Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Hanya pesta lomban buat mereka

Setiap tahun di hari ke-7 setelah hari raya ied, di kota jepara diadakan pesta lomban. upacara untuk menunjukkan bakti rakyat jepara kepada "danyang" penjaga lautan.

15 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARI ketujuh setelah hari raya led setiap tahunnya, merupakan hari yang paling sibuk dan meriah bagi kota kecil Jepara, UjUllg atas dalam peta Jawa Tengah. Ada pesta yang diberi nama Pesta Lomban, yang intinya berupa upacara tradisionil bagi para nelayan untuk menunjukkan baktinya kepada para "danyang" penjaga lautan. Pesta Lomban tahun ini, jatuh pada tanggal 22 September. Pagi pagi sekali, penduduk sudah siap. Juga para penggede kota kecil itu, seperti Bupati Jepara Soedikto SH, sang nyonya dan para anggota Muspida suda. berkemaskemas di pendapa kabupaten. Karena selain pesta, ada pula upacara lain yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. Pagi itu, ada peresmian dua buah kios BUUD/KUD perikanall yang dibangun di dua desa nelayan: Jobo Kuto dan Pesajem Biaya kedua buah kios tersebut menelan uang sebanyak Rp 700.000. Setelah acara peresmian kios barulah semuanya menuju TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Jobo Kuto yang letaknya persis di bibir pantai. Bupati Lelembut, Demang Morfinis Dan berceriteralah Maridi yang jadi kepala TPI Jobo Kuto tentang asal usul upacara tradisionil ini. Sekitar 43 tahun yang lalu, tersebutlah seorang haji yang bernama Sidik yang jadi lurah di desa Ujung Batu. Haji Sidik dianggap oleh penduduk setempat sebagai seorang yang bijaksana, punya ilmu bahkan menguasai ilmu yang bisa tahu keadaan yang akan datang. Orang Jawa bilang: "weruh sakdurunge winarah," tahu apa-apa yang bakal terjadi. Kata orang, Pak Haji ini juga sering menerima wangsit, ilham gaib yang tidak bisa sembarang orang bisa mendapatnya. Berkat ilmunya inilah, Haji Sidik bisa berkomunikasi dengan mbah Suto Bondo alias mbah Suto Jiwo. Dia ini, oleh masyarakat pantai Jepara diakui sebagai "danyang" penjaga lautan dan digolongkan sebagai mahluk halus alias lelembut. Bahkan banyak yang menyebutnya juga mbah Suto adalah "bupati lelembut"nya daerah Jepara. Untuk mbah Suto inilah, sesaji, pesta tradisionil dan segala keramaian diadakan. Untung saja makanan kesukaan mbah Suto tidak mahal. Cuma rujak degan atau kelapa muda yang diberi gula. Tapi mbah Suto juga konon punya staf yang juga harus diberi pungli. Yaitu Bambang Adi Dirjono, yang cukup puas mendapat kiriman cengkaruk gimbal, sejenis makanan dari ketan digoreng kemudian diaduk dengan gula kelapa plus santan. lantaran pungli dialamatkan pula untuk Tunggul Wulung, yang diangkat jadi gembala ikan-ikall di laut. Si Tunggul Wulung ini lain lagi kesukaanya. Jangan kaget, candu. Rupanya dia ini tergolong morfinis juga. Dan dari semuanya itu, yang paling top adalah Sang Hyang Baruna. Dia adalah penguasa tertinggi untuk kawasan lautan. Hobinya lain lagi. Kepala kerbau adalah kesukaannya. Untuk tahun ini panitya telah memberikan kepala kerbau tersebut seharga Rp 10.000, jumlah pungli yang dianggap paling tinggi. Sesajen tersebut dilengkapi pula dengan hidangan lainnya seperti macam-macam kuwe yang disebut jajan pasar, tebu, pisang raja dan sebagainya. Semuanya itu dihanyutkan ke laut dan dibungkus jadi satu. Bentuk bungkusan berupa rumah-rumahan. Menghanyutkan sesaji tersebut, harus dilakukan oleh bupati sendiri. Sudikto dan rombongan naik sebuah kapal bermotor. Kapal-kapal kecil milik nelayan, mengiringkam Rakyat banyak, menonton di pinggir pantai. Anak-anak tanggung siap dengan celana kolornya untuk berenang ke tengah. Yang terakhir ini mempunyai tujuan lain: siapa tahu bisa menangkap sebuah pisang atau sepotong kuwe sesajen. Topeng Monyet, Tong Setan Pokoknya pantai pemandian Kartini, demikian mereka menamakan tempat itu, ramailah. Pengunjung bukan dari Jepara saja. Tapi banyak yang datang dari Semarang, Sala dan kota lainnya. Untuk pemerintah daerah, makin ramainya orang datang, semakin besar hasil pendapatan daerah. Maklum, setiap yang masuk. kena tarikan Rp 25 sebagai penganti karcis masuk. Untuk Pemda lumayan. Untuk para nelayan, nasib selamat diharapkan. Untuk rakyat, ini adalah salah satu dari sekian saja kesempatan berekreasi. Jumlah nelayan Jepara lumayan banyaknya. Ukuran teri, mereka ada sekitar 12.000 orang Perahu yang tercatat cuma berjumlah 1.888 buah dan 10 buah saja yang tergolong sebagai perahu bermotor. Produksi setiap hari rata-rata cuma 6-10 ton saja. Harga ikan, untuk ukuran Jakarta, murah sekali. Pukul rata segala macam jenis ikan per kilonya cuma Rp 110 sampai Rp 150. Jumlah di atas 6 ton sehari juga bukan milik nelayan Jepara. Kebanyakan berasal dari Pekalongan, Batang, Tegal dan Semarang. Sebegitu jauh, nelayan-nelayan yang mempunyai peralatan sederhana ini belum menikmati kredit-kredit semacam KIK (Kredit Investasi Kecil) atau KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen). Niat ini sudah pernah dibicarakan antara Sudikto dan Zaenal Arifin yang jadi Ketua HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia). Tapi hingga sekarang cuma angan-angan saja. "Saya dapat info," demikian seorang pejabat dari DPRD Kabupaten Jepara, "salah sebuah kantor dinas memasang tarif Rp 150.000 untuk sebuah rekomendasi kredit nelayan. " Nah pungli lagi. Sehingga dari tahun ke tahun, cuma segitulah nasib nelayan dikasihani: Pesta Lumban. Karena dengan pesta yang cuma setahun sekali ini anak isteri pun turut bergembira. Malahan dalam pesta cuma satu siang itu ada pula atraksi menarik buat anak-anak: tari topeng, orkes dangdut, tong setan dan topeng monyet melegakan hati sejenak dari hidup yang gersang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus