Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sejumlah pertemuan dengan nyai roro

Banyak orang mencoba bersamadi untuk bertemu dengan nyai roro kidul di kamar 308 samudera beach hotel. ada yang mengaku berjumpa. kamar 308 dibikin istimewa seperti kamar anak gadis atau pengantin.

17 September 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bulan September ini amat istimewa buat mereka yang percaya pada Nyai Roro Kidul. Berbondong-bondong orang datang ke pantai selatan, termasuk sejumlah anggota Komisi II DPR. Wanita jelita yang memiliki kamar pengantin di Samudra Beach Hotel itu konon suka daun muda. Menurut para sejarawan, sebenarnya ia hanya gincu kekuasaan yang pernah jaya, namun mengandung citra politik. Sejak dulu dimanfaatkan dengan baik oleh para raja-raja Jawa untuk menegakkan kekuasaan. Sementara itu, di Sumatera Utara, Putri Hijau hilang pamornya karena pengaruh agama Islam. PINTU kamar masih tertutup. Hadirin tetap sabar menunggu, berharap, dan membayangkan apa yang bakal terjadi. Semua memilih diam, sementara di luar hotel ombak terus menggelitik perut pantai. Mungkin ada senyum semanis bidadari di dalam. Mungkin malah ada asap tipis yang perlahan membentuk sosok ayu seperti Jeanny, si makhluk halus dalam film serial I dream of Jeanny di TV. Lalu, tiba-tiba, pintu kamar 308 Samudera Beach Hotel itu pun membuka. Dan muncullah Mang Acil, bercerita. "Pakaiannya seperti wanita India, dari bahan satin biru," katanya. Ia mengisahkan perjumpaannya dengan Nyai Roro Kidul, sang ratu yang -- kata sahibulhikayat menguasai wilayah misterius pantai selatan Jawa yang tiap saat berdebur dengan ombak besar. Legenda ini telah merasuk ke dalam kesadaran beribu-ribu orang -- biarpun sering, oleh yang tak percaya, disebut sebagai takhayul. Lihat saja Kamis lalu di pantai Pangandaran, ribuan orang masih tega berhura-hura bikin sesaji dan upacara. Sebuah upacara bagi Nyai Roro, katanya, tokoh yang ditemui Mang Acil malam itu. Jangan salah sangka. Mang Acil bukan dukun. Ia manusia biasa, biarpun tubuhnya cuma semeter tingginya, dan suka pakai 'blangkon' Sunda. Tugasnya memang mirip dukun atau juru kunci tempat keramat. Yakni seraya jalan beringsut tanda hormat, bebersih-bersih, menaburkan bunga, dan membakar dupa. Hari itu ia sengaja mencoba bersua dengan Sang Nyai, dengan ditunggu oleh banyak orang di luar pintu. Tempatnya: di kamar 308 hotel modern yang terletak persis di tepi Pantai Selatan, di Pelabuhan Ratu, kota sekitar 20 km dari Kota Sukabumi, atau 140 km dari Jakarta. Kamar khusus itu buat Nyai Roro Kidul -- yang tak perlu 'check-in' bila datang, dan boleh menyelinap lewat sela-sela jendela. Maka, kamar 308 itu pun dibikin istimewa, disusun seperti kamar anak gadis atau pengantin wanita. Ada meja rias, lengkap dengan dua cermin kecil. Kalau Sang Nyai mau, disediakan 'body lotion' merk Viva. Ingin berbedak? Tersedia Bedak Dewa. Ingin tampak modern? Ada cat kuku dan 'eye shadow'. Tempat tidur, barangkali karena yang meniduri makhluk halus, selalu tampak rapi. Seprai, juga sarung bantal dan guling, berwarna hijau pupus -- warna yang termasyhur sebagai favorit Sang Nyai. Untaian melati diletakkan di situ. Di dinding, dua gambar Nyi Roro Kidul tentu saja dilukis hanya berdasarkan imajinasi -- memeriahkan suasana. Sebuah tentang ratu laut itu sedang naik kereta, entah bikinan siapa. Sebuah lagi karya Basoeki Abdullah yang, seperti biasa, menawarkan sosok halus bak bidadari. Yang istimewa: satu kalimat berbahasa Jawa halus, yang layak ditujukan pada seorang ratu, ditorehkan sang pelukis pada kanvas. "Nyaosaken gambaran Panjenengan Dalem kagem pengetan, saking abdi dalem Basoeki Abdullah." Artinya: menghaturkan lukisan Yang Mulia sebagai kenangan, dari hambamu Basoeki Abdullah. Bendera merah putih terpasang pada tiangnya, di sudut kamar. Tak jelas apakah Ratu Laut Selatan itu memang berkewarganegaraan Indonesia, atau kebetulan warna benderanya sama. Lalu ada meja pemujaan. Di atas meja pemujaan dipasang seperangkat wayang golek keluarga Pandawa, sekalipun tentu Nyai Roro Kidul tak akan 'wayangan' di situ. Bau taburan bunga, dupa, dan wangi menyumpal lubang hidung siapa pun. Masih belum percaya juga? Sejumlah anggota Komisi II DPR sudah berkunjung ke sana. Mereka buka sepatu, masuk, lalu duduk bersimpuh. Menurut harian milik Golkar Suara Karya, para anggota perwakilan rakyat itu, Aloysius Aloy, Supadjar, dan Soetardjo, malah sempat bersemadi di kamar itu. Kamar itu memang boleh disewa orang yang berniat bersemadi. Jadi, tak cuma Mang Acil yang mengabdi. Tentu, Mang Acil merasa punya keistimewaan atau begitulah klaimnya. Ia pernah bertemu dengan Maharatu gaib dari Pantai Selatan itu. Kisahnya, ia mula-mula bertemu dengan Chen, seorang paranormal dari -- anehnya -- Taiwan. Si Chen bilang bahwa Acil akan bisa bertemu fisik dengan Nyai Roro Kidul. Syaratnya Acil harus pantang bersanggama dengan istri selama 49 hari, dan selama itu tidur di kamar 308. Mau? Mau, dong. Apalagi si Chen memberinya uang Rp 150 ribu. Maka, ia mencoba. Bermalam-malam ia tidur di kamar 308. Pada malam terakhir, 27 Agustus lalu, ia merasa melihat pelangi melesat dalam kamar. Nah. Lalu si pelangi berubah bentuk menjadi wanita cantik, berkulit putih. Umurnya, menurut taksiran Acil, sekitar 29 atau 30 tahun. "Ia menatap saya dengan tenang dan cerah, serta tidak bicara apa-apa," kata Acil. Keadaan seperti itu dirasanya sebentar saja. Tapi bukan hanya Mang Acil yang mengaku pernah bertemu dengan Nyi Roro Kidul. Seorang pengusaha asal Jakarta, Rudi Abdullah, malah mengatakan "sering bertemu." Sosok penguasa laut itu, kata banyak orang, cantik. Kulitnya putih. Hanya soal tinggi badan Roro Kidul, orang berbeda pendapat. Mungkin lantaran ratu itu tak pernah berfoto seperti orang hendak mencari SIM. yang bisa menunjukkan tinggi badannya. Atau mungkin karena bisa meninggi dan memendek. Menurut Rudi, tinggi Roro Kidul sekitar 170 cm -- dua puluh senti lebih tinggi dari yang diperkirakan pak kecil Acil. Jika dari kisah ini Anda pun tak percaya (dan banyak sekali orang seperti Anda), itu bukan soal. Nyatanya, kisah ini menyebar ke mana-mana. Nama Nyai Roro Kidul tertanam kuat di hati banyak orang, mungkin karena raja-raja Jawa sengaja menanamkannya pada rakyat, untuk menanam kekuatan kerajaan itu sendiri (lihat Bagian Kedua). Lalu muncullah pantang-pantang yang tersohor itu. Misalnya, kalau ke Laut Selatan tak boleh memakai pakaian hijau. Sebab, itu hanya akan membikin Roro Kidul marah, dan ombak akan menelan orang yang melanggar pantang. Memang banyak orang jadi korban ombak dan arus dalam Laut Selatan, tapi tak jelas apakah itu karena mereka berani melanggar pantangan itu. Di kalangan nelayan pesisir selatan, nama Roro Kidul amat disegani. Semua gejala alam di sana -- menggilanya ombak, menghilangnya ikan -- selalu dikaitkan dengan Roro Kidul. Lalu mereka membuat sesaji, lalu mereka mengadakan upacara -- dengan berbagai warna masing-masing, dan membuat korban buat persembahan. Paling tidak setahun sekali mereka begitu. Agak serupa dengan 'bersih deso', di desa-desa lama Jawa yang berada di pedalaman, ataupun upacara nyadran di wilayah pantai Jawa yang lain, misalnya di utara. Ada orang yang tak hidup di kalangan ini, dan mungkin tak 100% percaya, tapi tak mau mengambil risiko bila jadi celaka. Ini terutama berlaku buat orang-orang kota, yang berkunjung ke pantai itu, ataupun yang punya urusan dengan wilayah itu. Waktu mempersiapkan film Golok Selatan, Bintang Film dan Produser Ratno Timoer disebut-sebut pernah bersemadi di kamar 308. Ratno sendiri membantah, tapi diakuinya ia pernah masuk kamar itu, "minta izin dulu kepada penguasa laut kidul." Ratno mengatakan ia biasa bertirakat setiap hendak membuat film. Setidaknya untuk melakukan sesuatu sebagai 'assalamualaikum' kepada tokoh -- entah yang sudah almarhum atau tokoh legenda -- yang hendak diperankannya. Tentang tokoh Nyai Roro Kidul? Ratno yakin ada. Di kamar 308, menurut Ratno, ada tenaga gaib yang kuat sekali. "Ada getaran-getaran kuat di sekeliling kita, bila kita memasukinya," kata bintang film itu, sungguh-sungguh. Basoeki Abdullah, sang pelukis yang banyak bertemu dengan wanita cantik, mengaku pernah melihat Nyai Roro Kidul, biarpun "saya tidak melihat secara duniawi." Mulanya, menurut Basoeki, ia tertidur di kamar 308. Lalu ada telepon berdering, ada suara wanita, dan ada kata "saya" berulang-ulang. Saat terbangun tiba-tiba dalam pikiran sudah terbayang wajah jelita yang kemudian ditampilkannya sebagai Nyai dari Selatan itu. Dari gambaran itulah ia membikin sket yang dapat diselesaikan hanya lima menit. Jika kita dengarkan kisah Basoeki, Nyai Roro Kidul ternyata seperti wanita lain yang ingin diabadikan atau terkenal: minta dilukis. Bila begitu, ia datang pada Basoeki. Dan Basoeki tak perlu mempersiapkan apa-apa untuk bersua. "Hanya bila Nyi datang, saya akan merasakannya. Baunya yang khas -- itu saya sudah hafal." Barangkali Basoeki memang istimewa. Ia sendiri mengaku, "Sebenarnya saya makhluk dari planet lain." Dunia, siapa tahu, memang aneh. Kepercayaan terhadap adanya Nyai Roro Kidul bahkan bisa hinggap pada orang yang kelihatannya rasional -- atau setidaknya tak mengaku datang dari Mars atau Venus. Pada Arrie Toelle yang kini berusia 47 tahun, 'general manager' Humpuss Group di Batam, misalnya. Tahun 1975, Arrie bersama Penulis Bondan Winarno mengikuti seminar di Samudera Beach Hotel. Waktu itu bulan Oktober. Arrie, dan seorang rekannya, tidur di kamar 416. Saat tidur malam, ia bermimpi didatangi wanita cantik berkebaya hijau pupus, berkain batik, dan berselendang hijau pupus pula. "Kamu tahu sekarang malam apa?" tanya wanita dalam mimpi itu. "Tidak," jawab Arrie. "Sekarang kamu ikut saya!" Arrie menolak. "Saya berontak tak mau," ceritanya kemudian. Arrie mengigau, sampai akhirnya dibangunkan temannya. Setelah bangun, Arrie menelepon petugas hotel menanyakan sekarang malam apa. Ternyata, malam Jumat Kliwon. Pukul setengah tiga dinihari, ia terlelap lagi. Tapi, lagi-lagi, perempuan cantik itu muncul dalam mimpi, mengajaknya pergi. "Dalam mimpi saya bisa melihat dia dan tubuh saya sendiri." Karena Arrie terus menolak, wanita itu mengancam. "Kalau kamu tak mau ikut lihat ini." Tampaklah sebuah gambar. Dalam gambar itu terlihat apa yang dikisahkan Arrie ini: "Bapak saya memakai celana piyama putih, kaus oblong putih, sedang terbaring di kasur berseprai putih. Sedang ibu saya bersimpuh di kaki Bapak." Saat melihat gambar itu, badan Arrie terasa terangkat dan terdengar debur ombak. Semua kejadian itu dirasakannya bukan hanya sebagai mimpi, tapi dalam keadaan setengah sadar. Esok ada kejadian aneh lagi. Sewaktu berada di tingkat 8, lantai serasa bergoyang. Seperti ada gempa: lampu bergoyang, tembok bergetar. Bondan Winarno pun merasakannya. Semua peserta seminar di lantai itu ribut. Tapi lantai-lantai lain ternyata tak merasakan guncangan itu. Maka, siapa pun geger. "Nyai Roro Kidul mengganggu kita," terdengar di mana-mana. Pulang seminar, bulan November, Arrie lebih kaget. Ayahnya sakit, dirawat di rumah sakit. Suasana di kamar rumah sakit itu ternyata sama persis dengan apa yang dilihatnya dalam gambar: celana piyama, kaus oblong, dan seprai serba putih. Setelah menjalani operasi, ayah Arrie Toelle pun meninggal. Cerita Arrie dan Bondan Winarno memang tak dapat diabaikan begitu saja untuk dianggap sebagai nonsens. Tetapi orang selalu bisa mengatakan bahwa pada saat-saat tertentu bisa terjadi mimpi, atau bahkan ilusi dan halusinasi, lantaran berperannya sugesti yang kuat kepada satu atau sejumlah orang. Dan itu nampaknya memang bisa dikatakan dalam hal "pertemuan" Mang Acil, yang sudah 49 hari tidur sendirian di kamar 308 di Samudera Beach Hotel itu. Ceritanya tentang wajah Nyai Roro Kidul: hampir sama dengan lukisan Basoeki Abdullah yang tergantung di sana, yang pasti nampak di matanya setiap kali. Bahkan Edi Wiryanto, seorang pedagang muda yang sengaja datang untuk menyaksikan hasil "pertemuan" Mang Acil itu, tetap tak jadi yakin. "Saya tak percaya kalau pertemuan itu ada," katanya. "Saya ke sini hanya ingin melihat sampai seberapa banyak orang yang penasaran mau melihat peristiwa itu." Yang hadir ternyata cuma 15 sampai 20 orang. Juga tak percaya Rudi Abdullah, yang mengaku punya kapasitas paranormal itu. "Tak mungkin Acil bisa bertemu dengan Nyai Roro Kidul," katanya. Alasannya? "Karena waktu saya bertemu secara fisik dengan Nyai Roro Kidul, beliau mengatakan tak akan bertemu dengan Acil pada tanggal 27 Agustus." Seorang ahli kebudayaan Jawa, Karkono, yang kenal betul dengan cerita-cerita di masyarakat Jawa, juga memandang cerita tentang kamar 308 Samudera Beach Hotel itu dengan sangat skeptis. Mendengar acara pertemuan Mang Acil dengan Nyai Roro Kidul itu, Karkono cuma tersenyum. "Itu 'kan termasuk promosi," katanya. Bukan mustahil. Tapi toh anggapan ini ditolak oleh Maroeli Silitonga dan William J. Manuputty, masing-masing general manager dan sales manager hotel itu. "Pertemuan" Mang Acil dan Sang Nyai sejak awal diatur oleh Chen, orang Taiwan itu, dengan Acil sendiri, tanpa diketahuinya. Menurut Manuputty, ia tak 'menjual' kamar 308 itu seperti kamar-kamar lainnya. Bahwa kamar 308 yang seperti itu ada, katanya lebih jauh, lantaran ada desakan dari orang-orang tua setempat untuk menyediakan kamar khusus "buat Nyai Roro Kidul", sejak hotel untuk tetirah itu didirikan di tahun 1966, atas prakarsa Presiden Soekarno. Tak dijelaskan kenapa justru kamar nomor itu yang dipilih. Tadinya kamar 620 yang dipilih. Dan pihak hotel setuju saja terhadap usul para orang tua itu -- mungkin ini termasuk servis yang baik. Tak disebutkan sejauh mana servis itu bisa mendatangkan tambahan hasil. Baik berkat Nyai Roro Kidul, maupun berkat orang yang percaya kepadanya, maupun dari mereka yang ingin tahu dan datang ke Samudera Beach. Seperti diakui Manuputty sendiri, sampai kini hotel yang dikelolanya masih merugi. Zaim Uchrowi, Riza Sofyat (Bandung), I Made Suarjana (Yogya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus