Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Serangan bom mengguncang Gereja Katedral Hati Yesus Maha Kudus Makassar, Sulawesi Selatan, kemarin.
Dua orang yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri tewas dalam serangan ini.
Polisi terus memburu anggota lain kelompok teror Jamaah Ansharut Daulah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Bum! Bum! Dua ledakan yang terjadi hampir bersamaan membuat Yosia buru-buru ke luar Cafe Pelangi, tempat ia bekerja, kemarin. Berjarak sekitar 170 meter dari kafe, dia melihat warga berlarian. Teriakan orang meminta pertolongan pun terdengar dari arah Gereja Katedral Hati Yesus Maha Kudus Makassar, Sulawesi Selatan.
Yosia kemudian berlari menuju sumber ledakan. Di tengah Jalan Kajaolalido, dia melihat serpihan tubuh berserakan dan paku-paku berhamburan. "Bunyinya besar sekali. Meledak di depan pagar (gereja) dan sepeda motornya terbakar," kata Yosia kepada Tempo.
Yosia kemudian menghampiri seorang nenek yang meminta tolong untuk membawa tiga cucunya ke rumah sakit. Dia pun berlari meminjam sepeda motor temannya tanpa berpikir panjang, lalu membawa sang nenek beserta cucunya ke Rumah Sakit Pelamonia. Saat diwawancara, baju bagian kiri Yosia berlumuran darah.
Petugas kepolisian memeriksa TKP bom bunuh diri di depan Gereja Katolik Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, 28 Maret 2021. TEMPO/Iqbal Lubis
Ledakan bom ini mengakibatkan dua orang tewas dan 19 orang lainnya luka. Mereka yang tewas diduga sebagai pelaku bom bunuh diri. Pelaku diduga merupakan anggota kelompok teror Jamaah Ansharud Daulah Sulawesi Selatan, yang juga berjejaring dengan kelompok sejenis di Filipina Selatan.
Berbeda dengan Yosia, saksi lain yang berjarak sekitar 50 meter dari Katedral, Laele, mengemukakan hanya ada satu kali bunyi ledakan sekitar pukul 10.30 WIB. Saat itu, dia sedang menumpang sepeda motor yang dikendarai istrinya melintasi Jalan Kajaolalido.
Mendengar ledakan yang keras itu, istri Laele, Naima, langsung menepikan kendaraan. Laele kemudian melihat sepeda motor terbakar di depan gerbang gereja dan potongan tubuh manusia yang berhamburan di jalanan. Ada juga beberapa orang yang terjatuh dan mengalami luka di kakinya. "Asap saat itu hitam pekat sekali," kata dia.
Beberapa saat sebelum bom meledak, dia mengatakan, tidak banyak orang berkerumun di sekitar gereja. Laele hanya melihat beberapa orang keluar dari gereja hingga akhirnya ledakan terjadi. Tidak banyak kendaraan yang lalu-lalang kala itu.
Pastor Gereja Katedral, Wilheminus Tulak, mengemukakan ledakan tersebut berasal dari bom yang diledakkan pelaku pengendara sepeda motor di depan gerbang gereja. Saat itu, jemaat tengah beribadah Minggu palma sebelum paskah.
Dia menceritakan, waktu itu sejumlah anggota jemaat baru pulang selepas menunaikan misa kedua. Ada juga anggotanya yang baru datang untuk menunaikan ibadah ketiga. "Pas selesai ibadah kejadiannya, sudah pada pulang jemaat. Justru umat yang pulang kena," kata dia.
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan, Inspektur Jenderal Merdisyam, menuturkan ledakan terjadi dari dua pelaku yang mengendarai sepeda motor. Mereka ingin masuk ke dalam gereja, tapi dihalau petugas keamanan. Bom meledak saat kedua pelaku masih di atas sepeda motor. Mereka pun tewas dalam keadaan mengerikan.
Kejadian ini mengakibatkan 19 orang luka-luka. Lima di antaranya petugas keamanan gereja yang berada tak jauh dari lokasi ledakan. Mereka rata-rata mengalami luka di bagian leher, dada, wajah, tangan, dan kaki.
Merdisyam mengatakan, berdasarkan analisis tim, bom yang digunakan pelaku memiliki daya ledak tinggi. Bom itu disimpan di dalam wadah panci. Tim juga menemukan paku-paku yang bertebaran di tengah jalan. Dia menyebutkan, berdasarkan pemeriksaan, bom hanya meledak sekali. "Yang merakit ini sangat paham dalam hal kerja-kerja peledakan," ujar dia.
Merdisyam mengemukakan bahwa proses olah tempat kejadian perkara sudah dilakukan polisi sejak siang hari. Proses identifikasi pelaku juga dilakukan bersama Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri.
Kepolisian mengumumkan hasil identifikasi pelaku pada Ahad malam. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengemukakan bahwa salah satu pelaku berinisial L merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharud Daulah. Menurut dia, L merupakan bagian dari anggota jaringan kelompok yang 20 orang di antaranya telah ditangkap sebelumnya di sejumlah tempat di Sulawesi Selatan.
Pelaku lainnya baru diketahui berjenis kelamin perempuan. Penelusuran identitas lebih lanjut pelaku ini dilakukan melalui tes DNA lantaran anggota tubuh pelaku sudah terpencar dalam bentuk serpihan. Polisi memeriksa DNA pelaku agar lebih jelas dan lebih bisa dipertanggungjawabkan secara ilmu pengetahuan. "Inisial serta data-datanya sudah kami cocokkan. Ledakan yang terjadi terkait dengan bom menggunakan bom panci," tutur dia.
Listyo mengatakan L merupakan anggota kelompok yang tergabung dengan pelaku pengeboman Jolo, Filipina, pada 2018. "Yang bersangkutan merupakan anggota kelompok dari beberapa pelaku telah kami amankan," kata Listyo setelah mengunjungi lokasi, kemarin malam. Ia juga menyatakan telah menangkap empat orang di Bima yang diduga berkaitan dengan pengeboman ini.
Listyo berharap masyarakat tetap tenang, tidak panik, dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal. Apalagi, kata dia, sebentar lagi umat Kristiani merayakan Hari Raya Paskah dan umat Islam akan memasuki puasa Ramadan. "Silakan beribadah dengan tenang. Kami Polri di-backup TNI siap untuk mengamankan,” kata dia.
Ia juga mengajak seluruh masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, seperti Barisan Ansor Serba Guna (Banser), ikut mengamankan tempat-tempat ibadah. Ia pun telah memerintahkan Densus 88 Antiteror terus mengikuti pergerakan anggota kelompok teror ini. "Saya perintahkan tangkap mereka dan lakukan tindakan tegas kalau melawan," kata Listyo.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. mengutuk keras pengeboman ini. Ia mengatakan telah memerintahkan aparat keamanan untuk memperketat pengamanan. "Pemerintah juga sudah meminta aparat keamanan, yakni Polri dan TNI, untuk meningkatkan pengamanan di rumah-rumah ibadah, di pusat-pusat keramaian, dan di berbagai wilayah publik lainnya di seluruh Indonesia," kata Mahfud dalam konferensi pers, kemarin.
Ia mengatakan telah berkoordinasi dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Kapolri, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), pimpinan TNI, kapolda setempat, dan Kepala Densus 88 Antiteror. Mahfud menyatakan telah memberikan instruksi kepada enam lembaga itu untuk mencari dan mengejar pihak-pihak yang mengetahui, berhubungan, atau menjadi bagian dari pelaku atau kelompok tersebut.
Menurut Mahfud, bom di Makassar tidak terkait dengan agama apa pun. Serangan di Katedral itu, kata dia, adalah murni teror. “Kalau pelakunya mengatasnamakan perjuangan agama tertentu, berarti dia telah beragama secara salah, agama apa pun,” kata dia.
DIDIT HARYADI | ROBBY IRFANY
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo