TERMINAL bis di kawasan Seuntui Banda Aceh, yang susah payah
dibangun Walikota Zein Hasyimi, ternyata tak dipedulikan para
pengusaha bis. Sebab terletak di kawasan yang jauh dari pusat
kota. Biar pun sudah sekian instruksi dicanangkan sang Walikota,
agar semua bis memasuki dan menggunakan terminal tersebut.
Bahkan bis-bis umum di seputar kota, tampaknya makin tak mau
ambil pusing. Hingga, misalnya, bis PMTOH, ATS, Nasional,
seenaknya menggunakan jalan yang terbilang ramai. Dan melakukan
bongkar muat barang di sana. Ini tentu saja cukup membahayakan
orang yang berlalu-lalang di sana. Misalnya, suatu waktu bisa
kejatuhan barang-barang berat yang diturunkan dari atas bis.
Lama tak kelihatan usaha walikota mencegahnya. Sampai akhirnya
keluar pengumuman yang berlaku mulai awal Agustus: mengharuskan
bis-bis jarak jauh masuk terminal. Tak dibenarkan memasuki kota,
kecuali mau masuk bengkel dalam keadaan kosong. Dipatuhi?
Mula-mula begitu. Setelah para petugas walikota repot
berjaga-jaga dan menggebraki bisbis itu.
Itupun tak lama. Sebab para pengusaha bis itu tampaknya memang
kurang setuju dengan pengumuman walikota. Terbukti tak kurang
dari 15 pengusaha bis yang berdomisili di Banda Aceh, kemudian
berkirim surat kepada walikota. Memprotes: keharusan menggunakan
terminal buat bongkar muat barang, mengakibatkan "para pedagang
kecil terpaksa mengeluarkan tambahan biaya". Dan merugi akibat
terlambatnya pelemparan barang-barang ke pasaran di pusat kota.
Kerusakan barang bertambah, karena mesti bongkar muat
berkali-kali.
Terminal Pembantu
Juga, keluhan masyarakat yang mesti menggunakan 2 - 3 kali
kendaraan. Dan yang paling tak enak di kuping walikota, agaknya,
ialah alasan bahwa terminal kurang representatif. Pembangunannya
tanpa musyawarah dengan Organda. Lalu disebut juga terminal ini
tak dikelola DLLAJR, tapi oleh swasta. Yakni seorang pensiunan
militer, pemborong bangunan terminal sendiri.
Belum terdengar tangkisan walikota. Dan apakah ia akan bersikap
lunak terhadap usul 15 pengusaha bis tersebut yang juga meminta
izin membuka stasiun pembantu di pusat kota dan diperbolehkan
bongkar muat barang di stasiun-stasiun pembantu itu atau di
tempat yang berarus lalu-lintas tak ramai. Diusulkan juga agar
Pemda Kodya membangun terminal yang strategis dan tak jauh dari
pusat kota.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini