SURABAYA dengan wilayah 29.i ,8 Ha hanya memiliki jalur jalan
seluas 260 Ha dengan panjang 375 Km. Berarti bagi kota
berpenduduk hampir 2,5 juta jiwa ini, fasilitas jalannya cuma 5%
dari jumlah wilayah. "Suatu kenyataan yang mengkhawatirkan",
tulis pemda KMS dalam sebuah serial brosur pembangunan kota.
Sebab, dengan pertambahan sekitar 10 ribu buah pertahun awal
tahun 1971 jumlah kendaraan di KMS mencapai hampir 80 ribu buah.
Belum termasuk kendaraan tak bermotor yang sekitar 115.900 buah
lebih.
Maka, 13 Juli 1970 Brigjen Soekotjo, ketika itu Walikota KMS
meminta kepada Menteri PUTL agar usaha penambahan jalan baru
dimasukkan anggaran Pelita. Barangkali, gagasan pembangunan
jalan lingkar serbaguna itu disetujui. Jalan Lingkar ini bakal
meliputi panjang 45 km, lebar 75 m serta dengan lebar pengerasan
35 m. Ditambah 19 jembatan. Menurut taksiran tahun 1971 gagasan
proyek ini bakal menelan biaya Rp 10 milyar. Konon, dengan dalih
biaya, gagasan itu terkatung-katung sampai sekarang. Meskipun
begitu menurut beberapa pejabat di Balaikota, gagasan itu bakal
dimulai pembangunan fisiknya akhir tahun depan.
Nasib gagasan Soekotjo buat menambah jumlah jalan itu, nampaknya
juga menimpa rencana pembuatan jalan kembar di jalan Kertajaya.
Meskipun, di samping alasan konvensionil yang selalu mengundang
maaf yakni biaya, karena "arus lalu lintas memang masih mampu
ditampung dalam 1 jalan", tukas Alie Prayitno, Humas Kotamadya
Surabaya pula. Tapi, kini tidak lagi. Karena tahun ini dapat
suntikan Inpres 6 sebesar Rp 93.086.00. Jalan sepanjang 1288 m,
bermula dari jembatan kereta api yang melintas pada perbatasan
jalan Sulawesi dengan jalan Kertajaya sampai kejembatan
Kalienur. Lewat ujung jalan ini pulalah nanti, bakal dibuat
lagi jalan baru menuju ke jalan lingkar yang direncanakan.
Dengan lebar 10 m, bakal dipisahkan dengan jalur hijau selebar 3
meter dengan jalan lama.
Masih dalam Inpres 6 tahun 1976-yang diKMS berjumlah Rp
761.914.000 -- tak kurang dari sepertiganya digunakan buat
membangun 7 jalan baru plus 9 buah jembatan. Proyek jalan
lainnya, kebanyakan menghubungkan daerah-daerah terpencil.
Seperti pembangunan jalan di Dukuh Kupang dari Stasiun relay TV
sampai Ngsong, yang bakal memberi fasilitas jalan pada proyek
TMP plus Islamic Centre. Beberapa jalan lainnya yang kini lagi
digarap, tak kurang dari sepanjang 5290 meter dengan lebar
aspalan 4 sampai 5 meter.
Meski pembangunan jalannya baru saja nampak menggebu, namun soal
lalu lintas masih juga menyedihkan. Itu, "lantaran belum adanya
distribusi lalu lintas yang merata', tukas sumber TEMPO di KMS.
Pada jalan-jalan utama yang dibuat satu jalur, memang lancar.
Tapi, pada beberapa jalan sampingan kemacetan itu nampak
menjadi-jadi. Menurut Alie Praitno, itu terjadi lantaran
beberapa daerah berkembang pesat menjadi daerah pemukiman yang
dilengkapi dengan pertokoannya sekali. Maka, Team survei lalu
lintas Inggeris yang dulu pernah melakukan penelitian lalu
lintas di Surabaya, pertengahan tahun ini diundang lagi.
Barangkali, memang masih perlu ditunggu hasilnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini