DI Yogya sampah masih tetap jadi masalah. Kalau menurut Yarkasih
Kabag Kebersihan dan Keindahan kota Yogyakarta, kesulitan
mengelola kotoran sisa itu karena kurangnya partisipasi
masyarakat plus alat pengangkutan yang umumnya sudah renta.
Dengan 7 truk, 4 mini truk, 52 gerobak tambah 400 tenaga pekerja
yang dimiliki sekarang, terpaksa harus operasi 24 jam
terus-menerus. Inipun baru 724 M kubik sampah dapat diangkut ke
tempat pembuangan, di tepi Kali Code.
Itupun bila disertai partisipasi warga kota untuk membuang
sampah pada jamjam tertentu, sesuai dengan ketentuan walikota
Yogya. Yaitu sejak jam 5 sampai 7 di pagi hari dan jam 20.00
sampai jam 22.00 pada malamnya.
Ternyata tertib waktu membuang sampah itu tak diacuhkan. Artinya
orang seenaknya saja membuang sampah di sembarang waktu.
Hasilnya sebuah keluhan dari Yarkasih: "Saya sudah ngoyo kerja
siang malam, tapi begitu jalan disapu sampahpun datang lagi".
Kupu-kupu Malam
Tapi keluhan tentang sampah, tak hanya datang dari Yarkasih
seorang. Tempat pembuangan sampah di tepi Kali Code yang
terletak di tengah kota telah lama menimbulkan keluhan bagi
orang yang lalu lalang di jalan Abu Bakar Ali dan jalan Achmad
Jajuli (depan RRI). Apalagi sehabis hujan, bau sampah itu
menyengit.
Dan protes pun datang dari pihak RRI Nusantara II Yogyakarta
yang berkantor sekitar situ. "Kami sudah dua kali kirim surat
pada pak Wali, tapi tak ada tanggapan", keluh drs Sugeng
Riyanto, Kabag Umum RRI Studio Nusantara II. Tak hanya surat,
malah Akademi Kataketik Kanisius, yang juga ada di dekat sana,
telah memprotes soal tempat pembuangan sampah itu lewat foto,
artikel sampai ke pendapat pembaca lewat koran-koran. Namun tak
membuahkan apa-apa.
Akhirnya, untuk menghindarkan bau kotoran, terpaksa warga
Akademi yang dekat tempat pembuangan sampah itu, setiap hari
lebih banyak menutup pintu dan jendela. Konon, menurut Fred
Wibowo dari Studio Audio Visuil Akademi tersebut, pernah
dikandung niat untuk mengundang Achmad, walikota Yogya makan
malam bersama ke sana. Maksudnya agar bapak terhormat itu
merasakan bagaimana nikmatnya bersantap dengan bumbu "bau
sampah". Tak jelas apakah undangan jadi disampaikan.
Menurut Yarkasih pembuangan sampah di tepi Code dimaksudkan
bukan untuk menggusur kupu-kupu malam yang senang operasi di
tempat remangremang di pinggir sungai itu. Karena katanya kalau
memang itulah alasannya, cukup daerah itu diberi penerangan,
sehingga tak remang-remang lagi.
Terlepas dari masaalah sampah. Yogya sekarang memang belum bisa
disebut kota bersih. Malah bahagian dari jalan utama kota pun
masih belum bebas dari sampah yang berserakan. Itulah yang jadi
sebab agaknya mengapa pada tanggal 25 Mei yang lalu Walikota
Achmad membuat pengumuman pula. Isinya antara lain: dalam tempo
2 kali 24 jam, seluruh sampah dan kotoran harus lenyap dari
sekitar jalan umum kota. Bagaimana pula hasilnya, belum
terlihat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini