DIAM ternyata tak selamanya emas, tapi bisa pertanda bencana. Contohnya, ketika Sudaryati yang biasanya lincah berubah pendiam. Aksi bisu gadis 14 tahun warga Desa Sukoharjo, di Kecamatan Sukoharjo, Lampung Selatan itu membuat ayahnya, Sarwan, curiga. Tambahan pula ia tak mau sekolah. Sampai akhirnya muncul sepotong nama dari mulut anak itu: "Prapto." Ia ini tidak lain adalah pemuda tanggung di sebelah rumahnya. "Ia menodai saya," katanya. Itu terjadi di suatu malam, awal April lalu. Sepulang sendirian dari bioskop yang tidak jauh dari rumahnya, Yati berpapasan dengan Prapto dan mau diajak kencan. Mereka memang sudah lama menjalin cinta. Tidak diceritakannya di mana mereka beraksi, tapi seusai Prapto lalu muncul seorang kawannya, dan minta bagian. Yati tak berdaya menolak, konon, karena malu dipergoki. Tetapi kemudian datang lagi yang lainnya, sampai enam orang. Mendengar itu, Sarwan, 38 tahun, hanya mengadu ke kepala desa, Sujadi. "Ia hanya minta salah seorang pemuda itu menikahi anaknya untuk menutupi aib keluarga," cerita Sujadi kepada Kolam Pandia dari TEMPO. Sujadi lalu melakukan musyawarah panjang dengan pihak orang tua serta ketujuh pemuda tanggung tadi. Menjelang final, kepala desa itu masih memberi kesempatan siapa di antara mereka yang bersedia mengawini Yati. "Tak manusiawi kalau sampai diundi," kata Sujadi. Ketika sidang diskors, tibatiba Prapto, 16 tahun, menyatakan bersedia. "Tapi saya tak punya biaya," katanya. Maka akhirnya mereka sepakat: Prapto menikahi Yati, sementara enam konconya ikut iuran masing-masing Rp 20 ribu untuk biaya perkawinan. Pestanya dilangsungkan 11 April lalu. Selain itu perjanjian juga dibuat, biayanya bakal mereka tanggung sama rata jika kelak Yati melahirkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini