Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BERLOKASI di Jalan Kendal Nomor 8, Menteng, Jakarta Pusat, gedung berkelir merah-putih bersebelahan dengan kantor Sekretaris Nasional Puan Maharani Peduli. Di bangunan empat lantai tanpa papan nama itu, sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang mendukung Puan Maharani sebagai calon presiden terkadang berdiskusi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Itu markas kami. Nanti Mbak Puan akan ke sana,” kata anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat dari PDI Perjuangan, Trimedya Panjaitan, kepada Tempo di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 14 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang petugas satuan pengaman di gedung itu mengatakan bangunan itu milik pengusaha Halim Djaya Djayaprawira. Petugas satpam itu mengaku beberapa kali melihat Trimedya datang ke sana. Ketika Tempo menghubungi kantor itu, perempuan yang mengangkat panggilan telepon juga membenarkan soal nama pemilik gedung. Ia menutup panggilan telepon ketika Tempo meminta dihubungkan dengan Halim Djaya.
Trimedya bercerita, para anggota DPR yang menjadi pentolan pendukung Puan Maharani berhimpun dalam kelompok “dewan kolonel”. Asma itu tercetus dari Johan Budi Sapto Pribowo, anggota Komisi Hukum DPR. Mantan juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Istana Kepresidenan itu mengatakan perlunya pendukung Puan di DPR membuat kelompok khusus.
Johan membenarkan informasi Trimedya. “Saya yang meminta Bang Trimedya menjadi koordinator dewan kolonel karena dia paling senior,” ucapnya. Trimedya duduk di Senayan sejak 1999. Adapun Ketua Fraksi PDIP Utut Adianto dan Sekretaris Fraksi Bambang Wuryanto didapuk sebagai jenderal.
Bambang Wuryanto. TEMPO/Imam Sukamto
Ide membentuk dewan kolonel disampaikan kepada Puan saat Ketua DPR itu melawat ke lokasi Ibu Kota Nusantara pada 16 Februari lalu. Menurut Ketua Fraksi PDIP Utut Adianto, Puan tak melarang gagasan itu. Namun Utut menyatakan nama dewan kolonel tak serius. “Ini supaya semangat dan komunikasi lancar,” katanya.
Dewan kolonel beranggota belasan politikus banteng yang mewakili setiap komisi dan alat kelengkapan lain di DPR. Menurut Trimedya, beberapa di antaranya adalah Wakil Ketua Komisi Pendidikan Agustina Wilujeng Pramestuti; anggota Komisi Keuangan, Hendrawan Supratikno; dan anggota Komisi Pertahanan, Sturman Panjaitan.
“Tugas mereka membahas bagaimana mempromosikan Mbak Puan dengan cara masing-masing,” ujarnya. Awal Juni lalu, Trimedya pernah menyentil Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang dinilainya kerap bermanuver untuk menjadi calon presiden. Pada saat yang bersamaan, ia memuji kiprah politik Puan Maharani.
Sebelum Puan bertandang ke Sumatera Utara pada awal September lalu, dewan kolonel berdiskusi mempersiapkan kunjungan itu. Trimedya mengundang anggota DPR partai banteng dari daerah pemilihan tersebut untuk datang ke acara Puan di Kabupaten Toba, Tapanuli Utara, dan Humbang Hasundutan. Hampir semua anggota Dewan dari daerah pemilihan provinsi itu hadir.
Lima kepala daerah di Sumatera Utara yang diusung PDIP pun ikut menyambut Puan. “Dua bupati berpidato agar Puan menjadi presiden. Saya enggak mengarahkan,” ucapnya. Trimedya juga menggodok kejuaraan nasional gulat Puan Maharani Cup yang digelar Oktober mendatang.
Gedung di Jalan Kendal No 8, Jakarta. Google
Sejumlah anggota Fraksi PDIP di DPR memang gencar mempopulerkan sosok Puan Maharani. Pada Agustus 2021, baliho bertulisan “Kepak Sayap Kebhinnekaan” dengan wajah Puan bertebaran di berbagai wilayah. Bambang Wuryanto, Sekretaris Fraksi dan Ketua Pemenangan Pemilu PDIP, memotori pemasangan papan-papan reklame itu.
Menjadi Ketua PDI Perjuangan Jawa Tengah—daerah basis pemilih PDIP—Bambang kerap dijuluki komandan oleh para koleganya. Ia mendampingi Puan sejak putri mantan presiden Megawati Soekarnoputri itu menjadi anggota partai banteng pada 2006. Bambang Pacul—sapaannya—jamak dikenal sebagai pendukung die-hard Puan.
Bambang tak mengundang Ganjar Pranowo dalam acara pengarahan kader PDIP Jawa Tengah yang dihadiri Puan pada Mei 2021. Ia sempat menjuluki kader yang mendukung Ganjar sebagai “celeng” alias babi hutan. Pada Juni lalu, Bambang Pacul dan Ganjar akhirnya berjabat tangan dalam acara Rapat Kerja Nasional PDIP.
Di Jawa Tengah, Bambang menginisiasi lomba Senam Indonesia Cinta Tanah Air (Sicita) piala Puan Maharani. Wakil Sekretaris PDIP Jawa Tengah, Sumanto, mengatakan setiap calon anggota dewan perwakilan rakyat daerah provinsi dan kabupaten/kota wajib merekrut minimal 100 perempuan berusia 17-45 tahun untuk dilatih senam. Perempuan-perempuan itu lantas mendapat kartu tanda anggota PDIP.
Sumanto mengklaim senam itu digelar di 855 titik pada 4 September lalu. Video kegiatan itu diunggah pada 6 September lalu, hari ulang tahun Puan. Menurut Sumanto, tujuan utama lomba itu untuk mengkonsolidasikan kader yang akan menjadi calon legislator. “Sekaligus mensosialisasi nama Puan Maharani,” ujarnya.
Said Abdullah. Dok. TEMPO/Fully Syafi
Lomba itu berhadiah total senilai Rp 635 juta. Adapun Bambang Pacul mengatakan dana bingkisan bersumber dari duit Puan Maharani yang dititipkan kepada PDIP Jawa Tengah untuk pergerakan partai.
Ketua Badan Anggaran DPR Said Abdullah juga terlibat mempromosikan Puan. Ia memotori pemasangan baliho Puan bertulisan “Jaga Iman Jaga Imun, Insya Allah Aman, Amin…” di Jawa Timur. Kepada Tempo, Said mengungkapkan baliho-baliho itu dipasang sebelum Puan memulai kunjungan ke berbagai daerah pada masa pandemi Covid-19.
Pendukung Puan juga berupaya meningkatkan popularitas mantan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan itu di daerah yang bukan basis massa PDI Perjuangan. Salah satunya dengan memanfaatkan beasiswa Program Indonesia Pintar. Di Sumatera Barat, Puan menggunakan hak aspirasinya untuk menyalurkan beasiswa dari pemerintah itu.
Koordinator penyaluran beasiswa Indonesia Pintar hasil aspirasi Puan di Sumatera Barat, Albert Hendra Lukman, menyebutkan ada sekitar 2.500 murid mendapat bantuan. Albert mengatakan Puan memakai hak aspirasinya karena tak ada kader PDIP dari provinsi itu yang lolos ke Senayan. Ia tak menampik anggapan bahwa partai banteng belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat Sumatera Barat.
Menurut Albert, penyaluran beasiswa itu tak lepas dari peran kakaknya, Alex Indra Lukman, yang menjadi Ketua PDIP Sumatera Barat dan anggota staf khusus Puan di DPR. “Tentu Bang Alex mengambil peluang itu,” kata Albert. Adapun Alex tak merespons pertanyaan yang dikirim Tempo ke nomor telepon selulernya.
Roza Fitriawati mendapat manfaat dari program tersebut. Mengurus pendaftaran Program Indonesia Pintar untuk anaknya, ia datang ke kantor PDIP Kota Padang pada Maret lalu. Sebelumnya, Roza mengajukan beasiswa serupa lewat kelurahan, tapi tak lolos. Bulan September ini, Roza menerima kabar beasiswa untuk anaknya telah disetujui.
Unggahan selebritas media sosial Meicy Villia alias Vilmei mewawancarai Puan Maharani, di Lampung, 7 September 2022. @vilmei
Ia pun mendapat sepucuk surat bertanda tangan Puan Maharani yang isinya antara lain cara penyaluran beasiswa dari bank. Kepada Tempo, Jumat, 16 September lalu, Roza mengaku mungkin akan memberikan dukungan jika Puan maju sebagai calon presiden. “Perempuan lebih mengerti nasib perempuan,” ujar Roza.
Selain bergerak di darat, Puan Maharani menggencarkan aktivitas di media sosial. Berpengikut 1,4 juta, akun Instagram @puanmaharani rutin mengunggah kegiatan Ketua Bidang Politik dan Keamanan PDIP itu. Ada 15 unggahan dari safari Puan ke Sumatera Utara pada 1-3 September lalu.
Seorang anggota Fraksi PDIP mengungkapkan, hasil analisis menunjukkan bahwa gaya Puan bermedia sosial terlalu serius. Apalagi jika dibandingkan dengan tokoh lain, seperti Gubernur DKI Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Padahal 60 persen pemilih pada Pemilu 2024 diprediksi dari generasi milenial dan generasi Z, dua kelompok yang banyak mengakses informasi dari media sosial. Menurut narasumber yang sama, Puan tak sreg membuat konten yang tak substantif. Orang-orang dekat Puan pun tidak menyarankan aksi gimik demi menjaga muruah sebagai Ketua DPR.
Berkompromi dengan karakter tersebut, tim Puan menggandeng sejumlah key opinion leader. Mereka dipersilakan mewawancarai Puan dengan gaya kasual dan menanyakan isu-isu ringan. Salah satu yang diajak berkolaborasi ialah selebritas media sosial Meicy Villia alias Vilmei.
Pada 7 September lalu, Vilmei mengunggah video pendek pertemuan dengan Puan di Lampung. Puan menjelaskan cara menanam singkong, sedangkan Vilmei menanyakan kesukaan Puan menonton drama Korea. Tempo mengontak Vilmei lewat narahubung yang tertera di akun Instagram-nya, tapi tak direspons.
Trimedya Panjaitan. TEMPO/Fajar Januarta
Sejumlah politikus PDIP yang ditemui Tempo mengatakan penanggung jawab strategi Puan di media sosial adalah anggota DPR, Dolfie Othniel Frederic Palit. Anggota staf khusus Puan saat dia menjabat Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan itu enggan berkomentar soal keterlibatannya tersebut.
“Semua anggota fraksi diminta berperan untuk membangun integritas Ketua DPR,” kata Dolfie pada Selasa, 6 September lalu.
Orang-orang dekat Puan Maharani di PDIP juga ditengarai menjalin kontak dengan kelompok relawan yang mendukung Puan. Pendiri relawan Sobat Puan untuk Indonesia (Sopanesia), Butet Tiurma, mengaku rutin berkomunikasi dengan orang-orang di ring 1 Puan. Ia kerap memberitahukan berbagai kegiatan yang dilakukan kelompoknya.
Dideklarasikan pada 22 Desember 2021, Sopanesia mengklaim bergerak dengan cara membantu warga. Di antaranya dengan membagi-bagikan hand sanitizer bergambar Puan Maharani hingga beras. Tiurma mengklaim duitnya berasal dari iuran anggota.
Ketua Fraksi PDIP Utut Adianto menampik adanya komunikasi dengan kelompok relawan pendukung Puan. Ia juga membantah jika anggota fraksinya disebut menjadi bagian dari pasukan pemenangan untuk Puan. “Partai kami belum menetapkan calon presiden. Itu kewenangan Ketua Umum,” ucapnya.
Namun ia secara terbuka mengklaim Fraksi PDIP berharap Ketua Umum Megawati Soekarnoputri menetapkan putrinya sebagai calon presiden. “Fraksi mengharapkan Mbak Puan Maharani yang dipilih,” ujar Utut.
RAYMUNDUS RIKANG, STEFANUS PRAMONO (JAKARTA), FACHRY HAMZAH (PADANG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo