Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sindiran gaya karanganyar

4 pejabat pemda karanganyar, semarang, mukanya mendadak merah padam. mereka menerima bingkisan pakaian dalam wanita. si pengirim diduga tak puas, dana bantuan gotong royong "menguap".

26 November 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH bingkisan terbungkus rapi diterima empat pejabat di Kabupaten Karanganyar. Bingkisan yang empuk jika disentuh. Isinya ternyata bukan roti, melainkan celana dalam wanita dan BH. Warna-warni. Merah, putih, kuning, dan hijau. Karena pejabat yang menerima bingkisan itu tak bisa memakai barang vital itu, alias para lelaki, maka merah-padamlah mukanya. Ini pasti sindiran gaya Karanganyar. Lihat saja, betapa jailnya bingkisan di awal bulan November itu. Pengirimnya menyebut diri Durmagati dari Hastina. Ini jelas nama dan dunia wayang. Isi pesannya: "Dengan ini dikirim hadiah 'gotong royong' agar diterima baik-baik. Selanjutnya, agar saudara meningkatkan loyalitas dan selalu memenuhi petunjuk bupati." Alamat yang dicantumkan pengirim bingkisan ini adalah Itwilprov Jalan Tanjung 11A, Semarang. Maksudnya, Inspektorat Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Konon, alamat itu pun hanya dicatut. Bingkisan itu dikirim lewat pos. Yang menerima Kepala Bagian Hukum, Pemerintahan, Kepala Bappeda, dan Kepala Itwilkab Karanganyar. Heboh pun tersulut. Menjadi perbincangan seru, baik di kalangan pegawai rendahan maupun pegawai yang lebih tinggi. Lalu ada isu. Bingkisan aneh itu dikaitkan dengan "menguapnya" dana bantuan yang diterima Pemda Karanganyar untuk menanggulangi musibah bencana alam. Sumbangan yang dikirim Yayasan Dana Bantuan Gotong Royong berjumlah Rp20 juta untuk 11 kecamatan. Konon, kata isu, Rp8,5 juta disunat dan tak sampai ke tangan korban bencana. Uang itu nyasar ke beberapa pejabat dalam bentuk bingkisan. Inilah sindiran. Padahal, pejabat yang mendapat BH itu belum tentu ikut mendapat bingkisan Dana Gotong Royong. Suharno, S.H., Kepala Bagian Pemerintahan, misalnya, tak tahu-menahu soal dana Gotong Royong yang dijadikan bingkisan Lebaran. Menerima bingkisan Lebaran saja ia tidak. "Kalau bingkisan celana dalam dan BH memang menerima," katanya, sembari tertawa kecut, kepada Kastoyo Ramelan dari TEMPO. Lantas, apa BH itu dianggap penting dan serius serta mengganggu stabilitas di Karanganyar? Tidak. "Pengirim bingkisan itu mengajak saya bercanda," ujar Suharno lagi. Kepala Bagian Humas Pemda Karanganyar pun menganggap bingkisan ini sebagai lelucon. "Komentar saya tak lebih hanya lelucon saja. Titik," kata Suparman, si Humas itu. Jika masyarakat mulai lucu, maka itu pertanda stabilitas terjaga. Tapi betul tidaknya ada dana yang diselewengkan, mari kita usut ke Hastina. Budiono Darsono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus