Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Perlu Dievaluasi Agar Tak Jatuh Korban Lagi

Pemerintah harus tegas menindak pengelola gedung yang tidak menyiapkan antisipasi penanganan kebakaran.

6 Desember 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas pemadam kebakaran saat memadamkan api yang membakar Gedung Cyber 1 di Mampang, Jakarta, 2 Desember 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pemerintah DKI Jakarta diminta mengaudit sistem peringatan dan keselamatan gedung-gedung bertingkat di Ibu Kota, setelah terjadi kebakaran gedung Cyber 1 yang merenggut dua nyawa.

  • DPRD berharap pengelola gedung di Jakarta menerapkan sistem peringatan dan keselamatan yang memadai.

  • Dinas Gulkarmat pun diminta sering melakukan sidak dan simulasi kebakaran di gedung-gedung tinggi.

JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta didesak mengevaluasi sistem peringatan kebakaran pada gedung-gedung bertingkat di Ibu Kota. Desakan ini muncul setelah pada Jumat lalu dua orang tewas dalam kebakaran di gedung Cyber 1, Jakarta Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Seharusnya audit semacam ini dilakukan rutin 3-5 tahun sekali," kata pakar tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga, Sabtu lalu. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat), kata Nirwono, perlu juga sesekali menggelar inspeksi mendadak di gedung-gedung bertingkat. "Perlu dipastikan bahwa setiap gedung memang memiliki kesiapan peralatan, jalur evakuasi, sistem pelaporan, dan bagaimana penanganannya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain memastikan langkah penanganan, kata Nirwono, Dinas Gulkarmat perlu secara rutin menggelar simulasi kebakaran di gedung-gedung bertingkat. Harapannya, dengan simulasi itu, pengelola dan penghuni gedung punya kesiapan jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran.

Nirwono menyarankan pemerintah provinsi rutin mempublikasikan daftar gedung yang memang memiliki risiko tinggi saat terjadi kebakaran. Langkah ini pun harus dibarengi dengan tindakan berupa teguran. Jika pengelola gedung tidak mengindahkan teguran itu, pemerintah bisa memberikan sanksi. "Jika tetap tidak ada perbaikan, gedung dapat disegel sementara untuk keselamatan semua orang," kata Nirwono.

Sekretariat Komisi Bidang Pembangunan DPRD Jakarta, Syarif, meminta semua pengelola gedung di Ibu Kota menyiapkan sistem peringatan dan penyelamatan yang terbaik untuk mengantisipasi risiko kebakaran. Selain soal sistem peringatan dini, Syarif menyoroti pembangunan jalur evakuasi di setiap gedung. "Sebab, kebanyakan jalur evakuasi dibikin susah," kata dia. "Padahal saat kebakaran semua orang panik. Jadi, seharusnya jalur dibikin mudah."

Petugas pemadam kebakaran saat memecahkan kaca guna memudahkan untuk memadamkan api di Gedung Cyber 1, Mampang, Jakarta, 2 Desember 2021. Tempo/Hilman Fathurrahman W

Syarif berharap gedung-gedung di Jakarta menerapkan sistem peringatan dan keamanan modern untuk meminimalkan dampak jika terjadi kebakaran. Sistem itu pun harus mudah diterapkan sehingga langkah-langkah penanganan bisa dilakukan dengan cepat. "Penanganan yang cepat dan tepat sangat membantu mengurangi jumlah jatuhnya korban," ujarnya.

Kebakaran di gedung Cyber 1 terjadi pada Jumat lalu. Tiga orang terjebak di lantai dua gedung itu. Kepala Suku Dinas Gulkarmat Jakarta Selatan, Herbert Plider Lumban Gaol, mengatakan korban tidak sempat keluar karena api telah menghadang seluruh sisi ruangan.

Guna menyelamatkan korban, petugas pemadam menggunakan tangga lipat untuk mencapai lantai dua. Setelah memecahkan jendela, petugas masuk dan melihat ruangan sudah dipenuhi asap tebal. Ketiga korban ditemukan di ruangan terpisah sekitar 20 menit kemudian. Dua di antaranya meninggal karena terlalu banyak menghirup asap. Sedangkan satu orang lainnya masih menjalani perawatan.

Herbert menuturkan 140 personel dengan 22 mobil pemadam dikerahkan untuk memadamkan api. Api baru bisa dipadamkan dalam waktu 30 menit.

Manajer pengelola gedung Cyber 1, Dwi Anggodo, mengatakan sistem peringatan di gedung tersebut sebenarnya berfungsi normal saat terjadi kebakaran. Alarm peringatan pun berbunyi nyaring ketika api muncul. "Orang-orang keluar karena bunyi alarm," kata dia. "Gedung pengelola data kan memang harus memiliki sistem keamanan yang lebih ketat."

INDRA WIJAYA | ANT
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus