Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Musim Mutasi

Mutasi besar-besaran terjadi di lingkungan pemda surabaya akibatnya, terjadi ketegangan dan kegelisahan soal isu pos basah dan pos kering. Sekwilda memperingatkan agar tak terpancing dan memancing. (kt)

5 Maret 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK kurang dari 40 pejabat teras di lingkungan Pemda KMS dimutasikan. Perinciannya begini. Tahap pertama awal Desember 15 Kepala Sub-Direktorat, dinas dan penanggung jawab proyek. Menyusul pertengahan Januari, 25 pejabat. "Tak berhenti sampai di sini", ucap Sekwilda KMS drs. Soedjatmono -- yang mewakili Walikotamadya yang sedang mengikuti raker di Jakarta. Mengapa besar-besaran? "Karena menyadari pentingnya unsur manusia dalam suatu organisasi", tukas Soedjatmono. Hingga menurut Soedjatmono, "takada hubungannya dengan soal senang atau tidak senang". Namun tak urung mengundang bisik-bisik pula di kalangan pejabat teras. Bahwa, masalahnya berkaitan dengan posisi basah dan kering dari jabatan-jabatan yang dimutasikan itu. Sampai-sampai muncul ucapan kelakar seorang pejabat teras "mau bayar Rp 1 juta, asal ditempatkan di Dinas Tanah & Rumah". Tentu sang pejabat menduga betapa basahnya dinas yang dimaksud. Hingga ada pemeo "gunung pun bisa dibeli". Tak berarti bahwa cuma dinas itu saja yang dilirik-lirik sembari dag dig dug, begitu berita mutasi besar-besaran itu bocor ke telinga mereka. "Sebaiknya mutasi itu tak usah disampaikan dulu" ujar sumber TEMPO di KMS. Semula memang begitu. Tapi 3 hari menjelang hari H hari diumumkannya mutasi -- berita itu sudah ramai dibicarakan. Padahal, konon hanya 3 pejabat yang paling tahu soal ini. Yaitu: Walikotamadya, Sekwilda plus Ditsus. Bahkan bagian personalia kabarnya "cuma mengadministrasikan hasil rumusan 3 pejabat", tutur sumber TEMPO pula. Telinga Sekwilda Ketegangan dan kegelisahan pun muncul. Bagi yang di pos kering, tentu saja mengharapkan memperoleh kesempatan menduduki pos basah. Sebaliknya yang di pos basah, khawatir diwajibkan mengucapkan selamat tinggal pada kedudukannya. Sementara itu, beberapa pejabat yang dianggap berprestasi menurut sumber TEMPO "sulit mencari penggantinya yang seimbang tanpa menunggu drop-dropan dari luar". Bisik-bisik dan kegelisahan itu tampaknya sampai pula ke telinga Sekwilda. Hingga pernah Sekwilda memperingatkan agar tak terpancing dan memancing persoalan-persoalan yang tak perlu. "Jangan gelisah dan membuat gelisah", kata Soedjatmono. Untuk itu Soedjatmono meminta agar jangan menimbulkan tafsiran-tafsiran pribadi yang dapat menimbulkan tersebarnya keresahan di kalangan pegawai. Belum diketahui pasti, apakah mutasi ini menimbulkan kelesuan di kalangan pejabat-pejabat itu. Meski sumber TEMPO tadi melihat "ada bekas Kepala Sub Direktorat sejak mutasi awal Desember lalu belum kelihatan di posnya yang baru". Walaupun, kebetulan si pejabat itu lagi menjalani cuti. Yang terang, beberapa kalangan menilai mutasi besar-besar itu ada kaitannya dengan peringatan keras Gubernur Soenandar tentang tertib masyarakat dan aparat di KMS. Yang bagi Ka Humas KMS drs. Alie Prayitno lebih aman tak memberi komentar. "Ah, itu cuma mutasi biasa saja", kata Alie Prayitno. "Tujuannya menyegarkan aparat".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus