GUBERNUR Ali adikin secara langsung membenahi kemacetan arus
lalulintas di Taman Cut Mutiah awal Maret yang lalu. Kejadian
ini ternyata merupakan awal dari timbulnya perobahan pengaturan
arus lalulintas di sekitar kawasan tersebut. Sebelum itu
jalan-jalan yang berada di sekitar Patung Pak Tani, Taman Cut
Mutiah dan Cikini Raya tak salah kalau disebut "daerah macetnya
arus lalulintas". Setiap jam -- pada jam-jam sibuk menurut
Partomuan Harahap, Kepala DLLAJR-DKI -- kendaraan yang masuk ke
wilayah Menteng berkisar 11.611 kendaraan bermotor. Dan sebagai
pusat pertemuan arus lalulintas yang datang atau keluar wilayah
Menteng. Tentu saja wilayah itu -- Patung Pak Tani, Taman Cut
Mutiah -- sekaligus menjadi pusat kemacetan arus lalulintas.
Tapi, memecahkan masalah kemacetan hanya dengan merobah
pengaturan arus, kadang-kadang bisa menimbulkan akibat lain.
Misalnya, dengan adanya perobahan pengaturan arus di sekitar
Taman Cut Mutiah, Patung Pak Tani dan Cikini Raya, arus
kendaraan di jalan Kramat Raya dan Senen Raya sekarang makin
padat. "Ini kan sama saja dengan memindahkan kemacetan kata
seorang supir bis. Namun tanpa merobahnya -- yang juga berakibat
makin jauhnya jarak yang harus ditempuh pengendara -- apa lagi
yang mau dilakukan untuk memecahkan kemacetan yang terlalu
sering, paling tidak di wilayah itu. Bahkan Partomuan juga
mengisyaratkan, "bahwa persoalan lalulintas makin hari bukan
makin bertambah baik tapi makin semrawut". Itu artinya pemecahan
yang paling dasar bagi usaha mengatasi kemacetan lalulintas
makin hari makin jauh. Bukan apa-apa, sebab utama tentulah
terletak pada kekurangan biaya. Yaitu untuk membangun prasarana
jalan yang makin tak seimbang dengan pertambahan kendaraan
bermotor yang setiap tahunnya mengalami kenaikan sampai 15%.
Supir Bis
Nah, sementara menanti biaya yang begitu besar baik untuk
penambahan sarana jalan maupun pembuatan jembatan-jembatan ala
semanggi, usaha Pemerintah DKI tentu saja tak lebih dari
mengutak-atik persimpangan jalan, membelokkan atau mengarahkan
arus lalu-lintaS. Menambah angkutan umum tanpa bisa mengurangi
pemakaian mobil pribadi yang konon cukup banyak digunakan
instansi Pemerintah bukan juga pemecahan. Soalnya itu hanya akan
menambah kepadatan jalan, kata drs. Sukoco dari Ditjen
Perhubungan Darat yang bersama-sama team Jerman Barat mengadakan
penelitian tentang lalulintas di Jakarta. Lantas, seperti
dikatakan Gubernur Ali Sadikin ketika menceritakan pengalamannya
mengatasi kemacetan di Taman Cut Mutiah kepada pers, "masyarakat
tidak punya disiplin dan kesopanan yang baik", juga merupakan
sebab seringnya timbul kemacetan lalulintas. Dan yang dituding
sebagai pemakai jalan yang tak disiplin nomer wahid tentu saja
supir bis kota -- yang memang nyaris menjengkelkan hampir semua
pemakai jalan lainnya. Namun membicarakan disiplin masyarakat
terbatas pada segi lalulintas, terasa kurang seimbang. Masih ada
kaitannya dengan segi-segi lain. Begitupun baik juga kalau
disiplin sosial itu dimulai dari mengamankan kemungkinan
terjadinya kemacetan lalulintas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini