Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Java man, berapa usianya ?

Rapat evaluasi hasil penelitian arkeologi, di cisarua, membahas penelitian ulang tentang manusia purba. penentuan umur mutlak terhadap lapisan tanah di lokasi belum dilakukan.(ilt)

27 Maret 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAHUN-tahun terakhir ini, cukup gencar dilaksanakan penelitian ulang tentang manusia purba yang biasa disebut Java Man. "Gunanya untuk menentukan penanggalan," kata Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Dr. R.P. Soejono. Hal tersebut baru saja dibahas dalam Rapat Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi (REHPA) di Cisarua, dekat Bogor. "Pokoknya kami akan membenahi umur manusia purba," tambah Soejono. Fosil manusia pura Indonesia termasuk species Homo Erectus. Penelitian ini bermula dilakukan oleh Eugene Dubois, guru anatomi yang kemudian melamar derlandsch Indie, sekrang Indonesla meneliti selama dua tahun sejak 1890, Dubois kemudian menemukan sebuah cranium (tengkorak), geraham bawah, beberapa gigi dan femur (tulang paha) di Kedung Brubus, dekat Trinil, Jawa Timur. Tahun 1894, terbit tulisannya tentang Pitbecanthropus Erectus, manusia kera yang berjalan tegak (plantigrad) dan tidak lagi hidup di pohon (arboreal). Sekitar 31 fosil kemudian ditemukan oleh G.H.R. von Koenigswald, S. Sartono dan Teuku Jacob. Fosil tersebut diberi nama Homo Javanicus Erectus. Kemudian dalam tahun 1936, Tjokrohandojo dari Sangiran menemukan sebuah fosil vane kemudian dikenal dengan nama Pitheanthropus Modjokertensis. Dari penelitian yang dilakukan oleh Curtis melalui K-Ar. (Kalium Argon), diperkirakan fosil itu berumur 1,9 juta tahun. Paleomagnetisma Selanjutnya, desa-desa bernama Djetis, Trinil, Sangiran dan Perning menjadi terkenal secara internasional. Terutama dalam pembahasan ilmu yang menyelidiki evolusi kehidupan yang bergenus homo. Gambaran kasar tentang Pulau Jawa waktu itu ialah penuh dengan padang rumput dengan sedikit pohon rimbun yang tidak terlalu lebat. Sebab di Mojokerto ditemukan pula fosil vertebrata (binatang bertulang punggung) dalam lapisan yang sama ditemukannya Pithec,mthropus Modjokertensis. Sedangkan orang awanya bertipologi rasial yang mempunyai os frontalis (tulang dahi) menonjol, bergeraham kuat dengan gigi besar dan isi otak sekitar 800 cc (chimpansee mempunyai otak sekitar 500 cc). Dan hidup dengan mobilitas yang tinggi, secara berkelompok. Masalahnya kemudian, betulkah tengkorak Mojokerto itu berasal dan manusia cilik yang pernah hidup 1,9 juta tahun yang lalu? Hingga kini, penentuan umur mutlak terhadap lapisan tanah di lokasi, tempat tengkorak manusia purba ditemukan, belum banyak dilakukan. Juga belum ada persesuaian pendapat tentang penentuan umur nisbi ini, berdasarkan fauna vertebrata atau invertebrata. Untuk mendapatkan umur mutlak (absolut), biasanya dilakukan pengukuran terhadap endapan Kuarter saja. Sering pula contoh batuan vang diambil dari situs tidak dilenliapi dengan penampang stratigrafi lerukur. Kalau lokasi stratigrafi fosil yang hendak diteliti umurnya tidak jelas, umur mutlak dari suatu fosil yang ditemukan dianggap kurang nilainya. Akan dianggap tidak cukup bila orang "kurang teliti menentukan lokasi fosil dan mengabaikan hukum-hukum geologi," tulis S. Sartono dan T. Djubiantono dari Unit Paleoekologi Radiometri, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dalam makalahnya dalam REHPA. Sartono dan Djubiantono dibantu oleh F. Semah dari Laboratoire de Prehistoire du Museum Nationald 'Histoite Naturelle di Paris. "Yang paling sempurna apabila contoh batuan diambil tepat pada lokasi fosil yang dimaksud," tulis ketiganya. Sebagai ahli geologi, ketiganya telah mengadakan penelitian berulang-ulana di desa Perning, Mojokerto dan Sangiran. Hal ini mereka lakukan untuk mengetahui umur mutlak lapisan pengandung fosil manusia Plio-Plestosen berdasarkan metoda paleomagnetisma. Juga menyertakan penelitian kolom stratigrafi terukur dari situs, sehingga dengan demikian didapatkan batas-batas umur lapisan bersangkutan secara lebih terperinci. Fleksibel. Dan mereka bertiga bukan satu-satunya tim yang meneliti untuk ke sekian kali situs-situs manusia purba tersebut. Teuku Jacob dan Curtis, di tahun 1971 telah menentukan umur dengan metoda K-Ar. terhadap lapisan tufa yang mengandung batu apung dari formasi Pucangan. Hasilnya, ditentukan umur sekitar 1,9 juta tahun. Nishimura di tahun 1980 telah meneliti daerah Sangiran dengan metoda fission track. Kemudian dia berpendapat bahwa Homo Erectus Ngandongensis, fosil manusia purba dari Ngandong, cuma 0,6-0,7 juta tahun. Pendapat Nishimura tidak berlawanan dengan pendapat S. Sartono dan teman-teman, meskipun kedua tim itu mempergunakan metoda yang berbeda. Tetapi tidak demikian dengan tim Jacob/Curtis dan tim Sartono/Djubiantono/Semah. "Di daerah Perning tidak ada satu pun lapisan tufa serta batuapung primer yang dapat ditentukan umurnya dengan metoda K-Ar.", tulis tim S. Sartono. Nah! Metoda K-Ar. --demikian pendapat geolog Sartono cs. -- hanya dapat dilakukan terhadap endapan volkanis primer (aliran lava, tufa dan batuapung). Lapisan tufa dan batuapung yang ada di Perning adalah lapisan tufa pasiran, sehingga tufa bersifat sekunder. Juga karena fosil di Perning (Mojokerto) itu adalah fosil anak-anak, penelitian agak sukar untuk digolongkan ke manusia purba species yang mana. Karenanya, umur fosil vertebrata non-manusia dan manusia yang ditemukan di Perning paling tua adalah 0,73 juta tahun. Mungkin cuma antara 60.000 dan 70.000 tahun. Untuk lebih tepatnya, Sarton mengusulkan mengubah nama Pithecanthopus Modjokertensis menjadi Homo Paleojavanicus Modjokertenis, karena dia bukan berasal dari zaman Plestosen Tengah (Pleistocene Midlle), tetapi berasal dari zaman Plestosen Akhil (Late Pleistocene) Kepada suratkabar Kompas, Teuku Jacob keberatan dengan perubahan nama ini. "Setiap ahli memang berhak memberikan nama " kata Ahli Antropologi Ragawi dari Universitas Gajah Mada.itu, "tetapi keyakinan saya belum berubah. Kepurbaan fosil Mojokerto tetap 2 juta tahun dengan range antara 0,5 juta tahun". Selama ini, Jacob menggolongkan genus pithecanthropus dari species Mojokerto. Untuk menentukan genus Homo, kata Jacob lagi, harus dipenuhi persyaratan seperti plantigrad, artinya tangan lebih bebas lagi karena dia tidak hidup secara arboreal, mempunyai otak yang lebih besar dari cuma diperkirakan 800 cc, dan bisa melakukan sikap gestural dan graphic sehingga mempunyai kemampuan berbahasa (paling tidak proto bahasa). Perbedaan pendapat antara ahli dari Gajah Mada (seorang antropolog ragawi) dan ahli dari ITB (kelompok geologi), belum berkesudahan. "Tiap orang bisa menyebut atau menamakan hasil penelitiannya sesuai dengan keinginannya," kata Soejono. Sebab hasil penelitian S. Sartono itu juga telah dikirim ke Prancis. Tiap sarjana memang mempunyai buku pegangan yang berbeda. "Karena itu, nama itu sebetulnya fleksibel," sambung Soejono lagi. Dalam akhir makalahnya, tim S. Sartono memang ada menekankan: "penelitian umur absolut terhadap berbagai batuan berumur Pliosen dan Plestosen dikemudian hari akan menambah pengetahuan kita akan umur fosil-fosil manusia di zaman itu, khususnya di Jawa dan Asia Tenggara." Sehingga dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang evolusi manusia. "Berikut nomenklatur taksonominya", artinya tatanama dan sistem klasifikasinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus