U sia boleh tua, malah mau masuk kepala delapan. Tapi tongkrongannya masih tetap segar. Selain itu, ingatan Sitor Situmorang, 79 tahun, sastrawan berkelas kepunyaan negeri ini, masih juga tokcer. Dia masih bisa mengingat detail sejarah hidup yang dilaluinya, termasuk isi cerpen lama yang dirilis ulang, Kisah Surat dari Legian, yang diluncurkan Rabu pekan silam. Resepnya apa, sih? "Mungkin faktor genetis. Bapak saya meninggal di usia 103 tahun. Atau mungkin juga karena alasan lain, yaitu air Danau Toba," katanya. Lo, kok?
Sitor menduga stamina kuat yang masih dimilikinya hingga kini itu disebabkan oleh kegemarannya berenang di Danau Toba ketika kecil. "Sehabis pulang sekolah, saya dan teman-teman paling suka berenang tak pakai baju," kenangnya terbahak. Selain itu, penulis buku Paris La Nuit ini ternyata punya olahraga khusus ketika masih bersekolah. Berjalan sepanjang tiga kilometer naik-turun bukit saat pergi-ke dan pulang-dari sekolah selama belasan tahun di kampung halaman diyakini Sitor sebagai salah satu resep kesehatan prima hingga kini. "Bayangkan sendiri bagaimana stamina saya," tuturnya.
Toh, Sitor mengaku tetap tak bisa melawan hukum alam. Badan tegap dan kaki kuat yang dimilikinya itu berbanding terbalik dengan kesehatan pancaindranya. Pendengarannya sudah berkurang. "Tapi Anda tidak perlu berteriak-teriak kalau berbicara dengan saya," katanya sambil tersenyum. Walau kedua matanya sudah agak rabun, Sitor mengaku masih bersemangat untuk berkarya. Kabarnya, masih ada beberapa karyanya yang akan diterbitkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini