JEMBATAN itu gagah melintasi Musi. Ia dibanggakan orang
Palembang. Ia, jembatan Ampera yang tersohor itu, bahkan jadi
lambang kota seperti Tugu Monas bagi kota Jakarta. Tapi bedanya
dengan Monas: jembatan hebat itu kini rongsok.
Maka kalangan anggota komisi D DPRD di kota itu pun melontarkan
pertanyaan serius. Nah, barulah sebuah tim dari Ditjen Bina
Marga PU -- lengkap bersama penyelam dari Pertamina -- melakukan
penelitian, pertengahan Maret yang lalu.
Maka diketahuilah, bahwa ada bagian dari kaki jembatan yang
sobek-sobek digerogoti arus. Mengkhawatirkan? Dalam
keterangannya kepada TEMPO, Ir. Hasbullah Bandarnata, kepala
Dinas PU Sumatera Selatan, menyatakan bahwa kerusakan yang
diderita jembatan belum sampai pada tahap yang membahayakan.
Tapi Walikota Palembang H.A. Dahlan HY mengharapkan perbaikan
yang segera. Kalau tidak, ia khawatir dua bandul jembatan
masing-masing seberat 450 ton akan jatuh. "Kalau bandulan jatuh,
bisa merobohkan menara jembatan," ujar Ir. Umar Chori kepala
Dinas PU Kodya Palembang.
Kawat Yang Berkarat
Adapun kerusakan jembatan megah itu punya riwayat yang panjang
sebenarnya. Bermula pada 11 Februari 1974 tatkala bagian tengah
jembatan tidak bisa berfungsi lagi. Penelitian tahun itu
menyebutkan bahwa yang rusak adalah mekanisasi untuk menaikkan
dan menurunkan bagian itu.
Panjang bagian tengah ini sekitar 72 meter, dibuat sedemikian
rupa untuk khusus diangkat dan diturunkan. Bila kapal dengan
anjungan tinggi lewat di bawah jembatan, maka bagian tengah itu
pun dinaikkan.
Sejak bagian itu tidak berfungsi lagi, kawat selingnya tidak
mungkin lagi dilumuri minyak gemuk. Lama-lama kawat itu
berkarat. Ini berbahaya, karena seling ini menyangga bandulan
dan bandulan berfungsi untuk mengimbangi bagian tengah jembatan
yang berbobot 944 ton.
Pacific Consultant International dari Jepang menilai bahwa
untuk perbaikan mesin listrik yang berfungsi menaik-turunkan
bandul diperlukan biaya Rp 6 milyar. Itu biaya pada tahun 1978.
Pihak Pemda Provinsi ataupun Kota Madya waktu itu tidak sanggup
mengadakannya.
Sekarang apa daya? Akhmad Kori, Ketua DPRD, menyarankan supaya
lalulintas di atas jembatan dibatasi, begitu juga tonase
kendaraan yang lewat di sana.
Tak Terkontrol
Bagaimana kalau biaya dari Pusat tidak kunjung dikirimkan sedang
jembatan sudah tidak mungkin diperbaiki? "Ada dua alternatif,"
ujar Kori. "Pertama membangun jembatan baru dari KM 10 arah
Prabumulih ke Sungai Gerong yang berupa jalan toll. Ini sudah
diajukan sejak tahun 1979 tapi belum ada realisasinya. Kedua,
membuat jembatan dari Kertapati ke kampung Karang Anyar yang
tembus ke lingkaran IV melintasi Gubernuran, menuju pelabuhan
Bombaru."
Gagasan yang besar itu menurut Kori punya alasn. Pendapatnya:
daripada memperbaiki bandul jembatan Ampera yang menghabiskan
dana Rp 6 milyar, lebih baik sekaligus membangun sebuah jembatan
baru dan jalan tembus yang memerlukan dana Rp 7 milyar.
Jembatan baru dan jalan tembus itu dapat meuunjang perluasan
kota. Dan perluasan ini akan terjadi dalam waktu singkat karena
adanya pabrik semen Baturaja yang pembungkusannya dikerjakan di
Kertapati.
Selain itu diingatkannya usaha peng angkutan batubara, terutama
untuk pembangkit tenaga listrik di Suralaya (Jawa Barat).
Pembangkit tenaga listrik ini diperkirakan membutuhkan 2 juta
ton batubara setahun. Pengangkutnya melalui rute kereta api
mulai dari Bukit Asam ke Tanjung Karang. Tapi bisa juga dengan
kapal laut ke pelabuhan Bombaru. Masalahnya adalah karena lewat
sungai melibatkan jembatan Ampera yang ketahanannya sangat
mengkhawatirkan.
Walikota Dahlan HY tidak berencana sejauh itu. Untuk pengamanan
sementara ia minta persetujuan Gubernur agar lalu-lintas di atas
jembatan, tonase mobil dan kecepatannya dikurangi. Sekarang
ini kecepatan kendaraan di jembatan sudah tidak terkontrol.
Terminal cargo yang menjaga kendaraar di ujung jembatan sebelum
masuk kota dari arah Kertapati, ternyata juga tidak berfungsi
lagi. Semestinya truk bermuatan berat harus menurunkan muatannya
di terminal, kemudian berganti kendaraan lain yang lebih kecil.
Yang menarik ialah bahwa pihak PU diam-diam yakin bahwa
kerusakan Ampera terlalu dibesar-besarkan. Jembatan yang
dibangun di tahun 1962 itu diperkirakan masih tahan 10 tahun
lagi. Insya Allah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini