Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Siap-siap jadi kotamadya

Mataram siap-siap jadi kota administratif. masalah yang dihadapi adalah kebersihan dan keamanan. kedua masalah itu belum dapat ditanggulangi karena truk sampah hanya satu. (kt)

21 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MATARAM Ibukota Propinsi Nusatenggara Barat yang kini berstatus kecamatan, sedang bersiap-siap untuk menjadi kotamadya Administratif. Team panitia untuk itu telah dibentuk. Siapa kira-kira yang bakal jadi walikotanya? Seorang pejabat propinsi berkomentar pendek: "dalam tempo dekat akn diajukan ke DPR". Tapi biar siapapun yang bakal jadi pusing. "Saya tak punya ambisi untuk jadi pejabat tinggi. Sudah cukup jadi camat saja", ucap camat Mataram yang haji itu. Dalam membenahi wilayahnya yang berpenduduk nyaris 50 ribu jiwa dan terdiri dari 7 buah desa itu, akhir-akhir ini Usman tampak bertindak sedikit keras. Terutama menyangkut masalah kebersihan : keindahan kota, keamanan, dan pemasukan uang Bimas. Sampah memang masih banyak bergelanyatan di wilayah kotanya. Warga kota masih banyak yang suka membuangnya secara sembarangan di pinggir-pinggir jalan atau di tepi kali, meski peraturan Daerah no.4 tahun 1975 sudah diundangkan berikut sanksinya denda Rp 2000 atau kurungan badan selama seminggu -- bagi pelanggarnya. Bak-bak sampah (yang dibuat dengan biaya yang keluar dari kantong penduduk) masih sangat sedikit jumlahnya di kota ini, sehingga sampah mau dibuang ke mana? Kalau ditumpuk di tepi jalan depan rumah penduduk, belum tentu bisa cepat diangkut oleh truk pengangkut sampah milik kecamatan. Bahkan ada tempat-tempat yang sama sekali tak pernah disinggahi olehitu truk pengangkut sampah. Akibatnya, sampah jadi bertumpuk-tumpuk di tepi jalan. Dan usman agaknya menyadari hal ini. "Oleh Pemda Lombok Barat, kami cuma diberi sebuah truk pengangkut sampah. Itupun kondisinya sudah tua dan sering macet", katanya kepada TEMPO. Begitu-begitu Saja Di bidang keamanan belakangan ini sering terjadi pencurian di kota ini, meskipun kecil-kecilan. Dan kalau seorang warga kota pada suatu hari kecurian, maka yang kena tuding sebagai pencurinya tak lain lan tak bukan adalah orang-orang tuna wisma yang tinggal di kompleks pasar Mataram, yang jumlahnya cukup banyak. "Demi keamanan penduduk, orang-orang itu sebaiknya diusir saja ke luar kota Mataram ", kata Pan Tuduh, kepala kampung Mambe yang jadi tetangga terdekat kompleks pasar Mataram itu. "Meski tak akan tobat kalau hanya sekedar dipukuli saja. Mereka sudah kebal menghadapi bogem mentah",lanjutnya. Tapi tak begitu bagi Usman: "Itu bukan suatu penyelesaian namanya",katanya,"bisa saja saya mengusir mereka keluar dari kecamatan Mataram. Tapi apa artinya. Untuk cari makan dan tempat tidur, mereka akan berpindah dan mengotori kota-kota lainnya. Dan akan terus begitu-begitu saja. Yang penting sekarang adalah kepala desa dan kepala kampung harus mampu mencegah agar mereka tidak berbuat yang tidak baik. Tunjukkanlah wibawa saudara-saudara!"

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus