Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Kursi Goyang Sekjen PDIP Setelah KPK Memeriksa Hasto Kristiyanto

PDIP bersiap mengganti Hasto Kristiyanto setelah ia diperiksa KPK dalam kasus Harun Masiku. Mewaspadai cawe-cawe Istana.

23 Juni 2024 | 00.00 WIB

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri didampingi Sekjen Hasto Kristiyanto menuju ruangan untuk memberikan pengarahan internal dalam Rapat Kerja Nasional V PDI Perjuangan di Ancol, Jakarta, 25 Mei 2024. Antara/M Risyal Hidayat
Perbesar
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri didampingi Sekjen Hasto Kristiyanto menuju ruangan untuk memberikan pengarahan internal dalam Rapat Kerja Nasional V PDI Perjuangan di Ancol, Jakarta, 25 Mei 2024. Antara/M Risyal Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

MEGAWATI Soekarnoputri mempercepat kepulangannya dari Bali pada Senin sore, 10 Juni 2024. Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut batal tinggal lebih lama di Pulau Dewata setelah mengetahui hari itu Komisi Pemberantasan Korupsi memeriksa Hasto Kristiyanto dalam kasus suap Harun Masiku. Di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Hasto telah menantinya.

Kepada Hasto, Megawati Soekarnoputri menanyakan hasil pemeriksaan hari itu. Setelah mendengar penjelasan Sekretaris Jenderal PDIP tersebut, Megawati malah tertawa. “Kamu sekarang merasakan seperti saya yang pernah dipanggil polisi,” kata Hasto menceritakan ucapan Megawati kepada Tempo di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 20 Juni 2024.

Pada masa Orde Baru, Megawati beberapa kali diperiksa oleh polisi. Misalnya dalam peristiwa pengambilalihan kantor PDI pada 27 Juli 1996. Adapun Hasto diperiksa oleh KPK dalam kasus suap Harun Masiku, calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari PDIP, terhadap anggota Komisi Pemilihan Umum, Wahyu Setiawan.

Suap itu bertujuan agar Harun bisa dilantik sebagai pengganti Nazarudin Kiemas, adik ipar Megawati, yang meninggal sebelum hari pencoblosan Pemilu 2019. Hasto ditengarai berperan menghubungkan Harun dengan Wahyu. KPK menangkap Wahyu pada Januari 2020. Harun masih berstatus buron dan Hasto belum menjadi tersangka.

Megawati menaruh perhatian terhadap kasus yang menyeret nama Hasto. Bendahara Umum PDIP Olly Dondokambey bercerita, presiden kelima itu pernah mengajak berdiskusi sebelum Hasto diperiksa KPK. Dalam pertemuan di rumah Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Olly menjelaskan bahwa perkara itu adalah kasus lama yang dibuka kembali oleh KPK.

Kepada Megawati, Olly yang ditemani oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan bahwa tim hukum PDIP juga telah merekonstruksi kasus tersebut. “Ibu Mega meminta kami memantau perkara tersebut,” tutur Gubernur Sulawesi Utara itu kepada Tempo di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis, 20 Juni 2024.

Sehari setelah Hasto diperiksa, atau Selasa, 11 Juni 2024, sejumlah pengurus dan tim hukum partai banteng berkumpul di lantai 2 kantor Dewan Pengurus Pusat PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Politikus PDIP, Andreas Pareira, menyebutkan pertemuan itu berlangsung hingga dinihari. Andi Widjajanto, politikus PDIP lainnya, mengatakan para peserta mengkaji pemeriksaan Hasto oleh KPK.

Mantan Sekretaris Kabinet itu menyatakan para peserta rapat menduga ada empat alasan KPK memeriksa Hasto setelah empat tahun kasus Harun Masiku terkubur, yakni murni proses hukum, residu dari pemilihan presiden, ada tujuan memecah belah PDIP, atau terkait dengan pemilihan kepala daerah atau pilkada 2024.

“Tapi alasan pertama sepertinya tidak tepat,” ujar Andi, yang juga mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, kepada Tempo, Rabu, 12 Juni 2024. Para peserta yang hadir pun meyakini pemeriksaan Hasto bermotif politik.

Anggota DPR dari PDIP yang juga mengikuti diskusi itu, Deddy Yevri Hanteru Sitorus, mengatakan peserta pertemuan pun menduga ada upaya mencopot Hasto sebagai sekretaris jenderal karena dianggap sebagai penghambat komunikasi antara Presiden Joko Widodo dan Megawati. Apalagi belakangan Hasto kerap mengkritik Jokowi dan keluarganya.

Hasto pernah menyebutkan bahwa PDIP tak mau berkoalisi dengan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka jika ada keterlibatan Jokowi. Pada pemilihan presiden 2024, PDIP berseberangan dengan Jokowi yang mendukung Prabowo-Gibran. Padahal PDIP ikut memenangkan Jokowi dalam dua kali pemilihan presiden. 

Sikap PDIP terhadap Jokowi kian keras setelah partai itu menggelar rapat kerja nasional yang berlangsung pada akhir Mei 2024. “Rakernas PDI Perjuangan merekomendasikan agar partai tidak bekerja sama dengan pihak yang melanggar konstitusi,” kata Hasto. 

Para peserta rapat di kantor PDIP pun memetakan keinginan Jokowi dengan adanya pemeriksaan Hasto. Misalnya Jokowi bisa bertemu dengan Megawati. Kemungkinan lain, Jokowi bisa jadi menghendaki agar PDIP mengganti Hasto. Dua peserta rapat mengatakan Hasto diminta berpuasa mengkritik Jokowi hingga pergantian presiden pada Oktober mendatang.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Egi Adyatama, Francisca Christy Rosana, dan Daniel A. Fajri berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Puasa Kritik Petinggi Diponegoro"

Hussein Abri

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, lulusan Universitas Pasundan, Bandung, ini banyak meliput isu politik dan keamanan. Reportasenya ke kamp pengungsian dan tahanan ISIS di Irak dan Suriah pada 2019 dimuat sebagai laporan utama majalah Tempo bertajuk Para Pengejar Mimpi ISIS.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus