widyastono, mendirikan Perkumpulan Teman Ahok. Organisasi ini didirikan karena Gubernur Basuki Tjahaja Purnama sedang ribut dengan politikus Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta saat membahas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2015. "Ahok tak memiliki partai, kami bikinlah Teman Ahok," kata Singgih.

Target sejuta dukungan hampir terpenuhi setelah Teman Ahok bergerak setahun. Hingga Kamis pekan lalu, tinggal 9.677 fotokopi kartu tanda penduduk yang diperlukan untuk mencapai target. Di berbagai akun media sosial, Teman Ahok mengajak pendukungnya menghitung mundur perolehan fotokopi KTP. Padahal jumlah dukungan yang telah dikumpulkan jauh di atas syarat pengajuan calon perseorangan, yaitu 532 ribu surat dukungan.

Di tengah kabar baik tersebut, hantaman datang dari Kompleks Parlemen, Senayan. Saat rapat bersama Komisi Pemberantasan Korupsi, anggota Komisi Hukum DPR, Junimart Girsang, membeberkan informasi tentang adanya dana Rp 30 miliar ke Teman Ahok. Junimart menerima informasi duit pengembang reklamasi itu diberikan melalui anggota staf khusus Gubernur Basuki, Sunny Tanuwidjaja. "Saya tak tahu apakah KPK sudah memeriksa soal ini," ujar politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.

Juru bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas, menyebut tudingan tentang aliran dana pengembang sebagai hadiah ulang tahun lembaga yang dia dirikan. "Kami mengutuk dan memikirkan langkah selanjutnya bersama tim," kata Amalia.

Menurut mantan Managing Director Cyrus Network Andreas Bertoni-saat diperiksa penyelidik KPK pada 15 April lalu-Teman Ahok didesain Cyrus Network bersama anggota staf khusus Basuki, Sunny Tanuwidjaja. Menurut dia, Cyrus menyiapkan proposal dengan nilai Rp 24 miliar. Belakangan, angka di proposal melonjak menjadi Rp 30 miliar. "Targetnya satu juta dukungan untuk Ahok," ujarnya.

Hasan Nasbi mengakui adanya proposal yang dibuat bekas karyawannya itu. Hanya, proposal tersebut dibuat atas inisiatif pribadi sehingga tak pernah menggunakan logo dan format Cyrus Network. Tujuannya adalah menunjukkan dedikasi karena berstatus pegawai baru di kantornya. "Mungkin di atas Rp 20 miliar yang dia bikin," kata Hasan.

Di luar urusan proposal, Hasan menyebutkan memang pernah ada rencana bersama Sunny soal pemilihan kepala daerah DKI pada 2017. Salah satunya, apakah Basuki perlu didampingi konsultan politik ketika maju menjadi calon gubernur. Pertimbangan saat itu, bakal ada biaya pemenangan jika memakai konsultan. "Tapi hasilnya enggak ada," ujarnya. Sunny mengaku tak tahu-menahu tentang pembiayaan Teman Ahok.

Meskipun Hasan mengklaim proposal tak jalan, angan-angan menggalang dukungan untuk Basuki tetap berlanjut. Hasan menuturkan, jaringan Teman Ahok merupakan kelanjutan Relawan Jakarta Baru saat pemenangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama. Ketika itu, Cyrus merekrut 15 ribu orang untuk mengawal pasangan ini, sesuai dengan jumlah tempat pemungutan suara di Jakarta.

Di komunitas relawan inilah Hasan bertemu dengan para pendiri Teman Ahok. Sang juru bicara, Amalia Ayuningtyas, saat pemilihan kepala daerah DKI pada 2012 masih kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Belakangan, Amalia sempat magang di Cyrus Network, sejak Juni 2013 hingga Oktober 2014. "Setelah itu, dia ke Kontan," kata Hasan.

Salah satu pendiri Teman Ahok, Aditya Yogi Prabowo, pun masih memiliki kaitan dengan Basuki. Dia sempat bekerja di bawah anggota staf khusus Basuki, Michael Sianipar, yang bertugas membuat pertemuan sosialisasi agenda pemerintah, seperti Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar. Saat Jokowi dan Basuki terpilih, Aditya menjadi koordinator wilayah untuk Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.

Hasan mengerahkan sumber dayanya di Cyrus Network. Dia, misalnya, menugasi seorang anak buahnya, Yustian F.M., melatih anggota Teman Ahok membuat strategi kampanye, membangun citra di depan publik, hingga melakukan pemasaran melalui jejaring sosial. Saat pemilihan presiden, Yustian menjadi koordinator Laskar Biji Kopi alias Laskar Barisan Jiwa Kotak-kotak Putih.

Hasan juga memfasilitasi Teman Ahok menggunakan salah satu gedung yang dia sewa, yang lokasinya bersisian dengan kantor Cyrus. Karena itulah letak markas Teman Ahok dan Cyrus bersebelahan. Menurut Hasan, rumah yang dia pinjamkan itu merupakan gudang penyimpanan logistik saat pemilihan presiden. "Daripada tak dipakai," ujarnya.

Selain itu, Hasan memberi dana tunai Rp 500 juta. Meskipun dana itu disebut saweran, Hasan tak bersedia menyebut koleganya yang ikut menyumbang. Dalam laporan keuangan per Juni 2015, sumbangan Hasan dicatat sebagai penerimaan pihak ketiga. Menurut Singgih, dana ini digunakan untuk persiapan awal ke lapangan, seperti pencetakan formulir dukungan dan pembuatan merchandise.

Beres dengan urusan teknis, Teman Ahok mengajukan permohonan pendirian stan di sepuluh pusat belanja. Namun tak ada satu pun yang menyambut keinginan ini. Sebagian pengelola khawatir terhadap adanya kegiatan politik. Pusat belanja pertama yang menyambut adalah Emporium Pluit, milik Agung Podomoro, yang kini tersangkut suap reklamasi Teluk Jakarta. "Ahok sering menonton film di sana," kata Amalia.

Amalia menuturkan, sewa stan menjadi komponen pembiayaan mereka. Rata-rata setiap bulan Teman Ahok membuka 10 stan di pusat belanja. Pada Agustus-November 2015, biaya yang dihabiskan untuk komponen ini Rp 129-159 juta per bulan. Angka ini turun drastis pada Desember 2015, yakni Rp 59 juta. Komponen terbesar justru ada pada mata anggaran utang jangka pendek.

Nilai sewa yang dibayarkan Teman Ahok jauh di bawah rata-rata harga pasar. Di Kuningan City saja, biaya sewa stan seluas 12 meter persegi Rp 15-20 juta per pekan. Di Cilandak, harganya mencapai Rp 5 juta per hari. Soal rendahnya angka ini, Amalia menjelaskan, "Kami mendapatkan banyak diskon."

Singgih mengatakan keuangan Teman Ahok bisa dipertanggungjawabkan dan diaudit. Mereka juga transparan dengan mengunggah laporan di laman resmi Teman Ahok. Hingga dua pekan lalu, laporan keuangan Teman Ahok sempat berhenti di Agustus 2015. Pertanggungjawaban keuangan sejak September hingga Desember 2015 baru diunggah secara bersamaan pada Selasa malam pekan lalu, sesaat sebelum hiruk-pikuk polemik dana reklamasi.

Wayan Agus Purnomo, Anton Aprianto, Devy Ernis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus