Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pasien Covid-19 di Jakarta makin sulit mendapat ruang perawatan sejak sebulan terakhir.
Ruang isolasi di 98 rumah sakit rujukan terisi 85 persen dan ICU 80 persen.
Di sejumlah rumah sakit, masuk Instalasi Gawat Darurat pun harus mengantri panjang.
SARI Madjid kelimpungan mencari ruang unit perawatan intensif (ICU) untuk sang kakak, Ratna Riantiarno, yang divonis terjangkit Covid-19. Awalnya aktris teater dan film layar lebar itu terindikasi demam berdarah, sehingga dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Bintaro, Tangerang Selatan, pada 12 Desember lalu. "Trombositnya turun," ujar Sari kepada Tempo, kemarin.
Di RSPI Bintaro, Ratna menjalani tes swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Hasilnya, perempuan berusia 68 tahun itu positif tertular virus corona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masalahnya, ruang ICU di RSPI Bintaro penuh. Padahal, salah seorang pendiri Teater Koma itu harus segera mendapat perawatan intensif karena terlihat bercak di paru-parunya. “Sempat masuk ruang isolasi, tapi diminta cari ruang ICU,” kata Sari, 58 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lewat teman dan kenalan dokter, Sari dan keluarganya mencari ruang ICU di sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19. Hasilnya, Ratna cuma sampai daftar tunggu di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Rumah Sakit Siloam Mampang, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Minggu, dan Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit. Baru belakangan, RSKD Duren Sawit mengabari ada ruang ICU kosong. “Kami langsung booking,” kata Sari, yang juga aktris teater.
Nyatanya, masalah belum selesai. Sebab, RSPI Bintaro hanya memiliki satu ambulans untuk mengantar pasien Covid-19. Beruntung, Ratna bisa dijemput oleh ambulans milik pemerintah DKI dan diantar ke rumah sakit di Jakarta Timur itu.
Ratna kemudian sampai di RSKD Duren Sawit pada pukul 22.30 pada 12 Desember malam. Kini, kondisi pemeran Rosmaida—ibu kos berdarah Minang dalam film Love for Sale 2—itu membaik.
Kesulitan mencari ruang perawatan bagi pasien Covid-19 juga dialami Rinjani Pangestu, warga Bojonggede, Bogor. Perempuan berusia 24 tahun itu mengatakan ibunya reaktif Covid-19 setelah menjalani rapid test di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong, Bogor, pada 19 Desember lalu.
Meski dinyatakan reaktif, ibu Rinjani tidak bisa langsung menjalani uji seka tenggorokan. Alasannya, layanan tes baru dibuka lagi pada Senin. “Jadi, saat itu, kami pulang ke rumah dengan kondisi mama sesak napas,” ujarnya.
Ahad pagi, sang ibu sesak napas lagi. Rinjani kemudian bertanya kepada Puskesmas Bojonggede mengenai penanganan lanjutan. Petugas puskesmas kemudian menyarankan agar ibu Rinjani menjalani tes swab mandiri dan mereka lakukan pada hari yang sama. Hasilnya baru keluar hari ini.
Mengantisipasi kemungkinan terburuk, Rinjani membawa ibunya ke RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Ahad menjelang tengah malam. Apa daya, ruang isolasi di rumah sakit itu penuh. “Instalasi gawat darurat juga full dan kami mendapat antrean nomor 12,” kata Rinjani. Mereka pun kembali ke rumah tanpa sempat diperiksa dokter.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan ketersediaan ruang isolasi ataupun ICU di 98 rumah sakit rujukan Covid-19 di Ibu Kota menipis selama sebulan terakhir. Per 20 Desember lalu, dari 6.663 ranjang isolasi, terisi 5.691 pasien atau mencapai 85 persen. Sedangkan dari 907 tempat tidur ICU, terisi 722 unit atau 80 persen.
Pemerintah DKI, Widyastuti melanjutkan, berupaya meningkatkan kapasitas bangsal isolasi dan ICU. “Kami menargetkan peningkatan kapasitas isolasi menjadi 7.171 dan ICU menjadi 1.020 di rumah sakit rujukan Covid-19 Jakarta, khususnya RSUD,” ujarnya.
GANGSAR PARIKESIT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo