Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Dalam gempa ratapan

Gempa berkekuatan 7,7 dan 6 skala richter terjadi di gilan dan zanjan. diperkirakan 150 ribu orang meninggal, dan 1/2 juta orang kehilangan tempat tinggal. bantuan datang dari pelbagai negara.

21 Juli 1990 | 00.00 WIB

Dalam gempa ratapan
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
BUMI Iran gonjang-ganjing, langit kelap-kelap. Dan ratusan ribu orang yang terlelap, mungkin dengan mimpi, porak-poranda dibuat gempa berkekuatan 7,3 sampai 7,7 skala Richter. Mungkin 150.000 orang meninggal, dan lebih dari setengah juta orang kehilangan tempat tinggal di Gilan dan Zanjan, dua provinsi di barat laut Teheran. Ketika mereka belum sadar sepenuhnya dari nikmat tidur, rumah beruntuhan. Jerit, tangis, dan rintihan memecah hening dini hari. Amarah bumi ini mengubur anak-anak dan keluarga. Mereka tanpa kuasa berbuat sesuatu. "Seluruh keluarga kami ditelan bumi," ratap Tahir Bahiri. Hanya 12 jam usai goyangan pertama, kembali Gilan dan Zanjan dimainkan gempa pada 5,5 sampai 6 skala Richter. "Ini cobaan Illahi," kata Ayatullah Ali Khameini, pemimpin spiritual Iran -- pengganti Almarhum Imam Khomeini. "Cobaan yang mengakibatkan kerugian lebih dari 50 milyar dolar AS," kata Rajavi, pemimpin Partai Mujahiddin El-Khalq. Ini pukulan besar bagi Iran, negeri kaya yang melarat, usai berevolusi dan perang dengan tetangganya, Irak. Bantuan datang dari pelbagai negara, termasuk Indonesia yang mengirim obat dan makanan. Menteri Dalam Negeri Abdullah Nouri mengucapkan terima kasih kepada lebih dari 70 negara yang mengirim bantuan. Juga bantuan sejumlah negara Barat, Arab, Inggris, Amerika Serikat, dan Irak, negeri yang masih dianggap musuh bebuyutan oleh Iran sendiri. Bantuan dua negara terakhir ini membuahkan kecaman. Uluran itu malah diharamkan diterima, sambil ada tambahan paket untuk AS, "Ini awal kembalinya pengaruh Setan Besar Amerika di Iran." Kecaman boleh saja diterbangkan. Tapi, bagi Gilan dan Zanjan, itu tak ada pengaruhnya. Toh, setiap saat, guncangan mengancam. Menurut ahli seismologi, dua wilayah ini memang duduk di atas pusat gempa. Ketika bumi luluh-lantak dan ratapan pelan-pelan lenyap ditelan bumi, 21 Juni silam, lebih dari 1.500 desa rata bagai sebuah negeri kecil yang harus dibangun lagi dari nol. Didik Budiarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus