Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

John R. Ferris: Saya Melihat Pesan Militer Indonesia Selama Konfrontasi

John R. Ferris menjelaskan proses dan tantangan menulis buku sejarah resmi GCHQ. Peran intelijen sinyal dalam konfrontasi Indonesia dan Malaysia lumayan panjang.

18 Juni 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • John R. Ferris menulis buku tentang sejarah resmi badan intelijen siber Inggris.

  • Fokus utama Ferris mempelajari bagaimana badan intelijen Inggris mempengaruhi kebijakan.

  • Buku ini membahas peran intelijen Inggris selama Konfrontasi Indonesia dan Malaysia.

JOHN R. Ferris mendapat kepercayaan untuk menulis buku sejarah resmi Government Communications Headquarters, badan intelijen siber Inggris yang dikenal dengan nama GCHQ, yang pada 2019 genap berusia 100 tahun. GCHQ adalah badan intelijen sinyal besar yang secara kapasitas hanya bisa disaingi oleh badan intelijen siber Amerika Serikat, National Security Agency atau NSA.

Tentu bukan tanpa alasan GCHQ memilih Ferris. Ia profesor di departemen sejarah University of Calgary, Kanada, sejak 1996, dan menulis banyak paper serta buku yang berhubungan dengan sinyal intelijen dan perang. Ia antara lain menulis buku The Evolution of British Strategic Policy, 1919-1926, yang diterbitkan pada 1989 dan menjadi editor buku The British Army and Signals Intelligence During the First World War yang terbit pada 1992.

Buku sejarah GCHQ karyanya terbit pada 2020 dengan judul Behind the Enigma: The Authorised History of GCHQ, Britain's Secret Cyber-Intelligence Agency. Untuk membuat buku ini, Ferris mendapat akses luas ke ruang arsip yang berada di lantai dasar markas besar GCHQ yang bangunannya berbentuk seperti donat di Cheltenham, Gloucestershire, Inggris barat daya. Berikut ini petikan wawancara John R. Ferris dengan wartawan Tempo melalui surat elektronik pada Jumat, 17 Juni 2022.

Berapa lama waktu untuk membuat buku ini?
Buku ini memakan waktu sekitar empat tahun untuk penelitian dan penulisannya.

Apa tantangan menulis soal sejarah GCHQ ini?
Tantangan terbesar adalah mempelajari bagaimana sinyal dikumpulkan, diproses, dan digunakan, karena ini sebelumnya hal rahasia. Saya orang sipil pertama yang mempelajarinya, dan mempublikasikannya. Saya diberi akses ke bukti tentang semua hal yang saya diskusikan, tapi banyak catatan lain yang dirahasiakan dari saya, seperti materi yang berasal dari sistem diplomatik asing. 

Apakah ada perbedaan dalam penulisan buku GCHQ ini bila dibandingkan dengan penulisan tentang sejarah MI6 dan MI5?
Buku-buku yang ditulis Jeffery dan Andrews sama seperti saya, secara umum. Tapi ada sejumlah perbedaan. Sebagai contoh, saya menghabiskan lebih banyak waktu mempelajari bagaimana intelijen Inggris mempengaruhi kebijakan dan tindakan pemerintah. 

Soal Indonesia ditulis cukup panjang dalam buku itu. Seperti apa kisahnya?
Saya melihat semua pesan militer Indonesia yang bisa dibaca Inggris selama "konfrontasi" antara Indonesia dan Malaysia pada 1964-1966, tapi sangat sedikit soal lalu lintas diplomatik Indonesia. Materi ini memungkinkan saya untuk mendiskusikan bagaimana Inggris mengalahkan Indonesia selama konfrontasi, tapi itu tentu bukan keseluruhan cerita. 

Apa arti penting peristiwa konfrontasi ini bagi sejarah GCHQ?
Bagian "konfrontasi" menunjukkan bagaimana intelijen sinyal (signals intelligence) membantu Inggris selama satu krisis besar pasca-perang yang melibatkan periode dekolonisasi, dan juga menunjukkan banyak alasan mengapa kebijakan Sukarno tentang hal itu gagal.

Apa sebenarnya manfaat bagi badan intelijen seperti GCHQ dengan membuat buku sejarah resmi seperti ini?
Keuntungan yang diberikan oleh keterbukaan semacam ini kepada badan-badan intelijen adalah membuat bagian-bagian dari sejarah mereka diketahui, bukannya tetap tersembunyi. Dan membuat orang-orang mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang masa lalu mereka, dan peran yang dimainkan intelijen dalam membentuk sejarahnya, sembari tetap menjaga keamanan atas masalah lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Abdul Manan

Abdul Manan

Meliput isu-isu internasional. Meraih Penghargaan Karya Jurnalistik 2009 Dewan Pers-UNESCO kategori Kebebasan Pers, lalu Anugerah Swara Sarasvati Award 2010, mengikuti Kassel Summer School 2010 di Jerman dan International Visitor Leadership Program (IVLP) Amerika Serikat 2015. Lulusan jurnalisme dari kampus Stikosa-AWS Surabaya ini menjabat Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Indonesia 2017-2021.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus