Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sempurna Bopeng

Di pekanbaru terjadi kebakaran 4 kali dalam 5 tahun terakhir pada tempat yang sama, di kawasan pertokoan jalan imam bonjol dan jalan sulawesi, terlihat kota bertambah bopeng.

15 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RABU, 21 September lalu, Pekanbaru terbakar lagi. 61 buah toko/kios musnah, meskipun tak ada korban manusia. Ini adalah kebakaran yang ke 4 kalinya dalam 5 tahun terakhir ini di ibukota propinsi Riau itu. Tempatnya, itu itu juga. Jalan Imam Bonjol dan Jalan Sulawesi, yang memang padat dengan kios dan toko yang bangunannya kebanyakan sudah rapuh karena terbuat dari papan. Kejadian ini mengingatkan orang pada beberapa tahun lalu, ketika tumpukan pasar/toko yang tak jauh dari tempat kebakaran itu musnah dilalap api tahun 73 dan 74 di mana sekitar 86 buah toko musnah dan 50 lebih pedagang kehilangan tempat berusaha. Sementara hak atas tempat-tempat yang terbakar itu praktis dikuasai oleh pihak Walikota. Memang para korban kebakaran itu faham bahwa jika "tempat terbakar, maka izinpun habis" seperti diakui oleh Iwan Yasni (32 tahun), salah seorang korban kebakaran tahun 73. Begitu toko mereka musnah, begitu mereka harus peras keringat sendiri menyewa ke sana ke mari. Sedangkan tempat-tempat penampungan sementara, "tak sebiji pun disediakan" cerita Iwan, yang oleh para korban diberi kuasa bertindak untuk mengurus kepentingan mereka kepada pihak Pemda Kodya. Tapi itu pun bukan penting sangat, yang mereka harapkan adalah kesediaan dari pihak walikota untuk mengizinkan para korban membangun kembali kawasan yang terbakar itu. Mana Yang Cocok Sudah berkali-kali Iwan dkk menemui walikota untuk maksud itu. Namun belum dapat persetujuan. Tampaknya, pihak walikota masih keberatan, mengingat kedudukan Pekanbaru sebagai kota propinsi, mestilah setiap bangunan yang muncul ditata dengan sistim yang lebih cocok. Ini dimaklumi. Sebab selama ini Pekanbaru, seperti banyak kota lain di Indonesia, memang bak janda berbedak Cantik di depan, tapi bopeng-bopeng di dalam. Tapi, "kami pun bersedia memenuhi apa maunya pak Wali" tegas Iwan. Dan untuk itu berpuluh korban membuat surat pernyataan "sanggup." Yang penting buat mereka, "tempat itu kembali ditempati oleh kami" lanjut Iwan. Tentu saja, daerah Imam Bonjol itu memang termasuk kawasan perdagangan yang strategis dan ramai. Inilah yang disebut Pasar Pusat Pekanbaru itu. Harapan Iwan dan kawan-kawannya itu tampaknya tetap belum direstui. Sebab belakangan terbetik kabar bahwa kawasan itu akan dibangun sendiri oleh pihak kotamadya. Cuma kabarnva ter bentur pada rencana yang tak cocokantara pihak kotamadya dan pihak propinsi. Pihak kotamadya menginginkan di kawasan itu di bangun pasar-pasar inpres yang dianggap amat dibutuhkan oleh warga Pekanbaru sehingga dapat menampung pedagang-pedagang lemah lebih banyak. Pihak propinsi menginginkan pusat-pusat pertokoan yang lebih mentereng. Maklum ini kan ibukota propinsi. Tapi, dikhawatirkan bangunan-bangunan itu tak bakal ditempati oleh para pedagang mengingat kemampuan para pedagang lemah di kota itu. Sementara rencana itu keluar masuk map dan belum putus-putus juga, kawasan yang terbakar tahun 73-74 itu, yang 2 Ha lebih luasnya sudah segera menjadi belukar. Sungguh tak sedap pemandangan di sebuah kota propinsi, sehabis melihat toko-toko yang bagus tiba-tiba mata membentur semak-semak, dan kawasan yang terbengkalai begitu saja. Ditambah dengan kebakaran September 77 ini, maka sempurnalah kebopengan Pekanbaru itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus