SOLOK memang terletak di persimpangan. Tiga lintasan lewat di
kawasan kota kecil itu. Menuju Bukittinggi ke sebelah utara,
Padang ke barat dan yang terpenting menuju Jambi, Palembang dan
Jakarta, ke arah selatan. Yang terakhir inilah yang paling ramai
belakangan ini.
Keberuntungan karena punya persimpangan macam itu makin terasa,
jika dikaitkan dengan jalan Lintas Sumatera yang kesohor itu.
Sebab lanjutannya kini mengarah ke kota Solok, untuk seterusnya
menuju kota Padang. "Ini potensil untuk pengembangan Solok",
kata Gubernur Harun Zain baru-baru ini ketika meninjau kota
mini di Sumbar bagian selatan itu Solok pun sudah lama mencoba
berbenah Apalagi statusnya yang semula desa sejak 6 tahun lalu
berobah jadi kotamadya. "Investasi pembangunan seluruhnya lebih
dari Rp 700 juta" Wakil Ketua DPRD Bhar Ali mengatakan di depan
sidang pleno Dewannya. Itu tercatat sejak Solok resmi jadi kodya
termuda di kawasan Sumatera Barat. Seperti juga banyak kodya
lainnya, di sinipun ada keinginan untuk merubah wajah kota. Toko
tua di tengah kota mau dirombak besar-besaran. Namun kesulitan
yang tak kecil harus dihadapi walikota. "Reaksi pemilik agak
keras", kata seorang pejabat Balaikota Solok kepada TEMPO.
Selain perombakan itu sarana jalan selama ini sudah bisa disebut
jadi. Lalu beberapa kantor pemerintahan dan ruang pendidikan.
Juga pertokoan mini, pengaturan terminal dan lainnya. Sejauh
ini, itu hasil kerja walikota yang telah dan sedang
memerintah, yakni Hasan Basri yang kini jadi Bupati Solok dan
drs Alimin Sinapa walikota yang baru.
Untuk kebutuhan 30.000 warga kota, soal listrik memang tak ada
problem. Tapi yang masih jadi keluhan adalah perkara air. Jumlah
air yang ada cuma mampu mensuplai 315 rumah langganan. Padahal
di kota ini terdapat 5.090 rumah yang perlu air bersih.
Hinterland
Tapi upaya penambahan kapasitas air memang berlangsung terus.
"Dalam waktu dekat sudah akan teratasi", kata Bahar Ali, sembari
menyebut lampu hijau perkara anggaran yang akan datang. Di
samping itu Walikota Alimin mencoba juga memperbaiki pasar Rp 36
juta uang Inpres sudah diterimanya untuk pasar itu. Dan ada
benarnya soal utama itulah kini yang dihadapi Alimin. Apalagi
ada keinginan untuk menjadikan kota kecil itu sebagai pusat
perdagangan di kawasan bagian selatan.
Bukan tanpa alasan. Hinterland memang kaya akan kopi, kulit
manis dan cengkeh. Dan terutama beras, yang mengarus menuju
banyak tempat. Hasil tanaman industri tentu saja mengalir menuju
pelabuhan Teluk Bayur Padang. Dan ini makin lancar dengan
munculnya jalan baru lanjutan dari Lintas tadi.
Gubernur sendiri menilai Alimin Sinapa sebagai punya "semangat
membanun yang baik". Tapi semangat itu seharusnya "tak cuma
dalam soal perobahan pisik, tapi mesti bagus dalam penilaian
menyeluruh", begitu kata Harun Zain waktu berpesan pada
pelantikan Alimin Sinapa sebagai walikota difinitif baru-baru
ini.
Akan halnya luas Solok, memang lumayan. Areal seluruhnya 57,65
km persegi dengan sawah dan hutan merampas kawasan paling luas.
Areal sebanyak itu diatur dengan APBD Solok: Rp 72 juta. Itulah
sebabnya gubernur minta Alimin mampu menggarap lebih banyak
potensi ekonomi Solok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini