Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SRIMULAT yang kata benda berubah menjadi "Srimulatan"—kata sifat. Penyebabnya adalah adanya adegan, celetukan, dan gerakan tubuh yang sangat khas Srimulat. Publik, apalagi penggemar Srimulat, hafal dan bahkan bisa tertawa terbahak-bahak hanya dengan membayangkan atau membicarakannya.
Slapstick 1:
properti menusuk mata
Adegan khas slapstick Srimulat, berbagai properti yang hendak dipakai malah menusuk mata, bisa kacamata, telepon, atau pulpen. Bisa juga saat pemain minum teh yang disuguhkan, matanya "tertusuk" sendok teh yang lupa dikeluarkan dari cangkir. Biasanya disertai teriakan mengaduh.
Permainan kata
Pemain Srimulat mengulang kata-kata sehingga jadi ucapan khas mereka yang bisa memancing tawa penonton setiap kali diucapkan. Gepeng punya "Untung ada saya". Timbul punya "Akan tetapi…". Yang paling terkenal adalah milik Asmuni: "Ini hil yang mustahal".
Batur
Selepas lagu Whiskey and Soda, muncul pembantu sedang membersihkan meja dengan lap motif kotak-kotak merah, yang disampirkan di bahu. Sambil mengelap meja, dia mengeluhkan tingkah laku majikannya.
Slapstick 2:
merosot atau jatuh
Adegan slapstick Srimulat lainnya adalah saat duduk lalu merosot jatuh. Atau saat menaruh tangan di sandaran kursi ternyata sikut tak mendarat di pegangan kursi sehingga jatuh.
Pose khas
Setiap pemain punya gaya, tapi Gogon alias Margono dengan rambut Mohawk punya pose khas dengan menyilangkan tangan di depan dada, lalu kepala menunduk seperti mau menyeruduk. Atau Triman, misalnya, khas dengan gaya berkenalannya. "Nama saya Mbambaaangg haaa," katanya dengan mulut menganga lebar.
Make-up
Selain humor lisan dan bahasa tubuh, kekhasan pemain Srimulat adalah dandanannya, misalnya Mamiek dengan rambut pirang di bagian kiri dan kanan saja, Asmuni dengan kumis "Hitler", dan Gepeng dengan titik hitam di ujung bagian atas bibir kanan dan kiri.
Lemparan rokok
Hanya di pentas Srimulat penonton bisa melemparkan rokok atau uang ke panggung. Reaksi pemain biasanya mendadak menghentikan semua aktivitasnya, lalu mengambil rokok atau menginjak uang. Kalau rokok cuma satu, pemain memancing penonton melempar lagi dengan bilang, "Wah, ini adu domba. Pemainnya dua, kok, rokoknya cuma satu."
Keseleo lidah
Gepeng dan Timbul termasuk yang sering memainkan jurus ini. Gepeng dalam satu pementasan sebagai pembantu menyambut tamunya, "Bapak ini namanya mana? Eh, namanya Bapak mana? Eh, nyamananya siapa?
Membisiki
Salah satu adegan khas Srimulat adalah membisiki. Alternatif pertama saat dibisiki oleh pemain lain yang berkumis, orang yang dibisiki tertawa-tawa, dikira mendengar hal lucu, ternyata kupingnya geli terkena kumis. Alternatif kedua, jika pembisik lebih tinggi, seperti Tarzan membisiki Kadir, ia mau berbisik tapi mencari-cari kuping di ubun-ubun. "Mana kupingmu?" tanya Tarzan. Kadir yang kesal bilang, "Ini lo kuping," sambil menunjuk ke mata.
Naskah: Oktamandjaya Wiguna
Ilustrasi: Kiagoos Auliansyah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo