Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sampai Kamboja dan Vietnam

Majapahit mengekspor cerita Panji ke seluruh Asia Tenggara.

28 Juni 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMANYA Eynao. Ia pangeran dari Kerajaan Kurepan. Ia seorang panglima yang tangguh, memiliki tunangan bernama Putri Bossaba dari Kerajaan Daha. Namun, belum sempat ia menikah dengan tunangannya itu, atas anjuran penasihatnya, ia mengawini putri lain.

Ia menyesal, karena ternyata Bossaba demikian cantik. Ia tergila-gila. Maka, ketika ia mendengar Bossaba hendak kawin dengan pangeran dari Kerajaan Charika, ia langsung merana. Ia lalu memiliki rencana melarikan Putri Bossaba.

Itulah cerita Panji versi Kamboja. Nama Panji, yang di Jawa sering disebut Raden Panji Inu Kertapati, di Kamboja menjadi Eynao. Menurut Poerbatjaraka, kisah Panji dari Jawa bukan hanya menyebar ke Bali, Sumatera, Lombok, Kalimantan, dan Sulawesi, melainkan juga ke seluruh Asia Tenggara—Kamboja, Thailand, Laos, Burma, dan Vietnam. Sementara Jawa mengimpor kisah Mahabharata dari India, sebaliknya Jawa mengekspor kisah Panji ke seluruh Asia Tenggara.

Itu tak terlepas dari peran Majapahit. Saat kerajaan itu melebarkan kekuasaannya ke seluruh Nusantara dan beberapa negara Asia Tenggara, cerita Panji turut dikenalkan. Masyarakat Asia Tenggara rata-rata menyukai keromantisan cerita ini. Menurut peneliti Panji, Adrian Vickers, sesungguhnya kisah Panji menjadi semacam kisah perekat yang menjadikan Asia Tenggara sebuah unikum dengan identitas kebudayaan tersendiri. ”Itu membuktikan kedigdayaan Majapahit zaman dahulu,” kata arkeolog Agus Aris Munandar.

Inti cerita Panji di mana-mana relatif sama, yaitu kisah seorang pangeran yang mencari kekasihnya yang terpisah. Panji dan kekasihnya mulanya bertemu, tapi kemudian dewa berkehendak lain sehingga memisahkan mereka kembali. Proses pencarian itulah yang menjadikan kisah Panji sebagai kisah asmara yang mengharukan.

Yang membedakan kisah Panji di berbagai bagian Asia Tenggara hanya sebutan tokohnya. Sementara cerita Panji Kamboja, misalnya, bernama Eynao, sosok Panji di Palembang terkenal dengan Panji Angreni. Di Sumatera sedikitnya ada enam dongeng yang berkaitan dengan Panji, yaitu Hikayat Raja Kuripan, Hikayat Raja Tambak Baya, Hikayat Rangga Rari, Hikayat Misa Taman, Hikayat Carang Kulina, dan Panji Wila Kesuma.

Yang menarik, menurut Poerbatjaraka, bahkan dongeng-dongeng dan kisah anak-anak di Jawa dan Nusantara adalah turunan kisah Panji. Dongeng seperti Ande-ande Lumut, Cinde Laras, Kethek Ogleng, Lutung Kasarung, bahkan Timun Mas yang kita akrabi semenjak anak-anak, tak lain bersumber dari kisah Panji.

Seperti kita ketahui, dalam mencari kekasihnya, Panji sering menyamar menjadi penyair, penari, atau apa saja. Demikian juga Candra Kirana, ia sering menyamar menjadi penari jalanan dan sebagainya. Unsur samar-menyamar ini yang menjadi kekhasan cerita anak-anak kita. Bila kita perhatikan, banyak dongeng di Jawa yang basis ceritanya adalah penyamaran.

Tokoh Ande-ande Lumut, misalnya. Ia dikisahkan sebagai anak seorang janda miskin di Desa Dadapan. Padahal dia adalah pangeran kaya yang menyaru. Sementara itu, dari semua perempuan yang jatuh cinta kepadanya, ada yang berwajah paling buruk dan sangat bau tubuhnya bernama Kleting Kuning. Padahal Kleting Kuning adalah kekasih rupawannya yang tengah menyamar.

Bahkan di Jawa, Panji sering didongengkan menyaru dalam wujud hewan. Kisah Kethek Ogleng di antaranya. Di situ, untuk mencari kekasihnya, Panji bersalin rupa menjadi seekor kera.

Ismi Wahid, Bibin Bintariadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus