BERBAGAI unsur masyarakat, termasuk para tokoh dan aktivis prodemokrasi, berkumpul di Tugu Proklamasi, Jakarta, Senin pekan lalu. Di sana mereka—wartawan, aktivis antikorupsi, aktivis HAM, seniman, akademisi, mahasiswa—mendeklarasikan gerakan nasional anti-memilih politikus busuk dalam pemilu nanti. Politikus busuk adalah politikus yang korup dan menyalahgunakan jabatannya untuk me-nindas rakyat.
Menurut Rektor Universitas Paramadina, Nurcholish Madjid, perlawanan semacam ini mesti dimulai dengan gerakan moral. Ia yakin gerakan akan bergulir menjadi gerakan stuktural. ”Deklarasi ini baik untuk pendidikan politik bagi rakyat,” tuturnya di sela-sela acara.
Deklarasi itu dinilai tepat waktu karena bertepatan dengan batas akhir penyusunan daftar calon legislatif. Para calon ”anggota Dewan yang terhormat” mesti dikuliti untuk mengetahui siapa yang pantas mewakili rakyat. ”Untuk melawan jaringan koruptor, kita harus menyusun barisan,” ujar Imam Prasojo, seorang sosiolog.
Zainal Bakir, Imron Rosyid, Sapto Pradityo, Jobpie Sugiharto, Supriyantho Khafi, Sujatmiko (Mataram), TNR
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini