KITA mengenal Star Wars, Superman, Flash Gordon, Garth, dan
banyak gubah an fiksi ilmiah lain. Semuanya keluaran dunia
Barat. Lalu apa kabar "Timur"? Rusia? Atau, boleh juga, Cina?
Tersebutlah dua kakak-beradik: Boris Strugatsky, 48 tahun, dan
Arkady Strugatsky, 56 tahun. Yang pertama astrofisikawan, yang
bertahun-tahun bekerja pada observatorium Astronomi Pulkovo
dekat Kota Leningrad. Sedang abangnya seorang ahli bahasa. Nah,
mereka itulah wakil kita untuk fiksi ilmiah (science fiction)
yang model Rusia.
Mereka, tanpa kita tahu, punya nama besar. Bahkan di Amerika.
"Mereka boleh disebut penulis dengan bakat luar biasa," kata
Noel Perrin di majalah Quest. Noel adalah guru sastra--termasuk
karangan fiksi ilmiah--di Dartmouth College.
Sejak Boris berusia 24 tahun, kedua saudara itu mulai menulis
bersama. Tak kurang dari 20 buku lahir dari tangan mereka, baik
novel maupun kumpulan cerpen. Sebagian besar cerita itu bermain
di Rusia. Tapi, jangan kaget, ada sebuah cerita berlatar
belakang Australia abad ke-21. Ada pula kisah yang mengambil
tempat di Planet Vladislava--di bimasakti antah-berantah.
Tak pelak lagi, Boris dan Arkady Strugatsky merupakan penulis
fiksi ilmiah terbaik Uni Soviet sekarang ini. Bahkan "mereka dua
di antara hanya setengah lusin penulis terbaik jenis itu di
dunia," ujar Noel Perrin. Karena itu Noel tampak agak gusar
melihat publik Amerika "agak terlambat" mengenal kakak-beradik
tersebut.
Tapi mau apa. Soviet memang tak begitu senang dan khawatir, bila
para bintangnya dielu-elukan Barat. Di sana sendiri, sampai
sekitar delapan tahun lalu, cerita-cerita Strugatsky bersaudara
hanya mengisi lembaran majalah. Tapi pada 1973 buku mereka mulai
diterbitkan di Amerika, dalam edisi hard cover. Adalah penerbit
Macmillan yang akhirnya mencapai persetujuan dengan Kantor Hak
Cipta Soviet bagi penerbitan karya kakak-beradik tersebut di AS
Dan sejak itu pula mereka mulai merebut hati pembaca Amerika.
Di sini, karya mereka tidak hanya menerima pujian dari para
penulis resensi. Melainkan juga jadi dagangan laris di
kedai-kedai buku. Para penggemar fiksi ilmiah--yang belakangan
ini memperlihatkan gejala bertambah-seperti berebutan membeli,
baik edisi hard cover maupun paperback.
Hanya satu hal masih mengganjal. Meski buku Strugatsky
bersaudara sudah dibaca luas, pembaca Amerika hampir-hampir buta
akan data pribadi kedua penulis tersebut. Mengapa? "Di Soviet
Uni, informasi semacam itu dianggap tidak relevan," kata Roger
De Garis, editor konsultan yang menangani karya dua pentolan
itu. "Lihatlah buku terbitan Soviet. Kulitnya hampir tak berisi
keterangan apa pun mengenai penulis." Mana ada negara komunis
yang suka menonjolkan pribadi orang, kecuali paling-paling para
pimpinan yang harus dikenal.
Habis lagi posisi mereka yang agak unik dalam "kesusastraan"
Soviet justru menjadi tambahan alasan bagi terbatasnya informasi
mengenai diri mereka. Sampai saat ini memang mudah dilihat
adanya dua macam-penulis Soviet. Yang pertama para pembangkang,
yang tidak bisa akur dengan rezim Kremlin, dan biasanya hengkang
ke Barat setelah melewati serangkaian perjuangan. Yang kedua
adalah para "pahlawan Partai", pengerek bendera "realisme
sosialis."
Strugatsky Bersaudara mungkin tak terhisab pada kedua kelompok
itu. Mereka orang Rusia yang mencintai Rusia, dan tentu saja
komunis. "Tapi mereka juga percaya akan keadilan, kemanusiaan,
pemerintah yang dapat bersalah, dan hak semua orang untuk
mengkritik semua partai," kata Noel Parrin. Di sinilah letak
perbedaan.
Mereka, menurut Noel, "tidak seperti sekelompok orang Amerika
yang mencintai negeri ini dan menganggapnya tempat terbaik di
muka bumi."
Menurut De Garis, Strugatsky mewakili problem yang dihadapi
semua penulis Soviet dewasa ini. Mereka "tak sudi karyanya
menjadi bagian propaganda yang didiktekan, dan mereka melindungi
diri dengan perisai ketrampilan."
Sekarang yang Cina. Ada tokoh bernama Zheng Wenguang, pengarang
buku Penerbangan ke Sagittarius. Zheng, 52 tahun, juga seorang
ahli bintang. Bedanya, ia belum dikenal di Amerika maupun Eropa.
Tak mengherankan: Boris dan Arkady sudah menulis sejak 24 tahun
lalu, sementara Zheng termasuk gelombang bacaan fiksi ilmiah
yang di Daratan Cina baru menyeruak setelah Revolusi Kebudayaan,
alias tiga tahun lalu (begitu cepat, bukan?).
Dan karena Zheng berada dalam 'inapas orde baru" yang
dihembuskan pemerintah RRC sendiri, posisinya jelas berbeda dari
si dua pengarang Soviet tadi. Buku-bukunya, di RRC, diterbitkan
dan dijual bebas dengan oplah 100.000, bahkan lebih. Dan habis
dalam seminggu. Ini seiring dengan suksesnya penjualan sebuah
bungarampai fiksi ilmiah asing, yang dicetak 420 000 buah dan
laris manis dalam waktu singkat. Antologi itu mencakup hasil
karya Ray Bradbury, Isaac Asimov, Arthur C. Clarke, Stanislav
Lem. Beberapa buku terjual lebih dari 3 juta, sesudah mengalami
3 sampai 4 kali cetak ulang.
"Tiap buku merangsang minat pembaca," kata Lu Fuzhen, direktur
editorial pada Penerbit Oceanic Pekking, kepada koran
International Heral Tribune. Penerbit ini mulai menjual
buku-buku fiksi ilmiahtahun 1979, dan sejak itu melonjak sebagai
penerbit terbesar di negaranya untuk jenis itu. "Saya rasa minat
pembaca tumbuh meluas. Tidak ada buku sastra yang merenggut
perhatian dan imajinaSi pembaca sedemikian kuat seperti fiksi
ilmiah, dalam 2-3 tahun ini."
Banyak penggemar mendirikan klub, untuk bisa segera membeli buku
baru begitu diterbitkan. Buku-buku yang berusia 6 bulan sudah
amat sulit ditemukan. Kalaupun ada, dijual dengan harga 4-5 kali
lebih mahal. Setengah lusin majalah fiksi ilmiah lokal pun sudah
bermunculan dalam temp hanya 2 tahun. Sesudah mengimpor film
Amerika Dunia Masa Depan di tahun 1976, dan menyaksikan
film-film serial Amerika Orang dari Atlantis, Cina sekarang
mulai pula membuat film fiksi ilmiahnya sendiri. Nah, di tengah
kancah itulah Zheng berada-dan menonjol.
ADA perbedaan antara karya-karya Zheng yang Cina itu dan karya
Strugatsky yang Rusia, sudah tentu. Juga bila dibandingkan
dengan fiksi ilmiah Amerika umumnya. Karya Amerika senantiasa
cemerlang dan sangat kompleks. Seraya terpesona akan mukjizat
teknologi, mereka berusaha menyimak dengan teliti kehidupan
modern dan mencoba menebak tujuan manusia di masa depan.
Bagaimana dengan yang Soviet?
Berdasar pengamatan De Garis, "sekitar 1930-an dan 1940-an,
sebagian besar karya fiksi ilmiah Soviet dipusatkan di sekitar
penemuan traktor baru, dan perlombaan dengan 'imperialisme'
dalam hal menemukan senjata pembunuh jenis mutakhir." Belakangan
ini, lebih dari sekedar melukiskan robot yang cerdik dan pesawat
angkasa kecepatan tinggi, "mereka berbicara mengenai kemajuan
yang pasti dan tak terbatas yang akan dicapai manusia di hari
depan."
Bagl orang Cina, dua tahap itu sekarang berjalan sekaligus.
Dalam buku Penerbangan ke Sagaittarius, sebuah pesawat ruang
angkasa bernama Mark Timur Jauh melesat tak tertahan ke arah
sebuah lubang hitam di jagat raya.
Sedemikian cepat, hingga pesawat itu hampir saja menabrak sebuah
bintang biru yang letaknya berdekatan. Ketiga awaknya (orang
Cina) menyadari sebentar lagi mereka bisa lenyap tak berbekas.
Bukankah lubang hitam itu tak lain bintang mati? Tapi, cepat dan
sigap, mereka perbaiki mesin kontrol pesawat, mereka pertaruhkan
nyawa habis-habisan. Dan berhasil.
"Ini adalah fanatasi-fantasi modern," kata Zheng Wenguang
menjelaskan karyanya kepada IHT." Dan seperti halnya
fantasi-fantasi terdahulu, mereka memancarkan pelbagai gagasan
lewat ilusi." Tapi itu bukanlah satu-satunya jenis yang
dikehendaki. "Pada tahap tertentu saya menulis apa yang mungkin
terjadi," yang masih berada dalam khayalan. "Pada tahap lain
saya menulis tentang apa yang telah terjadi." Saya ingin
orang-orang berpikir agar terlihat oleh mereka ke mana
masyarakat ini membawa kita, dan ke arah mana pula ilmu
pengetahuan membawa kita." "Karena itu, karya Zhen oleh
beberapa kritikus dinilai sebagai "fiksi ilmiah sosial".
Alasan untuk itu bisa diberikanoleh seorang kritikus di
Shanghai. "Di antara kami memang ada ilmuwan yang amat
cemerlang. Tapi pada hakikatnya negeri kami dihuni 800 juta
petani," katanya. "Karena itu kalau kita bicara sedikit saja
tentang perjalanan ruang angkasa, itu sudah cukup menggetarkan
alam pikiran orang Cina. Ingat," lanjutnya, "anakanak kami tidak
tumbuh dengan kalkulator di saku mereka. Ingat juga bahwa
pendaratan Amerika yang pertama di bulan tidak disiarkan di
negeri ini, karena diperhitungkan bisa mencemaskan penduduk."
AKIBATNYA, banyak fiksi ilmiah Cina yang ditulis khusus untuk
mempopua lerkan ilmu-ilmu modern, satu hal yang disokong oleh
para sarjana di sini. "Banyak cendekiawan tua beranggapan bahwa
jika hal-hal abstrak dapat dituangkan dalam bentuk sastra, hal
rumit itu dapat lebih mudah dipahami orang kebanyakan," kata Li,
seorang editor. "Maksud mereka tentu saja bukan merombak fiksi
ilmiah menjadi buku-buku pegangan. Tapi sekedar meluaskan
horison pembaca."
Karena itulah, jika dinilai menurut ukuran Eropa dan Amerika,
fiksi ilmiah Cina hanya mengesankan halhal dasar. Masih
sederhana. Tema-temanya biasa sekali: pengembaraan antarplanet,
monster yang muncul dari dasar-lautobat-obatan eksperimental,
robot, perjalanan waktu, kontrol pikiran, dan ilmuwan yang gila.
Semua baru pada tahap perkembangan paling awal, dan
pengolahannya pun belum sophisticted.
Berbeda dengan yang di Rusia. Sekali baca, memang tak begitu
tampak gagasan luar biasa pada bukubuku Strugatsky. Mereka toh
menampilkan juga "perjalanan menembus cahaya" dan robot-robot
pekerja- Tadi di sana-sini, hadir sejumlah "penemuan".
Dalam Tengah Hari: Abad XXII, satu di antara dua karya utama
mereka, pembaca diajak bertamasya dari keajaiban ke keajaiban.
Ada penemuan kapal angkasa kilat. Ada komputer bernama CODD,
yang mampu mencptakan suatu bentuk kehidupan segampang mesin
cetak masa kini membuat kartu nama.
Ada pemandangan sebuah pabrik di Krasnoyarsk, tempat dapur
seluas dua kaki persegi diproduksikan. Ada pula kisah usaha
dramatis menciptakan makhluk pertama yang akan mengecap
kebakaan. Menurut buku tersebut, pada abad XX III setiap orang
akan hidup kekal . .
Namun "sekali anda tenggelam dalam buku-buku mereka, anda akan
sadar betapa mereka toh tetap berangkat dari dogma Soviet," kata
Noel Perrin. Hanya saja ada perkembangan menarik dalam proses
selanjutnya. Dua tema tampak selalu mewarnai bukubuku
Strugatsky: pertumbuhan semangat kemanusiaan dan kemungkinan
kemanusiaan dan kemungkinan heroisme di tengah dunia teknologi.
Salah satu kesenangan mereka ialah menempatkan seorang insan di
planet tak dikenal, dan di sana berhadapan dengan peradaban
mahkluk asing yang ganas. Cerita kemudian diarahkan pada usaha
tokoh utama menyelamatkan dunia ini.
Contoh lain bisa dibaca dalam novel mereka Tawanan Kekuatan.
Pahlawannya bernama Maxim, anak lelaki 20 tahun. Ia mendarat di
sebuah planet bernama"Dunia",dan menemukan keadaan luar biasa.
"Dunia" itu dihuni monster berupa senjata otomatis yang bisa
bergerak sendiri, peninggalan perang terakhir. Adapun mahkluk
'Dunia' yang tersisa dari perang itu tunduk pada suatu bentuk
kesadaran yang dikontrol oleh radiasi.
MEREKA berpikir seragam, kecuali (dan di sinilah optimisme
Strugatskyl sekelompok "minoritas" bernama Degens, akronim yang
mengacu pada "degenerasi". Pada akhirnya, semua alam pikiran di
Planet 'Dunia' tadi berhasil dibebaskan. Pembacalah akhir
menebak ke mana cerita ini diarahkan.
Meski daya tariknya kuat, "Tawanan Kekuatan bukan introduksi
yang terbaik untuk mengenal karya Strugatsky Bersaudara," kata
Noel. Lebih tepat memilih Tengah Hari: Abad XXII, sebuah buku
luar biasa terdiri dari cerpen yang saling berhubungan.
Memuat 20 cerita pendek, buku ini bercerita secara
terputus-putus mengenai kehidupan dua tokoh: Evgeny Slavin dan
Sergei Kondratev. Di samping itu terdapat dua puluh tokoh
penting, dilukiskan dalam latar demikian hidup sehingga
kadang-kadang pembaca lupa bahwa mereka sedang berhadapan dengan
karya fiksi.
Buku ini, menurut Noel, "seakan fiksi ilmiah yang ditulis
Tolstoy," pujangga Rusia sebelum Revolusi. Tokoh-tokohnya begitu
jelas, jalur moralnya begitu halus.
Selama ini banyak fiksi ilmiah ditulis dalam gaya
kekanak-kanakan, seperti karya bocah yang pintar. Idenya mungkin
bagus, bahkan cemerlang. Tapi ungkapan dan pengucapannya soal
lain. Tokoh manusia dalam fiksi ilmiah selama ini selalu tampil
satu dimensi. Diibaratkan pertunjukkan tv, ia film kartun dengan
suara yang cempreng.
Strugatsky menyuguhkan sesuatu yang matang. Ada banyak penulis
fiksi ilmiah, "tapi hanya dua yang bisa menandingi karya
Strugatsky," kata Noel. Ia lalu menyebut nama Ursula Le-Guin
(pengarang The Left Hand of Darkness dan The Dispossessed),
serta Walter Miller yang mengarangA Canticle for Leibowitz.
Meski dalam pandangan dan pengalaman Boris dan Arkady berbeda,
mereka tetap bisa bekerja dalam satu tim dan berbicara dalam
satu suara. Ciri khas yang menonjol pada karya mereka Tengah
Hari: Abad XXII ialah tokoh-tokohnya yang serius dan terbuka.
Tak ada pengucilan manusia/dan semua peran diberi nama.
Sikap mereka terhadap kekerasan juga memberi warna lain. Pada
kebanyakan fiksi ilmiah, adegan pembunuhan bagai diumbar. Perang
antargalaksi, kapal-kapal angkasa yang terbakar, pistol dengan
senapan laser yang ditembakkan ke sana ke mari. "Dalam karya
Strugatsky," kata Noel, "pembunuhan seorang insan saja sudah
merupakan horor luar biasa."
Salah sebuah cerita dalam Tengah Hari mengisahkan dua sahabat
yang mula-mula kita kenal sebagai teman sekolah. Satu bernama
Pol Gnedykh, lainnya Aleksandr Kostylin.
Mereka bertemu kembali setelah keduanya dilanda usia tua.
Gnedykh pemburu yang menghabiskan sebagian besar usianya
mengumpulkan specimen dari seantero jagat raya. Di antaranya:
monster tak bermata dari Planet Vladislava, dan laba-laba
raksasa dari Pandora. Sementara itu Kostylin berjabatan direktur
museum sejarah alam yang besar di dunia, tempat makhluk sejenis
penemuan Gnedykh tadi dipamerkan.
Dalam cerita ini, PQI Gnedykh datang ke museum setelah sekian
lama melanglang angkasa. Ogah-ogahan ia berkunjung ke Anjungan
X, tempat makhluk berjari tiga yang ditembaknya 17 tahun lampau
dipamerkan.
TADINYA ia percaya, makhluk yang tertembak pada hari berkabut
itu bukan binatang, melainkan sejenis anasir asing yang pakaian
oksigennya meledak kena peluru. Kostylin mengetahui ini sejak
mula. Tapi demi mendapat koleksi yang unik bagi museumnya, ia
mengibuli Gnedykh.
Betapa hancurnya hati Gnedykh ketika ia sadar sudah terkicuh. Ia
mengutuk Kostylin--dalam hati. Tapi lebih dari segala-galanya,
ia menyesali dirinya sendiri yang sudah bertindak sebagai
pembunuh.
Citra Strugatsky juga bertambah cerah oleh sikap
"antiimperialis"nya yang tidak hantam kromo. Sebagian besar
tokoh ceritanya, sudah tentu, orang Rus. Hanya beberapa orang
Amerika dan Cina. Kedermawanan manusia disajikan secara layak.
Dalam sebuah cerita ia mengisahkan penciptaan makhluk baka yang
pertama. Meski peristiwa itu dikisahkan terjadi di Institut
Perakitan Biologi Novosibirsk, Siberia, otaknya bukan orang
Rusia, melainkan "seorang biologis Jepang terkemuka bernama
Okada." Juga, dua dari tiga perkawinan dalam Tengah Hori
melibatkan pasangan Rusia-Jepang.
Arkady Strugatsky memang punya perhatian khusus terhadap Jepang.
Cukup lama ia bekerja sebagai penerjemah karya Jepan, pada
Institut Informasi Teknik di Moskow. Kini ia karyawan pada Badan
Penerbit Negara.
Tapi kesenangan melibatkan tokoh antarbangsa memang tampak pada
buku-buku Strugatsky. Kita bisa berjumpa dengan seorang Kanada
bernama Humphrey Morgan, yang sedang melancong ke Mars. Atau
seorang pigmi Kongo bernama Mboga, "satu di antara ilmuwan besar
pada zamannya Tak kurang pula banyaknya tokoh Jerman.
Ciri ini memang bisa menjadi terompet yang bagus bagi teori
Marxis tentang " persaudaraan manusia". Tapi Strugatsky berhasil
mengelak. Ia menampilkan persaudaraan itu sebagai proses yang
lahir dengan sendirinya, bukan melalui paksaan dalam bentuk apa
pun.
Betapapun, penggambarannya berada dalam angan-angan Marxis, yang
percaya bahwa masa depan menjanjikan sebuah dunia yang ideal
kelewatlewat. Dalam hal itu malah Zheng Wenguang terdengar lebih
"kurang orthodoks". Ia, misalnya, bertanya: " "Apakah masa depan
itu sebuah Utopia?" Dijawabnya: "Mungkin. Tapi saya sebenarnya
tidak yakin akan masa depan."
Tapi tidak semua karya Strugatsky Bersaudara berjenis fiksi
ilmiah. Seperti halnya Ursula LeGuin, kadang mereka juga menulis
di sekitar magi. Sebuah novel mereka merupakan satir yang
menyindir birokrasi Soviet. Sudah tentu Kremlin tak senang. Tapi
bagi Noel Perrin, ia bacaan paling menarik.
"Sejak saya dewasa," kata Noel, "baru dua kali saya menangis
membaca buku." Yang pertama ialah Tembok Yang Runtuh karya
Henriette Roosenburg, kisah seorang pejuang Belanda yang
melarikan diri dari penjara Nazi dan melalui berbagai perjuangan
berhasil tiba kembali di kampung halaman. "Saya menangis melihat
ketabahan, keberanian, dan kemampuan yang diungkapkan Roosenburg
dalam membangkitkan kebanggaan manusia." Ia menangis kedua
kalinya ketika membaca karya Strugatsky bersaudara, Pelangi Nun
Di Sana.
'Pelangi' adalah sebuah planet dengan seribu penduduk yang
mengabdi kepada ilmu pengetahuan, dan pariwisata sekedarnya.
Dalam kata lain, 'Pelangi' adalah lembaga riset seluas dunia. Di
situ diselidiki zerofisika yang sangat berperanan dalam
transportasi materi.
CERITA dimulai dari percintaan Robert, seorang zerofisikawan,
dengan Tanya, guru pada Koloni Anak-anak. Hidup sungguh indah
dan semarak di 'Pelangi'. Sampai tiba-tiba--sim salabim--para
zerofisikawan secara tak sengaja menyebabkan malapetaka yang
mengancam segala-galanya di planet itu. Semua penghuni
'Pelangi'-akan mati dalam waktu hanya beberapa jam, kecuali
mereka yang berhasil melarikan diri dengan tariel, pesawat
angkasa dengan kapasitas sepuluh penumpang.
Sudah tentu Robert ingin menyelamatkan buah hatinya, Tanya.
Semua orangtua ingin menyelamatkan anak mereka. Semua
zerofisikawan ingin menyelamatkan data mereka. Semua turis ingin
menyelamatkan diri sendiri. Akhirnya semua panik.
"Lalu muncullah heroisme yang demikian lembutnya, yang bahkan
sulit dibayangkan," kata Noel. "Saya tidak hanya menangis
membaca buku itu. Melainkan terkenang Aristoteles, ketika ia
berbicara mengenai katarsis yang menyergap kita tatkala
berhadapan dengan tragedi." Bedanya, "pahlawan tragis itu kini
salah seorang di antara kita. Bukan Oedipus atau Antigone yang
kesepian."
Tingkat yang seperti itu memang belum dimiliki Zheng Wenguang
atau rekan-rekannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini