Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEPERTI musuh yang datang bergelombang, berbagai penyakit menerjang tubuh Soeharto. Ginjalnya gagal berfungsi, jantung tak optimal, infeksi paru-paru mengancam nyawanya. Semuanya secara bersamaan menyita perhatian tim dokter yang menangani mantan presiden yang berkuasa 32 tahun itu.
Memasuki minggu ketiga Soeharto terbaring di Rumah Sakit Pusat Pertamina, tim dokter menyatakan kakek 86 tahun ini sudah terkena infeksi sistemik. Bahasa mudahnya: infeksi merasuki tubuh secara keseluruhan. Menurut Ketua Tim Dokter Kepresidenan Mardjo Soebiandono, timnya meningkatkan terapi untuk melawan infeksi ini.
Mengapa infeksi sistemik sampai terjadi? Yang paling bermasalah dalam tubuh Soeharto adalah paru-paru, jantung, dan ginjal. Paru-parunya terkena infeksi. Akibat daya tahan tubuh Soeharto lemah, infeksi tidak dapat sembuh. Ventilator yang dipasang untuk membantu pernapasan ikut andil membuka jalan masuk jamur dan kuman, yang memperparah infeksi di dalam paru-paru.
Sistem kekebalan tubuh yang menurun membuat infeksi itu sulit ditangani. Bukan itu saja. Infeksi bahkan menyebar bersama aliran darah ke sekujur tubuh. Jika kondisi buruk ini berjalan terus, sebaran infeksi akan mengenai semua organ. Inilah yang dinamai infeksi sistemik. ”Infeksi sistemik dapat menjadi infeksi darah atau sepsis akibat komplikasi infeksi berat yang sudah ditandai dengan disfungsi multi-organ.” Ini pendapat Iris Rengganis, dokter ahli imunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Disfungsi multi-organ di tubuh Soeharto disebabkan oleh usia lanjut. Akibat faktor alamiah itu, bilik kiri jantung, yang bertugas mengalirkan darah bersih ke seluruh tubuh, tidak bekerja optimal. Kerja ginjal menyaring racun pun terganggu.
Memperbaiki sistem imunitas adalah penentu hidup Soeharto. Namun, untuk mendongkrak sistem kekebalan tubuhnya, tidak bisa sembarangan. ”Kondisi ginjal yang buruk tidak memungkinkan masuknya obat khusus untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh atau imunomodulator,” kata Iris.
Asupan makanan merupakan cara terbaik memperbaiki kekebalan tubuh. Namun dokter juga harus berhati-hati memberikan diet pada Soeharto mengingat kondisi jantung dan ginjalnya. Salah sedikit memberi asupan makanan malah bisa memperburuk keadaan. Satu kesalahan kecil bisa berakibat buruk pada organ yang lain.
Beberapa waktu lalu, ketika Soeharto mendapat treatment CVVHD (continuous veno-venous haemodialysis) untuk mengeluarkan cairan tubuh, kadar haemoglobinnya malah merosot. Untuk menambah kadar haemoglobin, dilakukan transfusi. Tapi, karena otot jantung tidak bekerja sempurna, pemasukan darah perlu dilakukan pelan. Kalau terlalu cepat, terjadi tambahan cairan dalam tubuh. Serba salah.
Dalam keterangan pers Jumat pekan silam, tim dokter menjelaskan kondisi kesehatan Soeharto membaik. Dikabarkan kesadaran Soeharto meningkat dan dia mulai bisa merespons pertanyaan dokter dengan gerakan. Namun infeksi sistemik masih menghantuinya. Daya tahan tubuh sang jenderal besar akan menentukan sampai kapan ia mampu bertahan.
Bina Bektiati
Tiga Organ yang Terserang
- Bilik kiri jantung tak optimal memompa darah bersih ke seluruh tubuh.
- Organ-organ lain yang kurang oksigen mengalami penurunan fungsi.
- Daya tahan tubuh ikut melemah.
- Paru-paru sudah terinfeksi, diperparah dengan kuman yang masuk melalui ventilator.
- Zat imunitas pada paru-paru lemah, tidak mampu menghadang ”musuh” yang masuk.
- Penetrasi kuman dan bakteri meluas ke seluruh tubuh bersama aliran darah.
- Fungsi ginjal buruk memperparah kemampuan menyerap serta membuang cairan dan racun.
- Disfungsi ginjal melemahkan kekebalan tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo