Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Depok - Proyek pembongkaran dan pembangunan ulang Jembatan Mampang di Jalan Raya Sawangan, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, mengakibatkan dinding Masjid Al Istiqomah retak dan lantainya ambles.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dewan Kemakmuran Masjid atau DKM Al Istiqomah mengungkapnya lewat pengeras suara saat wartawan datang untuk reportase mangkraknya proyek Jembatan Mampang tersebut, Kamis 4 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti yang dituturkan DKM Al Istiqomah, Mujti, 58 tahun, ia mengaku kasihan dengan masyarakat dan pengendara yang terdampak dari pembangunan Jembatan Mampang. "Ini sudah lambat, itu satu," kata Mujti.
Kedua, menurut dia, masjid terdampak getaran alat berat yang bekerja untuk Proyek Jembatan Mampang sehingga lantainya ambles. "Ini masjid melesek, turun 2 sentian (sentimeter)," tutur Mujti sambil menunjukkan lantai yang sedang diperbaiki juga dinding yang retak.
Waktu kerja proyek tersebut dinilai Mujti serampangan karena pekerja aktif mulai pukul 16.00 WIB. Seharusnya, menurut dia, dimulai pukul 08.00 WIB. "Lagi kering (tidak hujan) enggak dikerjain, lagi banjir dikerjain," katanya.
Tak berhenti di sana. Mutji juga mengkritik cara kerja proyek yang disebutnya bolak balik ganti mandor sehingga tak selesai sejak dimulai pada 26 Oktober lalu. Proyek dari APBD senilai Rp 4,9 miliar ini sejatinya sudah finis akhir Desember lalu.
"Malah yang belum selesai itu sudah dibongkar, maksudnya kalau belum itu selesai ya jangan dibongkar dulu, bakat (buat) kepentingan umum, jalan masyarakat. Masyarakat yang mau ibadah ke masjid, trotoar itu dibongkar."
Mujti berpendapat trotoar jangan dibongkar kalau jembatan belum rampung. "Akhirnya yang disalahin masjid, macet gara-gara masjid, banjir gara-gara masjid," katanya.
Lokasi proyek revitalisasi Jembatan Mampang di Jalan Raya Sawangan, Kecamatan Pancoran Mas, Depok, Kamis, 4 Januari 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Padahal, menurut Mujti, yang menyebabkan banjir adalah jembatan terlalu rendah, beserta dengan jaringan pipa PDAM dan kabel PLN yang ada. Jika ditinggikan, kata dia, "Itu sampah-sampah yang kanyut (terbawa aliran air) tidak akan mentok (tersangkut) di situ, dia langsung aja."
Mutji menyatakan tidak mempermasalahkan ada pembangunan jembatan. Tetapi, harapannya, jangan sampai mengganggu masyarakat dan malah masjid yang disalahkan terus adanya banjir atau macet. "Masjid ini ada dari 1828, lama kan," ucap Mujti.
Ia juga menilai pengerjaan Jembatan Mampang tidak efisien, karena baru mulai sekitar pukul 16.00 WIB. "Kayaknya main-main ini pekerjaannya," ujarnya.
Bahkan, lanjut Mujti, pengawas atau penanggung jawab proyek (mandor) beberapa kali ganti orang.
"Ganti lagi, ganti lagi mandornya, ya mau selesai gimana," geramnya.