PENAKLUKAN benteng Dien Bien Phu oleh Tentara Rakyat Vietnam merupakan puncak Perang Pembebasan Vietnam dari Prancis dan Amerika Serikat. Kemenangan itu membawa perubahan besar dalam situasi militer dan politik di Indocina. Itulah yang mengantar Ho Chi Minh -- Ketua Partai dan pemimpin rakyat Vietnam ke Konperensi Jenewa dan menghasilkan perdamaian di Indocina. Dalam koperensi itu Prancis dan Amerika Serikat terpaksa mengakui kedaulatan wilayah Vietnam, Kamboja, dan Laos sebagai negara merdeka. Sukses tentara kulit "sawo matang" menggebrak "kulit putih" itu tak lepas dari keberhasilan Jenderal Vo Nguyen Giap. Panglima Besar Tentara Rakyat Vietnam itu memimpin operasi Serangan Musim Dingin 1953-Musim Semi 1954 itu, hingga pusat pertahanan Prancis dan AS di benteng Dien Bien Phu ludas. Dalam tulisan yang berjudul Dien Bien Phu yang terbit 1958 bertepatan dengan Hari Ulang Tahun IV Kemenangan Dien Bien Phu -- Nguyen Giap menuturkan peristiwa heroik itu. Berikut ini nukilannya: Musim dingin tahun 1950 membawa perubahan baru dalam situasi militer di Vietnam. Setelah mencapai kemenangan besar di berbagai front selama Perang Perbatasan (sepanjang perbatasan Vietnam-Cina), pasukan kita segera menggelar Serangan Daerah Pedalaman, Serangan Jalan Nomor 18, Serangan Ha Nam-Nam, dan Dihn Binh. Lalu sejak musim dingin 1951 hingga musim semi 1952 kita menyerbu Hoa Bihn. Tahun itu juga kita berhasil mengusir musuh dari wilayah barat laut Vietnam Utara. Dalam serangan-serangan itu ratusan ribu tentara musuh kita lumpuhkan dan daerah-daerah yang dahulu mereka duduki jadi bebas. Antara lain, wilayah pegunungan di Vietnam Utara, provinsi-provinsi penting di perbatasan antara Vietnam-Cina, Cao Bang, Lan Son, Lao Cai, sebagian besar wilayah lembah Sungai Merah sampai ke perbatasan Vietnam-Laos, dan lain-lain. Seluruhnya di Vietnam Utara. Praktis mulai musim dingin 1950 pasukan kita berjaya di Vietnam Utara. Kita berhasil memaksa musuh dalam posisi bertahan. Berkali-kali Pemerintah Prancis mengganti komandan-komandan Korps Ekspedisinya. Bahkan sesudah Serangan Perbatasan yang sukses itu, Prancis mengirim jenderalnya yang terkenal: de Lattre de Tassigny. Dia pernah mencoba merebut kembali Hoa Binh. Tetapi, Lattre gagal total. Jenderal Salan, penggantinya, juga harus menyaksikan kekalahan-kekalahan besar di belahan barat laut dan front Laos Atas. Namun, imperialis belum hengkang. Dalam situasi kritis itu, Prancis mencari dukungan Amerika Serikat yang intervensinya ke Indocina makin menjadi-jadi meski sedang menghadapi Perang Korea. Untuk membantu Prancis, akhirnya Amerika menyetujui gencatan senjata di Korea. Sementara itu, Prancis mengirim Jenderal Navarre untuk memperpanjang imperialisme dengan rencana baru. Pertengahan 1953 -- atas izin Washington -- Jenderal Navarre ditunjuk sebagai Komandan Tertinggi Korps Ekspedisi Prancis di Indocina. Segera dia mencanangkan "Strategi Navarre" -- sebuah strategi untuk meneruskan dan memperluas peperangan. Prinsipnya, menghancurkan kekuatan induk kita dalam waktu 18 bulan. Pada tahap pertama, mereka merebut kembali lembah Sungai Merah dan menduduki Dien Bien Phu. Kedua daerah ini mereka jadikan batu loncatan untuk menyerbut daerah-daerah lain. Tahap berikutnya -- dengan asumsi mereka berhasil melumpuhkan pasukan induk kita -- mereka akan segera mengirimkan kekuatan ke Selatan dan menduduki semua zone bebas serta basis-basis gerilya kita di Zone Kelima dan Nam Bo. Perlu dicatat, sebelum Strategi Navarre digelar, Prancis pernah memutuskan jalur lalu lintas pokok. Vietnam terbelah menjadi sejumlah zone yang meliputi lima atau enam provinsi. Namun, secara administratif, hanya terbagi menjadi tiga bagian: Bac Bo (Utara), Trung Bo (Tengah), dan Nam Bo (Sebtan). Seandainya Rencana Navarre berhasil, negeri kita akan menjadi koloni kaum imperialis Prancis-Amerika untuk selamanya. Dan lebih celaka lagi, akan menjadi pangkalan militer untuk mengadakan agresi baru ke wilayah lain. Musim dingin 1953, Jenderal Navarre mulai melaksanakan rencana itu. Dengan semboyan "terus memegang inisiatif" dan "terus ofensif" Komando Tinggi Korps Ekspedisi Prancis menempatkan 44 batalyon infanteri di lembah Sungai Merah. Di samping itu, mereka membentuk 53 batalyon boneka. Dan selanjutnya mereka adakan operasi-operasi pembersihan di wilayah barat laut Vietnam. Ninh Binh, Nho Quan, Thanh Hoa, dan Phu Tho dihujani mortir. Pasukan payung pun diterjunkan untuk menaklukkan Lang Son. Selain itu, mendekati bajingan-bajingan setempat dan mempersenjatainya agar menimbulkan kekacauan di barat laut. Dan, sebagaimana telah direncanakan, mereka pun berhasil menduduki Dien Bien Phu pada 20 Januari 1954. Untuk menghadapi langkah-langkah Navarre, kita segera merancang garis strategi Serangan Musim Dingin 1953-Musim Semi 1954 yang menekankan strategi Perang Rakyat dan Tentara Revolusioner. Tujuan pokoknya adalah mencerai-beraikan musuh dalam kekuatan-kekuatan kecil yang lemah. Lalu, sejalan dengan proses pemecahan kekuatan musuh itu, Tentara Rakyat akan mengintensifkan dan memperluas perlawanan gerilya. Di samping itu, kita akan tenus-menerus memusatkan satuan-satuan tetap. Sambil bertempur, berangsur-angsur kita akan meningkatkan satuan-satuan kompi menjadi batalyon-batalyon, lalu resimen, dan divisi. Dien Bien Phu adalah sebuah dataran di pegunungan wilayah barat laut Vietnam Utara. Panjangnya 18 kilometer dan lebar 6-8 kilometer. Dataran ini terhitung paling luas dan terbesar dibanding empat dataran di bilangan perbatasan Vietnam-Laos. Terletak persis di persimpangan jalan-jalan penting ke arah Lai Tjau, Tuan Giao, Son La, dan Na San. Jalan ke barat menuju Luang Prabang dan ke selatan menuju Sam Neua. Dalam gelanggang operasi Bac Bo dan Laos Atas, Dien Bien Phu mempunyai kedudukan sangat strategis. Wilayah ini dapat dijadikan pangkalan infanteri atau pangkalan udara yang efisien. Pada permulaan pendudukan Navarre, Dien Bien Phu cuma dijaga 10 batalyon. Jumlah itu berangsur-angsur meningkat tatkala kita mulai membangun serangan. Hanya dalam waktu tiga bulan kekuatan musuh di Dien Bien Phu menjadi 17 batalyon dan 10 kompi, yang terdiri dari pasukan payung yang sangat terlatih. Dan umumnya mereka direkrut dari Eropa dan Afrika. Di samping itu, Dien Bien Phu punya tiga batalyon artileri, satu batalyon zeni, satu kompi berlapis baja, 200 truk angkut, dan sebuah skuadron berkekuatan 12 pesawat. Jumlah seluruh pasukan 16.200 orang. Semuanya tergolong usur-unsur pilihan Korps Ekspedisi Prancis di Indocina. Dien Bien Phu merupakan benteng berparit yang dibagi dalam tiga subsektor: utara, tengah, dan selatan. Setiap sektor dibagi lagi ke dalam kubu-kubu pertahanan. Semuanya berjumlah 49 kubu pertahanan. Setiap kubu dapat bertindak sendiri sebagai kekuatan defensif. Beberapa di antaranya bahkan dikumpulkan dalam pos-pos atau "pusat-pusat pertahanan" yang dikelilingi pagar kawat berduri setebal ratusan meter. Pusat-pusat pertahanan ini bertugas melindungi subsektor. Di antara ketiga sektor itu yang terpenting adalah Subsektor Tengah. Terletak di Muong Thanh, desa terpenting di Dien Bien Phu. Di sinilah mereka mendirikan markas besar dan menempatkan dua pertiga pasukannya. Muong Thanh dilindungi oleh sejumlah pusat pertahanan yang bertebaran di puncak bukit sebelah timur. Di sini juga terdapat landasan pesawat terbang. Maka, di atas kertas Dien Bien Phu mustahil dipatahkan. Subsektor Utara meliputi pusat-pusat pertahanan Him Lam, Doc Lap dan Ban Ke. Him Lam dan Doc Lap diperlukan untuk menadah serangan pasukan kita yang datang dari Tuan Giao dan Lai Tjau. Sementara itu, Subsektor Selatan -- disebut juga Subsektor Hong Cum -- bertugas menangkis serangan dari Selatan. Di sini juga terdapat landasan pesawat terbang. Setiap hari, di kedua landasan itu terjadi 70-80 kali pendaratan pesawat-pesawat yang mengangkut perbekalan. Dengan pasukan dan sistem pertahanan seperti itu, Navarre menganggap Dien Bien Phu merupakan benteng perkasa, tak bakal terkalahkan. Dia percaya bahwa kita tidak mungkin mampu menghancurkannya. Jangankan seluruh sektor, untuk menundukkan satu pos pertahanan saja kita sudah ditertawakan. Bahkan dengan jemawa Navarre berkata, "Usaha menghancurkan Dien Bien Phu sama dengan bunuh diri." Tentu saja kita tak gentar. Kita telah bertekad menggagalkannya dan menghentikan komplotan imperialis Prancis dan Amerika itu. Setelah mempelajari keadaan, kita mengeluarkan semboyan: dinamisme, inisiatif, gerak mobil, dan kecepatan mengambil keputusan. Masalahnya sekarang, apakah kita juga harus memusatkan kekuatan dan langsung menyerang pusat kekuatan mereka di lembah Sungai Merah dan Dien Bien Phu. Atau memobilisasi pasukan ke arah lain. Kalau kita memusatkan kekuatan dan menyerang lembah Sungai Merah, misalnya, mungkin kita bisa mempertahankan daerah bebas. Tetapi, musuh masih terlalu kuat dan dengan mudah kita pasti dikalahkan. Kita memang memutuskan untuk memusatkan kekuatan. Namun, pada awal Serangan Musim Dingin-Musim Semi bukan buat menyerbu lembah Sungai Merah dan Dien Bien Phu. Mula-mula kita cuma menyerang titik-titik strategis yang relatif lemah. Maksudnya supaya kekuatan musuh terpecah-belah. Dengan taktik ini, jika kita mampu memegang inisiatif, kita pasti berhasil memaksa musuh membagi kekuatan. Sebaliknya, jika musuh terlalu kuat dan kita tidak mungkin memenangkannya, kita jangan menyerang. Kita harus yakin lebih dahulu bahwa kita mampu mengalahkannya. Sambil tetap mempertahankan zone bebas yang kita kuasai, kita terus memusatkan kekuatan dalam bentuk divisi-divisi untuk menyerang Dien Bien Phu. Dan nyatanya kita sanggup memberikan tekanan dahsyat. Kita berhasil memusnahkan beribu-ribu bandit di bilangan Son La, Thuan Tjau, dan membebaskan Lai Tjau. Perlahan-lahan kita juga mempersiapkan diri untuk mengepung Dien Bien Phu. Musuh terpaksa buru-buru mengerahkan kekuatan ke sana kalau tidak ingin hancur lebur dan berantakan rencananya. Pada tahap pertama Serangan Musim Dingin-Musim Semi, musuh banyak menderita kekalahan di semua medan pertempuran. Sejumlah daerah yang memiliki arti strategis bagi rencana Navarre telah kita bebaskan. Bahkan musuh, yang telah berusaha keras memusatkan pasukannya di lembah Sungai Merah, gagal total. Mereka terpaksa membagi-bagi kekuatan untuk mempertahankan tempat-tempat yang mereka duduki. Tiga bulan setelah Dien Bien Phu diduduki musuh, kita pun mempersiapkan serangan. Tentara dan rakyat mengumpulkan segala kekuatan untuk menjamin suksesnya Serangan Musim Dingin-Musim Semi. Bulan Oktober 1953 beratus ribu rakyat dikerahkan untuk mempercepat persiapan. Dan pertengahan November 1953, pasukan-pasukan induk berangkat ke front. Kita menyeru supaya rakyat sebangsa dan setanah air menyediakan bahan makanan, membuat jalan lalu lintas perbekalan yang beratus kilometer jauhnya. Bermula di Thanh Hoa atau Phu Tho melintasi daerah-daerah berbahaya dan bukit-bukit tinggi di barat laut. Rakyat menunjukkan heroisme dan keuletan yang luar biasa. Iring-iringan truk dengan berani menyeberangi sungai, melintasi gunung, dan menjelajah hutan rimba. Bermalam-malam para sopir truk bergadang membawa bahan makanan dan amunisi ke front. Ribuan sepeda dari kota-kota beriringan menjelajah bukit, hutan, dan padang untuk maksud yang sama. Ratusan perahu sampan dan beratus ribu rakit tak gentar menerjang arus deras. Iring-iringan kuda muatan pun berbondong-bondong ke front. Tidak pernah sebelum itu rakyat begitu berani. Tidak pernah sebelum itu pemuda-pemuda Vietnam merantau begitu jauh. Di dataran rendah, di pegunungan, sungai, hutan, di mana-mana muncul kegairahan yang sama. Rakyat dan tentara punya satu tujuan: menghancurkan musuh dan membebaskan tanah air. Tanggal 10 Desember 1953 kita membuka serangan di front Lai Tjau. Mula-mula kita membinasakan ribuan bandit di daerah Muong La dan Thuan Tjau. Malam itu juga kita menghancurkan pos depan Paham, kira-kira 30 kilometer dari Lai Tjau. Kita cuma butuh waktu 10 hari 10 malam untuk merebut seluruh Provinsi Lai Tjau. Musuh kehilangan 24 kompi dan mereka yang berhasil lolos segera mundur ke Dien Bien Phu. Bersamaan dengan rencana penggerebekan Lai Tjau kita perintahkan pasukan sukarela rakyat bekerja sama dengan pasukan-pasukan Pathet Lao untuk menyerang front Laos. Di sini kekuatan musuh relatif lemah. Dan, meski kekuatannya ditambah, pada 22 Desember kita berhasil meremukkannya. Selanjutnya, gabungan Tentara Rakyat Vietnam dan Laos ini menyerbu Thakhek. Dengan kacau-balau musuh mundur ke Seno. Setelah membebaskan Lai Tjau, kita mulai merencanakan serangan terhadap Dien Bien Phu. Kita yakin, betapapun kuatnya, benteng itu masih memiliki sisi-sisi lemah. Sementara itu, di semua front musuh menemui kesukaran. Lembah Sungai Merah telah hancur. Tanggal 7 Maret 1954 lapangan terbang Cat Bi -- di lembah Sungai Merah -- kita hancurkan. Sehari kemudian landasan Gia Lam -- masih di sekitar Sungai Merah -- juga kita lindas. Dalam dua serangan itu tentara kita berhasil menghancurkan 78 pesawat musuh. Selanjutnya kita siap menyerbu benteng terakhir kaum imperialis. Selama masa persiapan ke Dien Bien Phu, prajurit-prajurit kita membuka lini perbekalan dari Tuan Giao ke Dien Bien Phu. Untuk mengangkut meriam-meriam, kita membuat jalan-jalan yang melintasi gunung dan hutan. Sementara itu, musuh tak henti-henti memuntahkan bom dari udara. Namun, semua itu tidak menggoyahkan tekad baja pasukan kita. Di bawah hujan bom dari pesawat terbang, kita terus menggempur. Bahkan kita berhasil merebut bukit Him Lam dan Doc Lap, serta melumpuhkan musuh yang sembunyi di parit-parit bukit sebelah timur Dien Bien Phu. Bom napalm, granat, dan meriam musuh tak henti-hentinya dimuntahkan. Tetapi, prajurit-prajurit kita maju terus. Satu jatuh, lainnya maju bagai air bah. Tak ada satu pun kekuatan di dunia ini yang sanggup menghalanginya. Kita menyaksikan heroisme yang mengagumkan. Kita melihat pengorbanan laki-laki bemama To Vinh Dien yang merebahkan diri di bawah meriam supaya tidak mundur. Kita juga menyaksikan Phan Dinh Giot yang menyumbat lubang meriam dengan badannya. Tidak pernah tentara kita bertempur dengan keuletan begitu dahsyat. Setelah persiapan matang, pada 13 Maret 1954 pasukan kita diperintahkan menyerang Dien Bien Phu. Serangan berlangsung tiga tahap. Pertama, menghancurkan Subsektor Utara. Kedua -- ini yang paling berat dan membutuhkan waktu lama -- merebut bukit-bukit di sebelah timur Subsektor Tengah. Tahap ketiga, baru melancarkan serangan umum. Tahap pertama dimulai 13 Maret dan berakhir 17 Maret. Tanggal 13 Maret malam kita menghancurkan Pusat Pertahanan Him Lam yang menguasai jalan dari Tuan Giao ke Dien Bien Phu. Pertempuran berlangsung sengit. Pasukan artileri musuh memuntahkan ribuan butir peluru. Namun, dengan gelombang serangan yang tak kenal takut, kita berhasil melumpuhkannya. Tanggal 14 Maret malam, pos pertahanan Doc Lap di Subsektor Utara, yang menguasai jalan dari Lai Tjau ke Dien Bien Phu, kita serbu. Pertempuran berlangsung hingga fajar menyingsing. Musuh menggunakan berbagai alat, menembakkan ribuan butir peluru, dan mengerahkan pasukan infanterinya yang dilindungi tank-tank dari Muong Thanh. Pasukan kita bertempur dengan heroik dan berhasil memukul mundur. Sedangkan pos Ban Beo di Subsektor Utara, yang memang agak lemah dan hanya terdiri dari serdadu-serdadu boneka, dengan mudah kita taklukkan. Tahap kedua, kita menghancurkan Subsektor Tengah yang terletak persis di tengah-tengah dataran Muong Thanh. Di sini kita menghadapi kesulitan. Pasukan kita harus menggali jaring-jaring parit, mulai dari bukit terdekat sampai ke sasaran. Keadaan berjalan tegang. Amerika mengirimkan lebih banyak pesawat pengebom dan pesawat pengangkut. Tak henti-hentinya mereka menjatuhkan bom napalm untuk membakar segala tumbuh-tumbuhan di bukit sekitar Dien Bien Phu dan tempat-tempat yang mereka duga sebagai pangkalan artileri kita. Siang malam mereka menembaki jalan lalu lintas perbekalan kita. Namun, mereka tidak dapat menghentikan arus ratusan ribu pekerja sukarela, kuda-kuda beban, dan gerobak-gerobak muatan yang membawa bahan makanan dan amunisi ke front. Mereka tidak dapat menghentikan gerak kita. Jenderal-jenderal Prancis dan Amerika mulai sadar bahwa kehancuran benteng Dien Bien Phu hampir tiba. Pada 1 Mei 1954 mulailah tahap ketiga dilancarkan. Hingga 6 Mei kita telah berhasil menduduki posisi-posisi kunci sistem pertahanan lawan. Musuh kita giring ke daerah terbuka dalam radius hanya 1 kilometer persegi. Tidak ada kubu lagi di bukit yang melindungi mereka dari tembakan meriam. Perbekalan makin sulit. Sore hari, 7 Mei, kita adakan serangan serentak terhadap markas besar musuh di Muong Thanh. Ketika itu, beberapa pos sudah mengibarkan bendera putih dan menyerah. Pukul 5.30 sore, kita berhasil merebut Muong Thanh. Jenderal De Castries dan stafnya tertawan. Sisa-sisa pasukannya menyerah. Sejarah penyerangan Dien Bien Phu pun berakhir. Selama 55 hari pasukan kita bertempur siang-malam. Di Dien Bien Phu kita melumpuhkan 16.200 orang, termasuk seluruh staf benteng berparit, seorang jenderal, 16 kolonel, 1.749 perwira dan bintara, menembak jatuh 62 pesawat dari segala jenis, dan merebut semua persenjataan musuh, dan merampas sekitar 30 ribu parasut. Dan selama Operasi Musim Dingin-Musim Semi, kita telah menghabisi 110 ribu orang dan menembak jatuh 177 pesawat musuh. Sejarah akan mencatat kemenangan Dien Bien Phu sebagai salah satu peristiwa yang menentukan dalam gerakan besar bangsa-bangsa Asia, Afrika dan Amerika Latin untuk menentukan nasibnya sendiri. Priyono B. Sumbogo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini