Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Militer Israel semakin gencar meluncurkan serangan udara ke seluruh penjuru Gaza. Agresi ini sebagai balasan atas serangan kelompok milisi Hamas ke wilayah Israel.
Serangan udara Israel di Gaza utara telah menyebabkan Rumah Sakit Indonesia kewalahan. Banyak mayat ditelantarkan di pinggir jalan.
Jumlah korban di Gaza yang terus bertambah tidak sebanding dengan ketersediaan obat-obatan.
SEBUAH detuman membuat Fikri Rofiul Haq terdiam sesaat. Ledakan bom itu samar-samar terdengar, menandakan sumber suara kali ini jauh dari Fikri yang tengah berada Rumah Sakit Indonesia di Kota Beit Lahia, Jalur Gaza utara, Palestina. “Ini plafon sampai bergetar,” kata Fikri melanjutkan kalimatnya ketika berbincang dengan Tempo lewat sambungan telepon seluler, kemarin siang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dentuman bom siang itu bukan yang pertama kali, tidak juga yang terakhir. Seharian kemarin, Selasa, 10 Oktober 2023, militer Israel semakin gencar meluncurkan serangan udara ke seluruh penjuru Gaza. Agresi ini sebagai balasan atas serangan kelompok milisi Hamas ke wilayah Israel pada Sabtu pekan lalu.
“Serangan drone udara Israel ini masif, acak, dan menyasar bangunan-bangunan,” kata Fikri.
Asap mengepul setelah pasukan Israel menyerang menara tinggi di Kota Gaza, 7 Oktober 2023. REUTERS/Ashraf Amra
Fikri hanya satu dari belasan warga negara Indonesia di Jalur Gaza yang kembali menjadi medan perang antara militer Israel dan kelompok Hamas. Pemuda 24 tahun asal Cileungsi, Kabupaten Bogor, itu sudah tiga tahun kuliah di jurusan dakwah Universias Islam Gaza. Selama ini ia tinggal di Wisma dr. Joserizal yang berdiri berhadap-hadapan dengan Rumah Sakit Indonesia.
Sudah tiga hari Fikri dan beberapa pelajar asal Indonesia memilih menetap di rumah sakit yang dibangun dari hasil penggalangan dana Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) di Tanah Air tersebut. Wisma Indonesia dan sebagian area rumah sakit porak-poranda karena turut dihantam roket udara yang diluncurkan Israel pada Sabtu lalu.
Fikri, yang juga menjadi relawan MER-C, masih tak menyangka bisa selamat dari serangan tersebut. Pagi itu, sekitar 10.00 waktu setempat, ia bersama lima anggota MER-C tengah bersiap menyeberang ke Rumah Sakit Indonesia. Seorang di antara mereka, relawan lokal bernama Abu Romzi, pergi lebih dulu dan melewati pagar rumah sakit ketika sebuah roket udara Israel menghujam serta meledakkan mobil operasional MER-C yang terparkir di depan wisma. Abu Romzi pun tewas.
“Jarak kami dan Abu Romzi saat itu hanya sekitar lima meter,” kata Fikri.
Jenazah seorang warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel, di kamp pengungsi Jabalia Jalur Gaza utara, 9 Oktober 2023. REUTERS/Mahmoud Issa
Abu Romzi bukanlah satu-satunya korban sipil dalam perang yang kembali membakar Gaza lima hari terakhir. Serangan udara Israel di Gaza utara telah menyebabkan Rumah Sakit Indonesia kewalahan. Hingga Selasa, 10 Oktober, terdapat 70 korban meninggal dan 450 korban luka-luka di rumah sakit itu saja.
“Kamar mayat rumah sakit tak bisa menampung. Banyak mayat ditelantarkan di pinggir jalan dan di luar kamar mayat,” kata Fikri.
Menurut Fikri, keadaan kini semakin genting lantaran ketersediaan obat juga menipis. Akses kemanusiaan di Rafah, perbatasan Mesir; dan Eres, perbatasan Israel, sudah ditutup. Padahal jumlah korban diperkirakan terus bertambah. “Karena kami menduga masih banyak warga yang terkubur di reruntuhan bangunan,” kata Fikri.
Ketua Presidium MER-C Indonesia, Sarbini Abdul Murad, mengungkapkan kekhawatiran yang sama. Kemarin, dalam keterangan persnya di Jakarta, Sarbini mengatakan bahwa jumlah korban di Gaza saat ini tidak sebanding dengan ketersediaan obat-obatan. Karena itu, timnya akan segera mengirim obat-obatan dan lima tenaga medis untuk membantu penanganan korban. “Kami akan berkoordinasi dengan pemerintah,” kata Sarbini.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI mencatat terdapat 10 WNI yang belum dapat keluar dari sekitar Jalur Gaza. Adapun total WNI di wilayah Palestina sebanyak 45 orang. Sedangkan data Palang Merah Indonesia (PMI) menunjukkan jumlah WNI yang kini terjebak di Jalur Gaza sebanyak 15 orang.
Kementerian Luar Negeri memastikan pemerintah akan berupaya mengevakuasi WNI dari Jalur Gaza. Pemerintah juga telah meminta dukungan Palang Merah Internasional (ICRC). “Menteri Luar Negeri telah komunikasi dengan Presiden ICRC di Jenewa untuk meminta bantuan,” kata juru bicara Kemlu RI, Lalu Muhamad Iqbal, melalui keterangan resmi, kemarin.
Korban Perang Terus Berjatuhan
Jumlah Korban Sipil Diperkirakan Terus Bertambah
Kementerian Kesehatan Palestina dalam keterangan persnya kemarin mengungkapkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan Irael di Gaza terus meningkat menjadi 830 orang. Sebanyak 4.250 orang lainnya terluka.
Di sisi lain, Israel mengklaim warganya yang tewas akibat perang kali—termasuk atas serangan dadakan Hamas pada Sabtu lalu—mencapai 900 orang. Sedikitnya 2.600 warga negara Israel dilaporkan mengalami luka-luka.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan HAM (OCHA) melaporkan, setidaknya 200 ribu dari 2,2 juta penduduk di Jalur Gaza kini terpaksa mengungsi. Mereka takut atas serangan yang terus memborbardir kampung mereka. Sebagian pengungsi juga telah kehilangan tempat tinggal yang hancur akibat serangan udara. Kebanyakan dari mereka berlindung di sekolah-sekolah Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Tengah (UNRWA).
“Jumlah mereka yang terkena dampak permusuhan diperkirakan meningkat,” tulis OCHA dalam keterangan pers yang disampaikan Koordinator Kemanusiaan untuk Wilayah Pendudukan Palestina, Lynn Hastings, kemarin.
Warga Palestina meninggalkan rumah mereka, di tengah serangan Israel, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 10 Oktober 2023. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
OCHA juga melaporkan bahwa Israel telah menghentikan pasokan air ke Gaza sehingga mengurangi ketersediaan air minum yang sudah langka. Pengepungan total yang diperintahkan oleh pemerintah Israel terhadap Gaza juga telah memperburuk situasi kemanusiaan yang kini memutus akses listrik, makanan, dan bahan bakar.
“Warga Palestina di Gaza kini hanya mendapat pasokan listrik 3-4 jam per hari. Hal ini menghambat kemampuan fasilitas kesehatan untuk berfungsi dan merawat mereka yang terkena dampak,” ujar Lynn Hastings.
OCHA berupaya memenuhi kebutuhan mendesak, khususnya tempat tinggal. Namun akses bagi anggota staf kemanusiaan dan pasokan ke Gaza telah terputus. Sementara itu, intensitas permusuhan membatasi kemampuan staf untuk mengirim bantuan.
Dalam keterangannya, Lynn Hastings menyerukan agar warga sipil, terutama anak-anak, petugas kesehatan, tenaga kemanusiaan, dan jurnalis, dilindungi. Warga sipil yang ditangkap harus segera dibebaskan tanpa syarat. Siapa pun yang ditangkap atau ditahan, termasuk kombatan, harus diperlakukan secara manusiawi dan bermartabat.
“Semua aktor yang relevan harus memungkinkan tim dan bantuan kemanusiaan untuk segera dan secara aman menjangkau ratusan ribu orang yang membutuhkan,” ujarnya.
Para pelayat menghadiri pemakaman warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel, di Kota Gaza, 9 Oktober 2023. REUTERS/Mohammed Salem
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan serangan-serangan saat ini diprediksi masih terus berlangsung. Warga sipil akan terus menjadi korban akibat serangan ini.
Dia mengaku telah menerima laporan bahwa rudal-rudal Israel menghantam fasilitas kesehatan di dalam Gaza serta menara-menara permukiman bertingkat dan sebuah masjid. Dua sekolah yang dimiliki UNRWA, yang menampung keluarga pengungsi di Gaza, juga terkena serangan.
“Warga sipil harus dihormati dan dilindungi setiap saat. Infrastruktur sipil tidak boleh menjadi target,” kata Guterres, Ahad lalu.
Guterres menambahkan, situasi di Gaza akan semakin buruk. Peralatan medis, makanan, bahan bakar, dan pasokan kemanusiaan lainnya sangat dibutuhkan bersama dengan akses untuk personel kemanusiaan. Bantuan dan masuknya pasokan penting ke Gaza harus difasilitasi. PBB akan terus berupaya memberikan bantuan untuk menanggapi kebutuhan ini.
“Saya mendesak semua organisasi dan pihak-pihak terkait untuk mengizinkan akses PBB guna memberikan bantuan kemanusiaan yang mendesak kepada warga sipil Palestina yang terjebak dan tak berdaya di Jalur Gaza,” ujarnya.
Seorang pria Palestina membawa jenazah seorang anak yang tewas dalam serangan Israel, di kamp pengungsi Jabalia, di utara Jalur Gaza 9 Oktober 2023. REUTERS/Mahmoud Issa
Konflik Berpotensi Meluas hingga ke Kawasan
Amerika Serikat menyatakan mendukung Israel melakukan serangan balasan ke Hamas di Jalur Gaza. Presiden Amerika Serikat Joe Biden menjanjikan dukungan yang "kokoh dan tak tergoyahkan" kepada Israel. Kemarin, Menteri Pertahanan Lloyd Austin berencana mengirim beberapa kapal dan pesawat militer lebih dekat ke Israel sebagai bentuk dukungan.
Di sisi lain, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) menegaskan dukungan terhadap Palestina saat perang berkecamuk antara Hamas dan Israel. Saudi sedang mengupayakan secara internasional ataupun regional untuk menghentikan eskalasi konflik yang sedang berlangsung.
Seperti dilansir Al Jazeera, Selasa kemarin, penegasan dukungan untuk Palestina itu disampaikan MBS saat berbicara via telepon dengan Presiden Mahmoud Abbas.
"(Saudi) melakukan segala upaya untuk terlibat dengan semua pihak internasional dan regional untuk menghentikan eskalasi yang sedang berlangsung," ucap MBS dalam percakapan telepon dengan Abbas, seperti disampaikan kantor Putra Mahkota Saudi dalam pernyataannya.
Baca juga:
Israel Mengganas Setelah Serangan Hamas
Sejarah Panjang Konflik Israel-Palestina
Palestina dan Politik Apartheid Israel
PBB Serukan Gencatan Senjata Israel-Palestina
Belasan duta besar negara-negara Arab juga menunjukkan solidaritas untuk Palestina dengan mendatangi Kedutaan Besar Palestina di Jakarta Pusat pada Selasa, 10 Oktober 2023. Tampak ada 17 orang dubes dan seorang dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang hadir untuk mendengar pernyataan dari Dubes Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun.
Menurut undangan yang diterima oleh Tempo, ada 19 dubes yang diundang untuk hadir dakan unjuk solidaritas tersebut, yaitu dari Arab Saudi, Suriah, Lebanon, Kuwait, Somalia, Irak, Libya, Oman, Sudan, Mesir, Qatar, Uni Emirat Arab, Mauritania, Bahrain, Algeria, Maroko, Yaman, Yordania, dan Tunisia.
“Saya yakin negara-negara dan bangsa Arab bersatu mendukung negara Palestina karena kami satu bangsa dan satu darah. Bahasa kami satu dan kita semua satu,” ujar Zuhair di Kedubes Palestina, kemarin.
Perwakilan yang hadir adalah dari Qatar, Yaman, Oman, Sudan, Mesir, Lebanon, Irak, Algeria, Tunisia, dan Bahrain, menurut konfirmasi dari Sekretaris Kedutaan Besar Palestina. Hadir juga perwakilan dari Maroko, Yordania, UEA, Mauritania, Libya, Kuwait, dan Somalia.
Warga Palestina termasuk tim penyelamat mengeluarkan korban dengan tandu dari bawah reruntuhan rumah yang hancur akibat serangan Israel, di Rafah di selatan Jalur Gaza, 9 Oktober 2023. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Zuhair juga bicara soal andil Amerika Serikat dalam perang Israel-Palestina, lebih spesifiknya dalam membantu Israel dengan menyalurkan dana militer besar-besaran.
“Amerika lah yang membentuk Israel. Kemarin saya mendengar statement dari Joe Biden. Amerika rela mengeluarkan miliaran atau triliunan dolar untuk mempertahankan Israel,” ucapnya.
Dosen Program Studi Hubungan Internasional Unpad, Teuku Rezasyah, mengatakan Amerika Serikat selama ini memang mendukung Israel. Amerika Serikat memang kerap memberikan bantuan berupa dana militer kepada Israel. Dilansir dari Al Jazeera, Washington memberikan bantuan militer tahunan sekitar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 47 triliun kepada Israel.
Dengan keadaan itu, Amerika Serikat tidak akan bisa menyelesaikan masalah di antara kedua negara tersebut. Amerika justru akan mempertahankan konflik itu. Teuku menilai keadaan itu akan dimanfaatkan oleh Cina. "Cina bisa masuk dengan gagasan reformasi. Ini kesempatan bagi Cina tidak disorot media dan untuk menempatkan dirinya menawarkan solusi," kata Teuku.
Sementara itu, Teuku menilai tindakan yang diambil oleh Pangeran Saudi merupakan upaya untuk mempertahankan ketenteraman di negaranya sendiri dan Timur Tengah. Pangeran Saudi sebelumnya memang memberi kesan adanya kerja sama dengan Israel. Namun kerja sama itu belum sampai hubungan diplomatik.
"Mereka tak sampai melakukan hubungan diplomatik karena bisa membuat Raja Saudi tak populer. Sementara itu, oposisi cukup kuat di sana," kata Teuku kepada Tempo, kemarin.
Teuku juga menilai, bila Saudi tidak mendukung Palestina, hal itu akan menimbulkan gejolak di Timur Tengah. Negara tersebut akan mengikuti semangat Hamas yang berhasil menyerang Israel. Padahal Israel dikenal dengan pasukan militer yang kuat. "Ini bisa membangun pergerakan baru di kalangan masing-masing negara Timur Tengah," ujarnya.
HENDRIK YAPUTRA | EKA YUDHA SAPUTRA| AL-JAZEERA | REUTERS | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo