Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Putri Mahkota di Kawasan Prostitusi

Puan Maharani pernah menempati berbagai posisi politik strategis. Kerap dianggap mendapat perlakuan istimewa.

18 September 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KUNJUNGAN Puan Maharani ke sebuah panti penderita kusta di Surakarta, Jawa Tengah, pada masa kampanye pemilihan anggota legislatif 2009 awalnya dijadwalkan selama 5-10 menit saja. Musababnya, kata Ketua Pemenangan Pemilu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Bambang Wuryanto, Puan sempat gamang menyambangi wisma tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bambang meyakinkan Puan bahwa kusta hanya menular melalui cairan tubuh penderita. Mantan presiden Sukarno yang juga kakek Puan pun pernah menggendong orang sakit lepra. “Yang terjadi, di sana sampai dua setengah jam,” ujar Bambang Pacul—sapaan Bambang Wuryanto—kepada Tempo di rumah dinas anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Kalibata, Jakarta, Selasa, 13 September lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di akhir kunjungan, Puan memerintahkan Bambang mencari lima kursi roda yang menjadi kebutuhan panti tersebut. Kala itu, ia kena omel lantaran meminta waktu lima hari. Puan berpendapat pesanan tersebut semestinya siap keesokan harinya.

Dalam serangkaian kampanye Pemilihan Umum 2009 itu, Puan juga menyambangi sebuah kawasan prostitusi. Politikus PDIP, Agustina Wilujeng Pramestuti, mengatakan Puan mengajak timnya datang pada malam hari. Menurut Agustina, ide itu sempat ditentang lantaran khawatir terhadap persepsi publik.

Namun mereka lantas menyitir cerita tentang foto-foto Presiden Sukarno yang terpacak di tempat-tempat pelacuran. Alkisah, kepada ajudan yang melaporkan hal itu, Bung Karno tak memerintahkan fotonya diturunkan. “Dasar idenya adalah menjadi pemimpin bagi semua orang,” kata Agustina. Selain mendengar aspirasi, Puan ikut dangdutan bersama warga.

Masuk PDIP pada 2006, Puan didapuk menjadi Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat setahun kemudian. Menurut Bambang Pacul, ayah Puan, Taufiq Kiemas, menginginkan putrinya menjadi anggota Dewan. Taufiq sempat mempertimbangkan sejumlah daerah pemilihan di Jawa Tengah, kandang partai banteng. Pilihan jatuh pada Jawa Tengah V.

Daerah pemilihan yang meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, Klaten, dan Boyolali itu dianggap berbobot politik tinggi lantaran memiliki kultur kuat dan beragam. Ada kelompok Islam, abangan, hingga keraton. “Tingkat konfliknya juga tinggi,” ucap Bambang.

Puan mendulang 242.504 suara, terbanyak kedua setelah politikus Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, putra Susilo Bambang Yudhoyono, yang meraup 327.097 suara. Pada Januari 2012, Puan didapuk menjadi Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR, menggantikan Tjahjo Kumolo yang ingin berfokus menjalankan tugas sebagai Sekretaris Jenderal PDIP.

Bambang Pacul menganggap salah satu kepemimpinan Puan terlihat saat Fraksi PDIP menolak kebijakan Presiden Yudhoyono menaikkan harga bahan bakar minyak pada 2013. Dalam rapat paripurna, semua anggota fraksinya walk out mengikuti kode komando dari Puan.

Perempuan 49 tahun itu juga mengetuai tim pemenangan Ganjar Pranowo dalam pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2013. Menurut Bambang Pacul, Puan rutin menghadiri rapat pemenangan yang digelar setiap Selasa di Semarang. “Dia memimpin langsung rapat dan terjun ke daerah,” ujar Bambang.

Pada Pemilu 2014, perolehan suara Puan melonjak menjadi 369.927, terbanyak kedua setelah Karolin Margret Natasa, koleganya di PDIP. Ia mundur karena menjadi Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan di kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla. Meraup suara terbanyak, Puan kembali melenggang ke Senayan dalam Pemilu 2019 dan menjadi Ketua DPR.

Meski elektabilitasnya jauh tertinggal dari calon presiden lain, putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu kini digadang-gadang maju dalam Pemilu 2024. Namun keputusan soal calon presiden yang diusung ada di tangan Megawati. “Fraksi PDIP berharap Mbak Puan yang dipilih,” kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan Utut Adianto.

Utut mengakui bahwa Puan kerap dianggap tak berprestasi lantaran statusnya sebagai putri Megawati Soekarnoputri. Namun ia menampik anggapan itu. Menurut Utut, Puan membuktikan leadership-nya sebagai menteri koordinator yang membawahkan delapan kementerian dan lembaga tanpa ada kegaduhan. Utut juga menyebut rekam jejak Puan komplet di lembaga eksekutif dan legislatif.

Dalam wawancara dengan Tempo pada November 2018, Puan Maharani membantah jika disebut mendapat keistimewaan karena ia terlahir sebagai putri Megawati. “Saya juga harus bekerja keras di partai,” ucap Puan.

STEFANUS PRAMONO
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Stefanus Pramono

Stefanus Pramono

Bekerja di Tempo sejak November 2005, alumni IISIP Jakarta ini menjadi Redaktur Pelaksana Politik dan Hukum. Pernah meliput perang di Suriah dan terlibat dalam sejumlah investigasi lintas negara seperti perdagangan manusia dan Panama Papers. Meraih Kate Webb Prize 2013, penghargaan untuk jurnalis di daerah konflik, serta Adinegoro 2016 dan 2019.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus