KECELAKAAN lalulintas di kota kecil ibukota Sulawesi Tengah ini
cukup mengejutkan. Sepanjang tahun 1976 terjadi 256 peristiwa
kecelakaan 21 mati, 16 luka berat, 176 luka ringan. Plus
kerugian - materiil Rp 3,9 juta. Sedang di permulaan tahun ini.
belum sampai sebulan terjadi 33 kecelakaan dengan perincian 7
mati, 13 luka berat, 32 luka ringan dan kerugian materiil Rp 1,4
juta.
"Para korban kebanyakan dari kalangan remaja yang mempergunakan
sepeda motor", kata Letkol Polisi W.S. Kansil Dan Res 1907
Donggala. Itu sebabnya angka kerugian materiil tak seberapa jika
dibandingkan dengan banyaknya peristiwa.
Menurut Letkol Pol. Kansil, sebab kecelakaan ialah karena para
remaja, pengendara kendaraan bermotor itu suka ngebut tanpa
memperhatikan situasi lalulintas. Palu yang sebelumnya keadaan
jalan rayanya bobrok dan sempit, setelah di perbaiki jadi mulus
dan bertambah luas. Rupanya ini membuat para pengendara itu
menjadi asyik untuk tancap gas. Di samping itu pengawasan dari
petugas lalulintas pun masih terbilang sangat minim.
Di Komres 1907 yang wilayahnya seluruh kabupaten Donggala, hanya
ada anggota polantas 30 orang. Sementara jumlah kendaraan
bermotor sampai akhir tahun 1976 sudah berjumlah 7.912 buah. Ini
berarti setiap anggota polantas itu mengawasi dan mengamankan
rata-rata 263 kendaraan bermotor. Apalagi bicara soal fasilitas
yang mereka miliki. Untuk 30 anggota polantas ini hanya tersedia
dua sepeda motor.
Tak berarti Dan Res menyerah pada keadaan. Upaya lain untuk
mencegah makin membengkaknya kecelakaan lalulintas perlu dicari.
Yakni selain mengadakan pengawasan jalan raya, juga sekarang
diintensifkan kontak dan pembinaan langsung melalui sekolah dan
guruguru. "Usaha ini kita harapkan akan lebih berhasil ketimbang
mengawasi di jalan", ucap Letkol Kansil.
Tapi fihak LLAJR lain lagi langkahnya. Karena ia berpendapat
lain tentang sebab banyaknya kecelakaan lalulintas dalam kota
Palu dan sekitarnya itu. "Hasil pengamatan menunjukkan jalan
raya sudah agak ramai, tetapi tidak mempunyai rambu jalan sama
sekali" ucap drs. Darius Djana, Kepala Inspeksi LLAJR Sulteng
kepada TEMPO. Menurut Darius banyak situasi jalan di kota Palu
saling bertumpu atau berbengkolan karena tak memiliki rambu
jalan, dipergunakan oleh pemakai jalan seenaknya saja. Akibatnya
sering terjadi kecelakaan. Terutama bagi kendaraan bermotor yang
berkecepatan penuh. Begitu. Lantas? "LLAJR segera turun tangan.
Yakni memasang untuk sementara batu-batuan sungai di tengah
jalan sebagai pengganti traffil island, ucap Darius. Juga
dipasang 254 rambu jalan internasional untuk Palu dan
sekitarnya, terutama untuk jurusan Parigi, Kulawi dan Donggala.
Di samping itu akan diusahakan jalan-jalan raya dalam kota Palu
menempuh sistim satu arah. Juga dalam tahun ini sudah diminta
kepada pusat untuk memasang lampu lalu lintas di jalan-jalan
ramai. "Insya Allah upaya demikian bisa menekan musibah
lalulintas", kata drs. Darius Djana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini