Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Sisi benny yang mulai dikenal

Jakarta : yayasan kejuangan panglima besar sudirman, 1992. resensi oleh : susanto pudjomartono.

2 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENEGAKKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA, PANDANGAN DAN UCAPAN JENDERAL (PURN) L.B. MOERDANI (1988-1991) SETELAH lepas dari jabatan Panglima ABRI dan menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan sejak 1988, Jenderal L.B. Moerdani sangat membatasi penampilannya di depan umum. Tampaknya ia sangat sadar bahwa jabatan dan perannya telah berganti. Benar, ia hadir dalam beberapa acara yang kelihatannya "kurang cocok" dengan jabatannya, misalnya diskusi mengenai perfilman nasional. Namun, di mana pun ucapan-ucapannya tetap mempunyai napas yang sama: bermaksud membina wawasan kebangsaan, yang memang sesuai dengan semangat ABRI dan tugasnya sebagai Menteri Hankam. Meski telah membatasi diri begitu rupa, entah karena apa, nama Benny Moerdani masih saja sering muncul di mana-mana, termasuk dalam bermacam isu, desas-desus, atau kabar burung, dari yang masuk akal sampai yang susah dicerna nalar. Ada yang bilang hal itu karena "pembawaan" Benny Moerdani yang bekas "orang intel". Ada juga yang menduga itu disebabkan pengaruhnya yang masih besar, meski ia kini telah pensiun sebagai jenderal. Bagaimana pun itu menunjukkan betapa besar perhatian orang pada sosok Jenderal Benny. Ia memang pribadi yang menarik. Setelah ia tak lagi menjabat Panglima ABRI, banyak sisi dirinya yang sebelumnya kurang dikenal mulai tampak. Misalnya, pada saat Sidang Umum MPR 1988, banyak koran mengutip guyonannya, yang agaknya dikira tak mungkin muncul dari seorang Benny Moerdani. Orang mulai tahu bahwa ia sesungguhnya pribadi yang hangat dan penuh humor. Maka, sebuah tahap "pemahaman" baru terhadap pribadi Benny Moerdani pun mulai. Orang pun mulai terbiasa dengan ucapan-ucapan Benny yang bernapaskan wawasan kebangsaan, yang menunjukkan kualitasnya sebagai seorang negarawan. Kutipan dan penggalan ucapan-ucapan itulah yang kini dikumpulkan dalam buku ini. Disajikan bagi generasi muda bangsa Indonesia, terutama prajurit generasi muda ABRI. Untaian mutiara ini (begitu Laksda TNI (Purn) F.M. Parapat, penanggung jawab buku ini menyebut) ditujukan "untuk membangkitkan motivasi kejuangan dan pengabdiannya bagi kejayaan, persatuan dan kesatuan bangsa dan negara". Sebab, pengabdian dan pikiran Jenderal Benny dianggap patut dijadikan suri tauladan bagi mereka. Dua buah tulisan pendek mengawali kumpulan ucapan ini. Yang pertama, tulisan Jenderal Benny yang berjudul "Untuk Bangsa dan Negara", berisi kisahnya sejak diangkat menjadi Panglima ABRI dan kemudian menjadi menteri Hankam. Tulisan ini sebenarnya sudah dimuat dalam buku Di Antara Para Sahabat, Pak Harto 70 tahun, yang merupakan salah satu buku dalam seri biografi Presiden Soeharto. Tulisan kedua: "Untuk Generasi Penerus", berupa pidato Jenderal Benny di depan para taruna Akademi Militer Magelang pada 19 Desember 1988, pada hari Wisuda Purnawira Perwira Tinggi TNI-AD -- ia sendiri salah satu yang diwisuda. Sisa isi buku, hampir 200 halaman, itulah yang berisi kutipan ucapan-ucapan Menteri Moerdani, yang diucapkan selama 1988-1991 pada berbagai acara. Kutipan-kutipan itu, entah mengapa, disusun menurut abjad, bukan permasalahan pokok. Demikianlah ada judul "Gelombang Ketiga Revolusi Dunia" bersebelahan dengan "Gerakan Pramuka", dan "Globalisasi". Buat yang terbiasa dengan pembagian berdasarkan permasalahan, sistem yang dipakai dalam buku ini agak membingungkan. Mengapa semua permasalahan yang menyangkut ABRI tak ditaruh di bawah judul "ABRI". Misalnya, apakah itu mengenai dwifungsi, dinamisasi, atau musuh ABRI. Jelas cara itu akan lebih memudahkan orang mencari kutipan atas masalah yang ingin diketahuinya. Dengan membaca kutipan-kutipan ini saja, tampaknya juga sulit tergambar gagasan dan konsep besar Jenderal Benny. Dengan dilepaskan dari konteks keseluruhan sambutan atau pidatonya, petikan ucapan ini juga berkurang bobot keseluruhannya. Mungkin yang terpilih dalam buku ini memang bagian yang paling berharga dari suatu sambutan, tapi "roh"nya dan gregetnya lantas terasa hilang. Yang juga belum bisa tergambar dari buku ini adalah sosok utuh manusia L.B. Moerdani. Padahal, jika pembaca buku ini diharapkan bisa terbangkit motivasi kejuangan dan pengabdiannya, uraian tentang riwayat hidup dan perjuangan Jenderal Benny amat perlu diketahui. Riwayat Benny sangat menarik. Ia merupakan Asisten Intelijen ABRI pertama yang menjabat Panglima ABRI. Ia juga jenderal berbintang empat pertama dalam sejarah Orde Baru yang pangkat jenderalnya dipasang sendiri oleh Presiden Soeharto. Langkah-langkahnya sebagai Panglima ABRI dinilai tegas, berani, dan melihat jauh ke depan. Amat sayang sekali bila hal-hal semacam itu tak diketahui generasi muda ABRI. Betapa pun, terbitnya buku ini perlu disambut gembira dan dipuji. Namun, tampaknya buku biografi tentang Jenderal Benny sudah saatnya untuk diterbitkan. Susanto Pudjomartono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus