Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sunat kilat

Pernikahan antara tarsini,22,dan warmo,27,di desa cilacap,banyumas,ja-teng,gagal. warmo meningggal 2 hari sebelum pesta. undangan sudah tersebar,pesta perkawinan diganti pesta sunatan keponakannya.

21 Juli 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAJATAN kawin berubah menjadi pesta sunatan, mungkin sekali ini baru terjadi. Tarsini, 22 tahun, dan Warmo, 27 tahun, warga Desa Cilacap, Kecamatan Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah, siap naik pelaminan, akhir Juni lalu. Persiapan sudah sangat matang. Undangan disebar ke seluruh warga dan para kerabat. Pengantin pria pun sudah mudik dan dapat cuti seminggu dari kerjanya di sebuah perusahaan di Jakarta. Lelaki gagah ini langsung menemui calon istrinya. Warmo merencanakan untuk memboyong Tarsini ke Jakarta, begitu selesai menikah. Bahkan, akan dipestakan sekali lagi di rumah pamannya di Jakarta. Esoknya, dua hari menjelang hari-H, di tengah kesibukan di rumah mempelai wanita, muncul utusan keluarga mempelai pria. Terengah-engah bagai dikejar hantu, si utusan mengabarkan: Warmo meninggal dunia. Innalillahi waina ilaihi raji'un. Bak petir di siang bolong, kabar itu membuat gempar keluarga mempelai wanita. "Saya langsung lunglai mendengar kabar itu," tutur Tarsini kepada Tri Juhari dari TEMPO. Suasana duka meliputi kedua keluarga. Tarsini, anak keempat dari enam bersaudara, kecewa berat. "Saya tak menduga ia bakal pergi secepat itu," kenang gadis manis itu. "Mungkin sudah takdirnya begitu," tambah Tarsini, yang sekarang membuka usaha jahitan di desanya. Memang manusia boleh berencana, namun keputusan urusan Tuhan. Tinggal lagi bagaimana caranya menanggulangi gagalnya rencana pernikahan tadi. Kayem Sukriyo, ayah Tarsini, segera mengadakan sidang kilat. Kemudian, musyawarah keluarga memutuskan: pesta jalan terus, karena undangan telanjur beredar dan aneka jenis hidangan juga siap menunggu tamu. Baik. Hanya, tentu, tak mudah mencomot orang untuk disandingkan. Yang paling mungkin cuma menggaet bocah untuk disunat. Maka, pesta kawin itu disulap jadi pesta sunatan. Mujur bisa diraih, rupanya ada bocah yang sudah waktunya di-supit. Yakni, Endar, 13 tahun -- tak lain dari keponakan Sukriyo sendiri. Endar mau, untungnya. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus