Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suporter sepak bola tak lagi didominasi laki-laki. Sudah banyak perempuan yang ikut meramaikan stadion. Satu dari sekian suporter perempuan itu adalah Risna Juliawati. Mojang asal Bandung ini mengidolakan Persib sejak kecil. Ia tak pernah absen menyaksikan Maung Bandung—julukan Persib—berlaga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kecintaannya pada tim Pangeran Biru ini mendorong Nanna—sapaan akrab Risna—bergabung dengan Viking Girls lima tahun lalu. “Biar ada wadah buat nonton bareng di stadion karena seru dan lebih aman,” kata Nanna kepada Tempo, Rabu, 12 Oktober lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kini, sejak awal tahun ini, Nanna memegang tongkat kepemimpinan kelompok suporter perempuan tersebut. Ia resmi dilantik menjadi ketua baru menggantikan Triana Pudjiastuti. Berinduk pada Viking Persib Club (VPC), Viking Girls kini beranggotakan 200 orang, yang berasal dari seluruh penjuru negeri. Bahkan ada yang dari luar negeri, seperti Taiwan dan Jerman.
Nanna mengatakan nonton bareng di stadion punya banyak sisi positif. Selain mendukung klub kesayangan, hal itu bisa menjadi ajang silaturahmi dengan teman-teman, baik yang sedaerah maupun dari luar kota. Namun Nanna pernah mengalami pengalaman tak menyenangkan: menjadi korban pelecehan seksual, seperti catcalling dan disentuh bagian tubuhnya. Peristiwa itu terjadi ketika Viking Girls tidak menempati area tribun yang menjadi home base mereka.
Saat insiden itu terjadi, Nanna tak berdiam diri. Ia berteriak, lalu anggota Viking lainnya sigap membantu dan melindungi. Peristiwa serupa dialami anggota Viking Girls lainnya baru-baru ini ketika hendak menyaksikan laga Persib melawan Persebaya Surabaya. Nanna dan anggotanya kemudian berinisiatif membuat kampanye “Stop Pelecehan Seksual di Stadion”.
Viking Girls. Dok. Pribadi
Salah satu upaya Nanna adalah meminta panitia pelaksana menyediakan gerbang khusus perempuan. Dia juga meminta keberadaan polisi atau petugas pengamanan wanita. Perjuangan itu pun membuahkan hasil. Dalam laga Persib melawan Madura United, tersedia gate khusus penonton perempuan di stadion. Pemeriksaan tubuh juga dilakukan oleh polwan. “Alhamdulillah, sekarang sudah aman,” ujar Nanna.
Sayangnya, Nanna menilai aturan serupa belum sepenuhnya diterapkan di stadion lain, khususnya di luar Bandung. Sebagai contoh, saat menonton pertandingan di Sleman, Yogyakarta, suporter pria dan perempuan berdesakan masuk ke stadion. Nanna melindungi para suporter perempuan itu dengan menyuruh mereka bergabung dengan rombongan Viking Girls. Nanna khawatir terjadi pelecehan jika mereka terus berdesakan dengan laki-laki. “Biar gimana caranya, perempuan harus mendapat rasa aman dan nyaman. Jangan sampai menjadi korban pelecehan.”
Tak hanya itu, suporter perempuan yang menonton di stadion juga belum terlepas dari stigma. Pengalaman Nanna, ia dianggap menghamburkan uang. Ada juga temannya yang menyarankan Nanna agar sebaiknya berdiam di rumah. Beruntung, Nanna punya keluarga yang suportif. Orang tuanya mendukung apa pun pilihan dia. Nanna mengatakan menonton sepak bola tak bedanya seperti hobi yang dimiliki orang lain.
Selain Nanna, ada Nia yang tak kalah militan mendukung klub bola kesayangan. Berawal dari kakak sepupunya yang punya hobi menonton sepak bola di televisi, Nia pun tertarik menjadi anggota Jak Angel, kelompok perempuan pendukung Persija Jakarta. Saat itu, Nia duduk di bangku sekolah menengah atas. Ia pun membuat kartu tanda anggota Jak Angel di outlet depan sekolahnya dan mulai menonton langsung ke stadion sekitar 2010.
Saat menonton secara langsung, Nia merasakan suasana seru. Ia pun bisa menambah relasi dan teman baru. Nia menuturkan Jak Angel memiliki tribun khusus di Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Namun Nia belum sempat merasakan tribun tersebut karena lebih sering menonton di tribun umum, tempat laki-laki dan perempuan dapat bebas duduk bersebelahan. “Nonton-nya di tribun gabungan saja,” tutur Nia.
Jakangel. TWITTER/ @Persija_Jkt
Meski demikian, Nia tidak pernah mengalami kejadian tak senonoh selama menonton. Sebaliknya, ia justru mendapat perlakuan khusus ketika antre masuk ke stadion karena tengah mengandung. “Orang-orang bilang, ‘Awas dulu, awas dulu. Ibu hamil, nih’,” kata Nia.
Nia mengatakan Jakmania terus memberikan kenyamanan bagi Jak Angel yang menonton di stadion. Mereka menyediakan tribun khusus perempuan dan anak serta terus mengkampanyekan tribun tanpa asap. Sebab, banyak anak juga ikut menonton di stadion.
Ketua Umum The Jakmania, Diky Soemarno, mengatakan tribun ramah anak dan tanpa asap sudah dikampanyekan sejak 2-3 tahun lalu. Program itu dibuat agar perempuan dan anak merasa aman dan nyaman menonton pertandingan di stadion. “Tribun tanpa asap bukan hanya asap flare dan smoke bomb, tapi juga rokok. Kita mau anak-anak yang nonton ke stadion merasa nyaman,” ucap Diky.
Menurut dia, sebanyak 30-40 persen Jakmania yang hadir di stadion selalu membawa istri dan anaknya. Di samping itu, kelompok suporter klub Ibu Kota mengkampanyekan anti-seksisme. Diky menilai bahwa sepak bola merupakan olahraga semua gender. “Ini punya cowok dan cewek, tanpa umur juga. Anak kecil, orang dewasa, kakek-nenek, silakan nonton bola selama mereka mau dukung Persija.”
VHINA NOVIYANTI (MAGANG) | FRISKI RIANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo