Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MATAHARI sudah tenggelam saat bus pariwisata AO Transport AB-2660-CA melintas di jalan raya Desa Banyuglugur, Situbondo, Jawa Timur, Rabu pekan silam. Bus yang membawa 51 siswa, 1 pemandu wisata, dan 2 guru SMK Yayasan Pembinaan Generasi Muda (Yapemda) I Sleman itu sedang melaju ke arah Probolinggo. Mereka baru pulang dari berwisata ke Bali.
Ketika bus mendaki tanjakan dekat pintu PLTU Paiton sekitar 19.30 WIB, sebuah truk trailer L 8493 F yang melesat dari arah berlawanan melanggar marka jalan. Tak pelak, tabrakan hebat pun terjadi. Kedua kendaraan terhenti. Sempat mesinnya mati, bus lalu mundur dan menabrak truk pengangkut mangga di belakangnya.
Api tiba-tiba memercik, membakar dan menjalar ke dalam bus. Penumpang pun panik. Menurut Moh. Bakri, sopir truk pengangkut mangga, semua penumpang lari ke belakang, tapi pintu hidrolik tak dapat dibuka. Untuk menyelamatkan penumpang, Bakri berusaha membantu membukanya. ”Tapi tidak bisa,” katanya. Ia mencoba memecahkan kaca bus, gagal pula. Sejumlah 54 penumpang (49 perempuan, 5 laki-laki) akhirnya tewas terpanggang di dalam bus. Demikian papar ketua tim Disaster Victim Identification (DIV) Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Musaddeq.
Hingga Jumat siang pekan lalu, 14 jenazah perempuan belum teridentifikasi, tapi semua korban laki-laki sudah dikenali. ”Dari 14 orang itu sudah kami ambil sampelnya untuk tes DNA di Surabaya,” ujar Musaddeq. Polisi menetapkan tiga tersangka yang dianggap bertanggung jawab atas terjadinya musibah itu. Mereka adalah Aswan dan Kojin, masing-masing sopir bus dan trailer, serta M. Syafei, kernet trailer.
Tragedi serupa terjadi pada 23 Maret 1996, saat bus Kramatdjati jurusan Jakarta-Bandung terbakar. Akibatnya, 31 dari 39 penumpangnya tewas.
Diperkosa di Kuwait
DERITA tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia di negeri orang seperti tak pernah berhenti. Sejumlah 19 TKW dideportasi dari Kuwait, dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa pekan silam. Mereka mengaku, selama bekerja di Kuwait diperlakukan tak manusiawi oleh majikannya. Disiksa dan diperkosa. Gaji juga tak dibayarkan.
Seorang TKW asal Cianjur, Rina Arsita, 18 tahun, mengaku diperkosa majikan dan tiga anaknya. Malangnya, ketika mengadukan hal itu ke istri majikannya, ia malah dipukuli oleh seluruh keluarga majikannya dan dituduh memfitnah. Siksaan membuat Rina pingsan.
Rina berkisah, pemerkosa pertama adalah Ednan. Ini terjadi saat anak majikannya itu menyuruh Rina membereskan kamarnya. ”Tapi dari belakang tiba-tiba dia membekap dan langsung memperkosa saya,” tutur perempuan berparas cantik itu.
Pemerkosaan berlanjut, sampai melibatkan tiga lelaki yang melakukannya dengan ancaman pembunuhan. Takut terus berulang, Rina minta pulang ke Indonesia, tapi tak diizinkan. Ketika berhasil kabur, ia melaporkan kejadian itu ke Kedutaan Besar RI, tapi tak digubris. Polisi yang dilapori malah menahan korban, karena ia tak membawa paspor.
Sumini, TKW asal Pati, bahkan diperkosa oleh polisi yang menangkapnya. Ini gara-gara ia tak membawa paspor—yang selalu ditahan majikannya agar ia tak kabur. Si penangkap membawanya ke sebuah bar dan mencabulinya, lalu digiliri lima polisi lain. Hingga akhir pekan silam, para TKW ditampung di Wisma Bonang, Jakarta Pusat.
Serangan Maut di Morowali
KERUSUHAN pecah di Morowali, Sulawesi Tengah, sekitar 300 kilometer dari Poso, Jumat dini hari pekan silam. Tiga warga Desa Beteleme, Kecamatan Lembo, tewas ketika sekelompok orang bercadar menyerang. Mereka adalah Derina Mbai, Hengky Malito, dan Oster Tarioko, masing-masing 48, 36, dan 47 tahun. Dua lainnya yang tertembak kakinya dilarikan ke rumah sakit.
Penyerangan juga menghanguskan 27 rumah, tiga mobil, dan tujuh sepeda motor. Menurut Tempo News Room dari tempat kejadian, kerusuhan bermula dari penyerangan oleh orang-orang tak dikenal. Tiba-tiba muncul dari semak-semak, mereka memberondong ke udara.
Ketika warga berhamburan ke luar rumah, gerombolan langsung menembakinya. Warga cuma bisa menyelamatkan diri tanpa bisa melawan. Menurut saksi mata, insiden di lokasi PTPN IX di jalan utama Poso-Kolonodale, ibu kota Kabupaten Morodali itu berlangsung sekitar satu jam. ”Saya terpaksa ikut lari dan berusaha menelepon keluarga di Palu,” kata seorang saksi mata, Ny. Sence, 32 tahun.
Menurut juru bicara Polda Sulawesi Tengah, AKBP Agus Sugianto, pihaknya menurunkan dua SSK Brimob ke lokasi kejadian. Polisi menemukan empat selongsong peluru kaliber 5,56 mm, satu butir peluru dari senjata jenis FN, dan sebuah bom molotov. Motif penyerangan belum terungkap oleh polisi.
KAK Banyak Diminati
TERNYATA, ”kuat”-nya dorongan (sebagian) masyarakat Indonesia melakukan korupsi diiringi tingginya minat menjadi anggota Komisi Anti-Korupsi (KAK). Buktinya, meski masa pendaftaran baru berakhir 20 Oktober, sudah lebih dari 20 orang melamar.
”Minat masyarakat mendaftar tinggi,” kata Abdul Gani, Wakil Ketua I Panitia Seleksi KAK di Gedung Departemen Kehakiman dan HAM. Karena itu, ia yakin para pendaftar akan terus bertambah sebelum habisnya waktu pendaftaran. Malah ada peminat yang mendaftar sebelum pendaftaran dibuka, 1 Oktober—mereka ditolak, karena melanggar aturan.
Menurut Wakil Ketua II KAK, Adnan Buyung Nasution, panitia menyadari adanya orang-orang yang sebenarnya layak memimpin komisi itu, tapi mereka malu, segan, dan tak mau menonjolkan diri.
Selain lewat pendaftaran, katanya, ”Kami menyepakati menerima usulan nama dari pihak ketiga, seperti partai atau LSM, untuk menjaring tokoh-tokoh seperti itu.”
Pada 20 Oktober nanti, nama-nama yang masuk diumumkan ke publik. Masyarakat bisa memberi masukan tentang integritas calon. Yang lolos seleksi pendahuluan oleh panitia masih harus mengikuti uji kelayakan dan kepantasan di DPR, sebelum akhirnya ditetapkan oleh presiden.
Menurut Indeks Korupsi keluaran Masyarakat Transparansi Internasional, Indonesia menempati peringkat keenam negara terkorup di dunia. Dalam survei atas 133 negara itu, Indonesia hanya meraih indeks 1,9. Indeks 10 menunjukkan negara paling bersih dari korupsi.
Heli Tua Penyebab Musibah
HELIKOPTER yang ”usang” ditengarai penyebab tewasnya delapan prajurit Kopassus dalam latihan atraksi STABO (stabilized tactical air building operation) di Pantai Pusong, Lhok Seumawe, Aceh Utara, dua pekan lalu. Demikian kesimpulan sementara tim investigasi. Tim pimpinan Asisten Pengamanan KSAD, Mayjen Yudi Mugiyo Yusuf, ini telah menyelesaikan tugasnya 8 Oktober lalu.
Menurut KSAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, helikopter Bell 205, satu dari sekian heli yang dipakai berlatih, hanya memiliki dua baling-baling. ”Jadi, kalau diterpa angin kencang sedikit saja, bisa oleng dan jatuh,” katanya. Beda dengan jenis heli baru, yang berbaling-baling empat. Ia lalu menunjuk kejadian di Irian beberapa waktu lalu.
Meski investigasi sudah diakhiri, Mabes TNI-AD akan mempelajari kembali kecelakaan itu sebelum diambil kesimpulan akhir. ”Soal-soal detail sedang dihitung, kenapa bisa begini dan begitu,” kata KSAD.
Delapan anggota Kopassus dari Satuan Penanggulangan Teror 81 dan Grup Parako tewas saat berlatih STABO menjelang perayaan hari ulang tahun TNI. Tali yang mengikat tubuh mereka saat bergantungan pada heli diputus setelah helinya oleng oleh terpaan angin kencang. Ini memang sesuai dengan prosedur. Kedelapan almarhum adalah Sersan Dua Maksum, Prajurit Dua Nainggolan, Prajurit Kepala Sigit, Prajurit Kepala Afrianto, Sersan Satu Slamet Budiono, Prajurit Kepala Choirul Anam, Prajurit Kepala Dodi Suhendro, dan Prajurit Kepala Sugiono.
Prajurit Pemukul Bebas
MAJELIS hakim Mahkamah Militer 01/Banda Aceh, Jumat pekan lalu, memvonis bebas 12 anggota TNI Yonif-301/Prabu Kiansantang, Sumedang, Jawa Barat. Padahal, majelis hakim pimpinan Mayor CHK E. Trias Komara, S.H. itu meyakini mereka telah memukul warga dua desa di Aceh Utara, Geulumpang Sulu Timur dan Geulampang Sulu Barat, akhir Agustus lalu. Tapi, karena tak bisa dipertanggungjawabkan secara hukum, mereka dibebaskan.
”Kalian memang pernah memukul warga, tapi secara hukum tak bisa dipertanggungjawabkan. Karena saksi korban tidak mengenal siapa terdakwa yang memukul, juga terdakwa tak kenal siapa yang dipukulnya pada malam itu,” kata Tria.
Meski membebaskan para terdakwa, hakim ketua memberi catatan terhadap 12 prajurit Kostrad asal Kodam III Siliwangi itu agar tidak mengulangi perbuatannya. Para terdakwa memang mengakui memukul warga kedua desa itu, tapi mereka mengaku tak tahu siapa korbannya. Soalnya, pemukulan dilakukan di kegelapan malam terhadap warga dan petugas keamanan lingkungan.
Meski divonis bebas, juru bicara Komando Operasi TNI, Letkol CAJ Ahmad Yani Basuki, mengatakan mereka tetap akan dikenai hukuman. Ini karena terbukti mereka bertindak indisipliner.
Adi Prasetya,Sapto Yunus, Eni Saeni, Mahbub Junaidi, Darlis (Tempo News Room)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo