Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumpa pers khusus dilakukan di Nusa Dua, Bali, Jumat pekan lalu. Ini dilakukan sesaat sebelum Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin rapat kabinet untuk persiapan Konferensi Internasional Perubahan Iklim di Indonesia. Presiden mengecam cara berpolitik mantan Wakil Ketua DPR Zaenal Ma’arif. Ia menyatakan sedang mempersiapkan langkah-langkah hukum.
Senin pekan lalu, sesaat setelah menerima surat recall yang disetujui Presiden, Zaenal mengancam akan membuka fakta bahwa Yudhoyono juga pernah menikah sebelum menjadi taruna Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah, pada 1968. ”Karena saya di-recall dengan alasan poligami, mestinya orang yang sudah menikah juga tidak bisa diterima di Akmil,” kata dia.
Pria asal Solo, Jawa Tengah, ini mengaku pernah melaporkan hal itu kepada Ketua DPR Agung Laksono. Rencananya, fakta tentang ”pernikahan presiden” yang disembunyikan tersebut akan dibuka Zaenal pada Senin pekan ini.
Presiden Yudhoyono marah. Ia mengaku enggan menanggapi kabar burung itu. ”Tapi (berita) yang ini sudah sangat keterlaluan karena merusak kehormatan dan harga diri saya,” kata Presiden Yudhoyono. Sebab, jika seseorang menipu akademi militer, itu sama saja dengan menipu negara. ”Jika saya dituduh seperti dalam pemberitaan itu, yang saya tahu sumbernya adalah Saudara Zaenal Ma’arif, ini sama halnya saya dituduh menipu negara,” katanya.
Zaenal Ma’arif mengaku tidak khawatir dengan ancaman itu. ”Biasa saja, negara kita kan memang negara hukum,” ujarnya Jumat pekan lalu. Menurut Zaenal, dia mendapatkan kabar itu berdasarkan data tertulis. Data yang dimilikinya, kata dia, valid.
Banjir di Morowali, 7 Tewas
Sepekan diguyur hujan, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah, dihantam banjir. Awal pekan lalu, air telah menggenangi 30 desa di tiga kecamatan: Bungku Utara, Mamosalato, dan Soyo Jaya. Ini akibat meluapnya Sungai Solato dan anak sungainya. Di beberapa tempat, ketinggian air mencapai dua meter. Tujuh warga Desa Uweruru di Bungku Utara dilaporkan tewas tertimbun longsor saat mengungsi. Tiga puluh warga lain di berbagai desa dinyatakan hilang.
Banjir di Morowali kali ini lebih parah dibanding banjir beberapa bulan sebelumnya di Kecamatan Petasia. Menurut Camat Bungku Utara Terhar Lawandi, daerah terparah berada di desa-desa dataran rendah. ”Ada lima desa yang genangan airnya melewati atap rumah,” katanya.
Jarak yang terpisah 500 kilometer dari Palu, ibu kota provinsi, dan hujan deras disertai angin kencang telah menghambat bantuan tenaga dan logistik. Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigjen Badroddin Haiti mengaku satuan polisi air dan udara kesulitan mencapai lokasi longsor karena dihajar ombak laut yang tinggi. ”Situasi tak memungkinkan,” kata Badroddin.
Bupati Garut Diduga Korupsi
Setelah diperiksa sekitar delapan setengah jam, Bupati Garut, Jawa Barat, Agus Supriadi, ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi, Kamis pekan lalu. Agus langsung dibawa ke tahanan di Kepolisian Resor Jakarta Selatan. ”Kami sudah punya cukup bukti,” kata Tumpak Hatorangan Panggabean, Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan.
Penahanan ini mengejutkan Agus dan kuasa hukumnya. ”Pak Agus baru pertama kali diperiksa, tapi penyidik bilang mereka sudah punya dua bukti, makanya langsung menahan,” kata Abidin, kuasa hukum Agus.
Menurut Tumpak, Agus diduga menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk kepentingan pribadi. Total sementara dana APBD yang digunakan untuk kepentingan pribadi itu Rp 6,9 miliar. ”Ini cara korupsi tradisional, mengambil uang APBD untuk kepentingan sendiri,” katanya.
Tumpak mengatakan dana yang diselewengkan berasal dari anggaran 2004-2007. Di antaranya untuk pembayaran utang pribadi Rp 2,5 miliar, pembangunan rumah di Bandung dan pembelian mebel Rp 3,3 miliar, serta pembelian dua unit mobil pribadi Rp 681,5 juta. Agus juga menyelewengkan dana bantuan Gubernur Jawa Barat untuk pengamanan Pemilu 2004 sebesar Rp 432,7 juta. KPK mendapatkan bukti-bukti tersebut setelah memeriksa belasan saksi serta memperoleh bukti transfer dan bukti pengambilan uang.
Lee Kunjungi Para Tokoh
Mantan Perdana Menteri Singapura yang kini menjabat menteri senior, Lee Kuan Yew, sejak Kamis pekan lalu berada Indonesia. Lee menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk membahas perjanjian kerja sama pertahanan (defence cooperation agreement, DCA) antara Singapura dan Indonesia, yang saat ini belum diratifikasi DPR.
Esoknya, kakek berusia 84 tahun ini menemui sahabat lama, mantan presiden Soeharto, di kediamannya, Jalan Cendana 8, Jakarta Pusat. Kali ini Lee tidak punya agenda khusus, hanya pertemuan dua teman lama. Lee, yang didampingi istrinya dan beberapa anggota staf, bertemu dengan Soeharto selama 30 menit. Setelah berfoto bersama di depan wartawan di beranda, mereka berpisah.
Lee lalu meluncur ke rumah Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Perdana menteri pertama Singapura itu menanyakan banyaknya umbul-umbul di Jakarta dan soal perkembangan demokrasi serta menjawab pertanyaan Megawati seputar DCA. Kepada wartawan, pejabat yang di negaranya disebut MML (Mentor Minister Lee) ini meminta Indonesia mematuhi DCA dan perjanjian ekstradisi dengan Singapura.
Chip untuk Penderita AIDS di Papua
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Papua tengah membuat ketentuan yang akan mengharuskan pemasangan microchip bagi setiap pengidap HIV/AIDS. Microchip tersebut berfungsi mengetahui jumlah, penyebaran, gerakan, dan aktivitas seks penyandang penyakit kekebalan tubuh tersebut.
Rencana tersebut tertuang di Pasal 35 ayat 4-i Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pembangunan Kesehatan di Papua. Di situ diatur pemasangan alat bantu deteksi bagi pengidap HIV/AIDS berupa microchip, pengkodean, atau penandaan paten pada ODHA (orang dengan HIV/AIDS).
Anggota DPRD Provinsi Papua, John Manangsang, menyatakan peraturan daerah itu dibuat karena diperlukan cara luar biasa untuk melawan virus maut tersebut. ”Implantasi chip adalah salah satu caranya, tapi hanya bagi penderita yang sering berganti pasangan dan tidak mau peduli dengan penyakit ini bagi orang lain,” kata anggota tim persiapan regulasi baru tentang kesehatan di DPRD Papua itu, Selasa pekan lalu.
Rencana ini diprotes Constant Karma, Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS Papua. ”Penandaan apa pun pada ODHA jelas melanggar HAM,” ujarnya pekan lalu. Menurut Constant, tak perlu ada pengawasan gerak-gerik ODHA, apalagi menyangkut aktivitas seks mereka.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Bagus Sukaswara, peraturan tersebut tak pernah sekali pun dibahas dengan pihak eksekutif. Dinas Kesehatan Papua hanya mengajukan tiga rancangan peraturan daerah, yaitu soal penanggulangan HIV/AIDS, pelayanan kesehatan, dan gizi. Tapi baru rancangan soal penanggulangan HIV/AIDS yang selesai dibahas. ”Di dalamnya tak ada pengaturan soal pemasangan chip,” kata Bagus.
Pasar Turi Surabaya Terbakar
Pasar Turi, salah satu pasar tertua di Surabaya, Jawa Timur, nyaris ludes terbakar Kamis pekan lalu. Karena besarnya api, sampai keesokan harinya, petugas yang mengerahkan 28 mobil pemadam kebakaran belum berhasil menjinakkan si jago merah. Dari 5.100 kios, hampir 75 persen tidak bisa diselamatkan. Pasar peninggalan Belanda ini juga pernah terbakar pada 1978. Pasar itu kembali dibangun pada 1983.
Himpunan Pedagang Pasar Turi menduga kebakaran terjadi karena faktor kesengajaan. ”Kelihatannya kebakaran ini terkait dengan rencana pembangunan pasar tahun depan,” kata ketuanya, Abdul Rosjid. Selama ini, pedagang tidak sepakat dengan rencana Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kota Surabaya membangun kembali pasar.
Pedagang hanya setuju jika pasar itu sekadar direnovasi, bukan dibangun kembali. Alasan mereka, gedung pasar masih mampu digunakan hingga 10 tahun mendatang. Dugaan bahwa kebakaran ini direncanakan makin kuat ketika sejumlah pedagang menemukan botol-botol berisi bensin di lorong-lorong pasar. Tapi Kepala Kepolisian Resor Kota Surabaya Utara, Ajun Komisaris Besar Eddy S. Tambunan membantahnya. ”Mungkin milik pedagang makanan yang tertinggal,” ujar Eddy.
Penyakit Misterius di Magelang
Sebanyak 25 warga Dusun Beran dan Pete, Desa Kanigoro, Magelang, Jawa Tengah, meninggal karena penyakit misterius. Delapan orang telah kehilangan nyawa sejak Minggu dua pekan lalu, tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya. Sebagian dari mereka, sebelum meninggal, mengalami diare dan tidak kuat berdiri, lalu mual, pusing, dan muntah-muntah seperti orang keracunan.
Sampai pekan lalu, 16 warga Beran masih dirawat di Puskesmas Grabag dan Rumah Sakit Umum Daerah Magelang. Bupati Magelang Singgih Sunyoto telah menetapkan serangan penyakit itu sebagai kejadian luar biasa, yang mendapatkan prioritas pertama untuk ditanggulangi. Sampai akhir pekan lalu, uji laboratorium per contoh darah kedelapan orang itu belum selesai dikerjakan oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan Yogyakarta.
Dukun Lebak Bantai 8 Orang
Warga Kampung Cikareo, Lebak, Banten, geger pada Senin pekan lalu karena terbongkarnya kasus pembunuhan berantai terhadap delapan orang. Pelakunya adalah Mulyana Yusuf alias Usep, 36 tahun, yang dikenal sebagai pedagang kelontong dan minyak premium di Cikareo. Rupanya, Usep punya profesi ganda, yakni sebagai dukun yang sesumbar bisa menggandakan uang.
Dibantu seorang tukang ojek bernama Oyon, dia mencari mangsa. Delapan orang yang tergiur dengan janji manis Usep itu menyetor uang muka sebagai syarat. Terkumpullah sekitar Rp 16 juta. Namun, saat ditagih, Usep, yang kini meringkuk di sel polisi setempat, menebar beribu alasan. Ia kemudian mengajak mereka melakukan ritual mengelilingi lubang, lalu para korban diberi minuman racun tikus yang dicampur gula merah. Setelah lemas dan tak sadarkan diri, para korban didorong begitu saja ke dalam lubang, lalu dikubur bersama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo