Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Suparno dan bandeng

Surabaya, menurut dinas perikanan setempat, banyak menghasilkan ikan. tambak-tambak tradisional menghasilkan 1,3 ton ikan setahun. dengan bantuan bank dunia, dinas perikanan membuat kolam percontohan. (kt)

10 April 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SURABAYA sebagai penghasil ikan memang jarang didengar orang. Meski itu tak berarti luput dari potensi. Ternyata menurut catatan Amry Bronto Kepala Dinas Perikanan Kotamadya Surabaya (KMS) sekurang-kurangny tcrdapat 6000 1 Ha tambak tradision dengan hasil 1,3 ribu ton setahun di kawasan kota ini. Belum lagi dengan armada 313 perahu sedang dan kecil plus 29 kapal motor berhasil mengeduk ikan laut sebanyak 6 ribu ton. Melirik daerah Gresik yang berhasil dengan proyek percontohannya (TEMPO 12 Oktober 1974) maka dengan kredit Bank Dunia yang nyaris Rp 3 juta Dinas Perikanan KMS mencoba membuat kolam percontohan (Dempond) di desa Tambakosowilangun Kecamatan Tandes. Memang nampaknya lewat Dempond ini bakal besar biaya operasionilnya. Sebab untuk konstruksi tambak yang dibutuhkan menurut Amry Bronto dibutuhkan biaya Rp 80 ribu/Ha. Belum lagi tiap Ha butuh 3 ton pupuk organik 3 kwt pupuk anorganik dedak 1 ton plus 60 kg obat-obatan. Namun, dengan tarjet 1 ton per tahun "setidak-tidaknya bisa dicapai 800 kwintal" tutur Amry Bronto kepada Anshari Thayib dari TEMPO. Soalnya angka kematian sejak penebaran nener sampai glondongan (umur 1 bulan bisa ditekan sampai 13 ton. Padahal, angka kematian ditambak tradisionil mencapai 40-50%. Lalu dari glondongan sampai menjadi ikan konsumsi pada tambak tradisionil masih harus berkurang lagi sebesar 20%nya. Namun pada tambak percontohan itu tinggal 3,5% saja. Dari berat 77 gram pada masa 2 bulan melonjak sampui 253,2 gram. Kontrak 5 Tahun Maka ketika Amry Bronto memberi laporan menyongsong panen Walikota Soeparno yang hadir tak berkedip melirik ikan bandeng yang terkumpul di pintu air itu. Bagaimana, apakah bisa untung? tanyanya. Meski belum menyebut angka pasti namun Dinas Perikanan yakin tentang itu. Dihitung-hitung dengan hasil 800 Kg/Ha dan harga Rp 400/Kg di tambak maka diperoleh hasil Rp 320 ribu. Padahal dengan hasil maksimal 300 Kg buat tambak tradisionil berarti petani tambak hanya meraih tak lebih dari Rp 90 ribu saja. Hasil itu tak sepenuhnya bakal dikantongi oleh Dinas Perikanan. Sebab lokasi tambak percontohan itu di tanah milik Haji Zainuddin dengan penggarapnya Markani. Pemilik tambak dengan janji bagi hasil 70% nampaknya telah teken kontrak kerjasama selama 5 tahun dengan Dinas Perikanan KMS. Walikota Soeparno yang memanen ikan di tambak percontohan itu nampuknya tersenyum. Barangkali sembari berfikir kalau dari 6 ribu Ha tambak di KMS itu begini semua tentu bakal lumayan hasilnya. Memang diharap 5 tahun lagi seluruh tambak sudah memakai sistim panca upaya tutur Amry Bronto pula. Setidak-tidaknya. Dinas Perikanan KMS lewat kredit serupa mendapat jatah memhuat Dempond seluas 500 Ha. Konon berhasil tidaknya Dempond ini memang bakal mempengaruhi mencairnya kredit Bank Dunia di wilayah ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus