Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Zebra ala surabaya

Ir.pujianto, direktur zebra taxi memberi hadiah tabanas rp 100 ribu untuk bayi-bayi yang lahir di dalam taxinya. beberapa bayi diberi nama berbau zebra.

2 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ZEBRA di Surabaya diam-diam punya bayi rata-rata enam setahun. Cuma jangan salah paham, yang namanya Zebra adalah taksi kota, dan yang punya bayi, ya, penumpang yang hamil besar dan bayinya telanjur mbrojol di dalam taksi dalam perjalanan ke rumah sakit. Untuk mengenang kelahiran di taksi itu, bayi perempuan keluarga Ruslantoro diberi nama Rossy Zebritania. "Mau saya beri Zebra, kan nggak pantas," kata Ruslantoro, 46 tahun. Menurut pegawai pabrik sepatu di Surabaya itu, setelah kelahiran anaknya yang keempat ini ia menjalani tubektomi, karena tak tega melihat istrinya yang berusia 37 tahun melahirkan lagi. Belum diketahui pastinya berapa anak yang punya nama berbau zebra, tapi yang jelas selain Rossy Zebritania ada empat lagi bayi digendong orangtuanya ke rumah makan "Taman Sari" Surabaya, 16 April lalu, dan semua menyandang nama Zebri. Yaitu, Diah Fitri Zebrina, Zebri Permata Sari, Zebri Halimiyatun, dan Amelia Sabrina Susanto. Para zebri mungil ini menghadiri halal bihalal bersama sopir taksi dan pengelola usaha taksi tersebut. Dan di hari baik bulan baik ini Ir. Pujianto selaku direktur Zebra Taksi menghadiahi mereka Tabanas masing-masing Rp 100 ribu. "Ini salah satu layanan kami kepada masyarakat," katanya kepada Zed Abidien dari TEMPO. Menurut Pujianto, sejak 1987 sampai akhir tahun lampau sudah 27 bayi yang lahir dalam taksi Zebra. Dan sejauh ini memang tak semua bayi yang terlahir dalam taksi itu lantas menyandang nama serupa. Namun, mereka tetap beruntung kebagian Tabanas dari Zebra Taksi. Misalnya, anak perempuan Ali Aziz dan Rifatul Ifadah, yang lahir di taksi bulan Maret tahun lalu, diberi nama Nobel Danial Muhammad. Kok, tak ada zebranya? "Masa, saya beri nama seperti binatang," kata Ali yang dosen Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel itu. Menarik dicatat, dari semua ibu yang melahirkan anak di taksi tersebut, ternyata tak seorang pun yang ingin anaknya menjadi sopir taksi -- meski mereka tahu persis betapa bergunanya sopir taksi itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus