MATARAM Ibukota Propinsi Nusatenggara Barat yang kini berstatus
kecamatan, sedang bersiap-siap untuk menjadi kotamadya
Administratif. Team panitia untuk itu telah dibentuk. Siapa
kira-kira yang bakal jadi walikotanya? Seorang pejabat
propinsi berkomentar pendek: "dalam tempo dekat akn diajukan ke
DPR". Tapi biar siapapun yang bakal jadi pusing. "Saya tak
punya ambisi untuk jadi pejabat tinggi. Sudah cukup jadi camat
saja", ucap camat Mataram yang haji itu. Dalam membenahi
wilayahnya yang berpenduduk nyaris 50 ribu jiwa dan terdiri dari
7 buah desa itu, akhir-akhir ini Usman tampak bertindak sedikit
keras. Terutama menyangkut masalah kebersihan : keindahan kota,
keamanan, dan pemasukan uang Bimas.
Sampah memang masih banyak bergelanyatan di wilayah kotanya.
Warga kota masih banyak yang suka membuangnya secara
sembarangan di pinggir-pinggir jalan atau di tepi kali, meski
peraturan Daerah no.4 tahun 1975 sudah diundangkan berikut
sanksinya denda Rp 2000 atau kurungan badan selama seminggu --
bagi pelanggarnya. Bak-bak sampah (yang dibuat dengan biaya yang
keluar dari kantong penduduk) masih sangat sedikit jumlahnya di
kota ini, sehingga sampah mau dibuang ke mana? Kalau ditumpuk di
tepi jalan depan rumah penduduk, belum tentu bisa cepat
diangkut oleh truk pengangkut sampah milik kecamatan. Bahkan ada
tempat-tempat yang sama sekali tak pernah disinggahi olehitu
truk pengangkut sampah. Akibatnya, sampah jadi bertumpuk-tumpuk
di tepi jalan. Dan usman agaknya menyadari hal ini. "Oleh Pemda
Lombok Barat, kami cuma diberi sebuah truk pengangkut sampah.
Itupun kondisinya sudah tua dan sering macet", katanya kepada
TEMPO.
Begitu-begitu Saja
Di bidang keamanan belakangan ini sering terjadi pencurian di
kota ini, meskipun kecil-kecilan. Dan kalau seorang warga kota
pada suatu hari kecurian, maka yang kena tuding sebagai
pencurinya tak lain lan tak bukan adalah orang-orang tuna
wisma yang tinggal di kompleks pasar Mataram, yang jumlahnya
cukup banyak. "Demi keamanan penduduk, orang-orang itu sebaiknya
diusir saja ke luar kota Mataram ", kata Pan Tuduh, kepala
kampung Mambe yang jadi tetangga terdekat kompleks pasar
Mataram itu. "Meski tak akan tobat kalau hanya sekedar dipukuli
saja. Mereka sudah kebal menghadapi bogem mentah",lanjutnya.
Tapi tak begitu bagi Usman: "Itu bukan suatu penyelesaian
namanya",katanya,"bisa saja saya mengusir mereka keluar dari
kecamatan Mataram. Tapi apa artinya. Untuk cari makan dan
tempat tidur, mereka akan berpindah dan mengotori kota-kota
lainnya. Dan akan terus begitu-begitu saja. Yang penting
sekarang adalah kepala desa dan kepala kampung harus mampu
mencegah agar mereka tidak berbuat yang tidak baik. Tunjukkanlah
wibawa saudara-saudara!"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini