Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Silakan Bersampah Silahkan Bersampah

Kesulitan mengatur sampah karena masyarakat kurang berpartisipasi dan angkutan kurang. Tempat pembuangan sampah di tepi kali Code, mengganggu RRI nusantara II dan akademi kataketik kanisius.

4 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Yogya sampah masih tetap jadi masalah. Kalau menurut Yarkasih Kabag Kebersihan dan Keindahan kota Yogyakarta, kesulitan mengelola kotoran sisa itu karena kurangnya partisipasi masyarakat plus alat pengangkutan yang umumnya sudah renta. Dengan 7 truk, 4 mini truk, 52 gerobak tambah 400 tenaga pekerja yang dimiliki sekarang, terpaksa harus operasi 24 jam terus-menerus. Inipun baru 724 M kubik sampah dapat diangkut ke tempat pembuangan, di tepi Kali Code. Itupun bila disertai partisipasi warga kota untuk membuang sampah pada jamjam tertentu, sesuai dengan ketentuan walikota Yogya. Yaitu sejak jam 5 sampai 7 di pagi hari dan jam 20.00 sampai jam 22.00 pada malamnya. Ternyata tertib waktu membuang sampah itu tak diacuhkan. Artinya orang seenaknya saja membuang sampah di sembarang waktu. Hasilnya sebuah keluhan dari Yarkasih: "Saya sudah ngoyo kerja siang malam, tapi begitu jalan disapu sampahpun datang lagi". Kupu-kupu Malam Tapi keluhan tentang sampah, tak hanya datang dari Yarkasih seorang. Tempat pembuangan sampah di tepi Kali Code yang terletak di tengah kota telah lama menimbulkan keluhan bagi orang yang lalu lalang di jalan Abu Bakar Ali dan jalan Achmad Jajuli (depan RRI). Apalagi sehabis hujan, bau sampah itu menyengit. Dan protes pun datang dari pihak RRI Nusantara II Yogyakarta yang berkantor sekitar situ. "Kami sudah dua kali kirim surat pada pak Wali, tapi tak ada tanggapan", keluh drs Sugeng Riyanto, Kabag Umum RRI Studio Nusantara II. Tak hanya surat, malah Akademi Kataketik Kanisius, yang juga ada di dekat sana, telah memprotes soal tempat pembuangan sampah itu lewat foto, artikel sampai ke pendapat pembaca lewat koran-koran. Namun tak membuahkan apa-apa. Akhirnya, untuk menghindarkan bau kotoran, terpaksa warga Akademi yang dekat tempat pembuangan sampah itu, setiap hari lebih banyak menutup pintu dan jendela. Konon, menurut Fred Wibowo dari Studio Audio Visuil Akademi tersebut, pernah dikandung niat untuk mengundang Achmad, walikota Yogya makan malam bersama ke sana. Maksudnya agar bapak terhormat itu merasakan bagaimana nikmatnya bersantap dengan bumbu "bau sampah". Tak jelas apakah undangan jadi disampaikan. Menurut Yarkasih pembuangan sampah di tepi Code dimaksudkan bukan untuk menggusur kupu-kupu malam yang senang operasi di tempat remangremang di pinggir sungai itu. Karena katanya kalau memang itulah alasannya, cukup daerah itu diberi penerangan, sehingga tak remang-remang lagi. Terlepas dari masaalah sampah. Yogya sekarang memang belum bisa disebut kota bersih. Malah bahagian dari jalan utama kota pun masih belum bebas dari sampah yang berserakan. Itulah yang jadi sebab agaknya mengapa pada tanggal 25 Mei yang lalu Walikota Achmad membuat pengumuman pula. Isinya antara lain: dalam tempo 2 kali 24 jam, seluruh sampah dan kotoran harus lenyap dari sekitar jalan umum kota. Bagaimana pula hasilnya, belum terlihat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus