FILM Saur Sepuh tak hanya laris, tapi juga bertuah menentukan jodoh. Kali ini pemeran utamanya bukan Mantili, melainkan Tuti. Primadona Desa Tritih Kulon, Cilacap, Jawa Tengah ini akhir September lalu menonton kisah petualangan Satria Madangkara yang lagi ngetop itu tanpa ini itu-nya. Yang bikin asyik Tuti, ia ditemani lima jejaka sedesanya. Tetapi di rumah, ayahnya, Atmodinoto, deg-degan. Orangtua ini mondar-mandir sembari ngedumel. Jarum jam sudah menunjuk angka sembilan malam lebih. Tuti belum juga nampak batang hidungnya. Jam sepuluh malam Tuti baru pulang. Ia diantar lima jejaka itu tadi. Atmo, yang sudah menghadang di mulut pintu, langsung menarik Tuti dibawa ke belakang rumah. Tak jelas Tuti dicecer pertanyaan apa. Yang jelas, kelima teman prianya tadi tak boleh pulang dulu. Lima belas menit kemudian Atmo muncul. Lima jejaka itu pucat pasi wajahnya. Didamprat? Bukan. Atmo bukannya marah, sebaliknya ia melemparkan pertanyaan yang bikin kaget. "Siapa di antara kalian yang mencintai Tuti?" tanya Atmo kalem. Lima jejaka itu saling pandang. Untuk beberapa saat tak berani menjawab. Malu-malu kucing, 'kali. Namun, Atmo terus mendesak. Sampai akhirnya Adi, 21 tahun menjawab lirih, "Saya mencintai Tuti, Pak." begitu Adi menyatakan cintanya, empat rekannya segera menyusul, "Saya juga, Pak! Saya juga, Pak!" Atmo manggut-manggut sembari senyum, persis Prabu Madangkara. Memilih satu di antara lima bukan perkara berat. Maka, di malam sepi itu Atmo bikin acara cerdas cermat. Siapa yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar, dia berhak memiliki primadona itu. Pertanyaannya berkaitan dengan apa yang barusan mereka tonton. Atmo mulai. "Siapa Mantili, tokoh wanita sakti dalam film Saur Sepuh?" tanyanya. Yudi, 22 tahun, dengan tangkas menjawab, "Mantili adalah negara asal Dewi Shinta, permaisuri Rama." Bak pengasuh acara cerdas cermat di TVRI, Atmo berteriak "Betul. Seratus untuk Yudi." Karena hanya Yudi satu-satunya yang bisa menjawab dan benar, empat jejaka lainnya serentak angkat kaki, dan gigit jari. Tentu saja Tuti bersukaria. "Saya memang mencintai Mas Yudi yang ganteng itu," kata pelajar SMEA kelas 3 ini kepada Slamet Subagyo dari TEMPO. Tapi kemenangan itu tak berarti membuat Yudi langsung membopong Tuti. Ada satu syarat lagi. Yudi, yang pengangguran itu, diberi kesempatan dua tahun mencari kerja. Hasil cerdas cermat itu hanya semacam ikatan pertunangan. "Cita-cita saya memang kawin setelah kerja," komentar Yudi Bagus, karena Tuti 'kan masih sekolah juga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini