Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUMALINDO Lestari Jaya bukan perusahaan sembarangan. Sampai tahun ini, perusahaan terbuka ini tercatat sebagai salah satu pemilik hutan tanaman industri dan pemegang hak pengusahaan hutan terbesar di negeri ini. Total mereka menguasai lebih dari 840 ribu hektare hutan alam dan 73 ribu hektare hutan tanaman industri (HTI).
Kapasitas produksi Sumalindo juga tak main-main. Mereka bisa memproduksi kayu lapis 1,1 juta meter kubik per tahun. Produknya menguasai lebih dari 30 persen pasar Indonesia. Di tingkat dunia, perusahaan ini bahkan termasuk lima besar produsen kayu. Jejaring bisnis mereka menggurita dari hulu sampai hilir.
Sayangnya, dalam tiga tahun terakhir, Sumalindo terus-menerus merugi. Krisis finansial global memaksa industri properti bertekuk lutut dan mendorong bisnis kayu lapis ke tubir jurang. Meski sudah menjual anak perusahaannya, Sumalindo Hutani Jaya, dan memperoleh pinjaman, belitan utang makin menggila. Pada Maret lalu, Sumalindo memutuskan kembali melakukan penawaran saham untuk meraup dana segar lebih dari Rp 120 miliar dari pasar modal.
Ada satu hal yang membuat Sumalindo tetap diincar meski dililit utang dan harga sahamnya terjun bebas dari Rp 4.800 pada 2007 menjadi sekitar Rp 150 saat ini. Sejumlah sumber Tempo menyebutkan ada kandungan batu bara berkalori tinggi di bawah lahan hutan yang dikuasai Sumalindo.
Pemilik Sumalindo adalah kongsi dua konglomerat: keluarga Sampoerna dan keluarga Sunarko. Sejak 1980-an, keluarga Sunarko sudah malang-melintang di bisnis kayu dengan bendera Hasko Group dan PT Buana Semesta Alam. Sedangkan Sampoerna baru masuk ke industri hutan tiga tahun lalu, lewat pembelian saham Samko Timber di bursa Singapura.
Belakangan baru ketahuan bahwa Sumalindo juga memiliki hubungan dengan salah satu kerabat keluarga Nyonya Ani Yudhoyono. Kakak tertua Ani, Wijiasih Cahyasasi, mewarisi kepemilikan saham orang tuanya di bisnis kayu ini. Pada September lalu, ia diangkat menjadi presiden komisaris perusahaan itu.
Wahyu Dhyatmika (Jakarta), Firman Hidayat (Kutai Kartanegara)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo