Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LAGU "Bunda Piara" menyimpan kenangan mendalam bagi Antonius Victor Kaisiepo. Ia pertama kali mendengar lagu ciptaan R. Geraldus Daljono Hadisudibyo ini dari ayahnya, Frans Kaisiepo, pada sekitar 1978. Waktu itu Victor berusia 4 tahun dan masih bersekolah di kelompok bermain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setiap pagi, seperti diingat Victor, Frans menyanyikan lagu itu sambil menyetir dari rumah mereka di Jalan Belanak IV Nomor 32, Rawamangun, Jakarta Timur, menuju sekolah Victor di sekitar Tugu Proklamasi. Frans bernyanyi dengan riang. “Agar saya bersemangat bersekolah,” kata Victor pada awal Agustus lalu. Victor kini 48 tahun, bekerja di kantor pemerintah Merauke, Papua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengantar anak ke sekolah adalah rutinitas Frans sebelum berangkat ke kantornya di Dewan Pertimbangan Agung di sebelah Istana Merdeka. Sebelum mengantar Victor ke sekolah, Frans kadang mengajaknya berjalan-jalan pagi. Ia membangunkan anak kedua dari istri keduanya, Maria Magdalena Moorwahyuni, tersebut setiap pukul 05.00.
“Bila kuingat lelah ayah-bunda, bunda piara, piara akan daku, sehingga daku besarlah,” Victor menyanyikan sebait lagu "Bunda Piara" yang seluruh syairnya menceritakan hidup anak yang bahagia. Menurut dia, ayahnya menyanyikan lagu itu agar ia menikmati masa kanak-kanak dengan gembira.
Victor adalah anak tunggal Maria Magdalena Moorwahyuni. Dari semua anak Frans, Victor adalah anak keempat. Maria terpaut 25 tahun lebih muda dari Frans. Keduanya menikah pada 12 November 1973, ketika Frans berusia 52 tahun. Maria keturunan ningrat Jawa dari Kudus, Jawa Tengah, yang punya pertalian dengan darah biru Kerajaan Demak. Kakek Maria pernah menjabat Bupati Kudus.
Di mata keluarga Maria, Frans adalah sosok kepala keluarga yang mementingkan sekolah. Dari kerabat ayahnya di Jayapura, Papua, Victor mendapat cerita. Sewaktu kecil, ayahnya harus berpisah dengan orang tuanya karena bersekolah di Biak, lalu kembali ke Jayapura untuk masuk sekolah kepamongan.
Karena itu, kerabat Frans dan anak-anaknya lulus sarjana. Frans, Victor menambahkan, juga membantu banyak anak-anak mendapatkan beasiswa agar bisa bersekolah. “Bapak selalu menekankan sikap jujur, hidup sederhana seperti dirinya,” tutur Victor.
Samuel Manggaprouw, suami Susanna Kaisiepo, anak kedua Frans dari istri pertama, bercerita bahwa mertuanya itu juga acap mengajaknya berdiskusi tentang isu pendidikan, sekolah, dan pengajar. Samuel adalah guru, sama seperti Frans sebelum menjadi birokrat. “Kalau kami pulang ke Jayapura, beliau pasti mengajak saya berdiskusi soal pendidikan,” ucap Samuel.
Itu sebabnya Frans Kaisiepo memilih "Bunda Piara" sebagai lagu yang rutin ia nyanyikan saat berkendara bersama Victor, lagu yang berisi pesan tentang pentingnya pendidikan. Kasih sayang orang tua, ujar Victor, adalah pendidikan pertama anak-anak di rumah. Kedekatan adalah komunikasi dalam pendidikan awal anak-anak dari ayahnya.
Waktu ku kecil, hidupku amatlah senang
Senang dipangku, dipangku, dipeluknya
Serta dicium, dicium, dimanjakan
Namanya kesayangan
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Lagu Wajib Sebelum Bersekolah"