Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tak Cukup Sepiring

Masa pembredelan menjadi pelajaran berharga. Muncul ide membuat surat kabar harian.

7 Maret 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GELAK tawa terdengar dari ruang rapat direksi PT Tempo Inti Media di Gedung Jaya, Jakarta Pusat. Selasa pagi, awal September 12 tahun silam itu, jajaran direksi Tempo sedang menggelar rapat rutin. Suasana hati direksi sedang bungah. Maklum, kinerja perusahaan terus meningkat. Majalah Tempo mampu menjadi market leader setelah satu tahun terbit kembali. ”Tempo ini bayi ajaib, ketika lahir langsung untung. Saat rapat, kami (direksi) jadi cuma ketawa-ketawa,” kata Leonardi Kusen, Direktur Utama Tempo Inti Media saat itu.

Toh, meski kondisi perusahaan kinclong, ujar dia, direksi ternyata menyimpan resah. Pangkal persoalannya perolehan iklan selama setahun terakhir. Pemasang iklan sebenarnya bejibun. Nilainya juga tinggi. Tapi, dari waktu ke waktu, angkanya tak beringsut naik. Seolah-olah mentok pada angka tertentu. Akhirnya rapat direksi itu berkesimpulan: Tempo harus berekspansi dan punya unit usaha baru agar bisa menampung iklan lain.

Hidup Tempo tak bisa lagi bergantung hanya pada satu majalah. Masa bredel dulu mengajarkan satu hal penting: jangan pernah mengandalkan hidup pada satu ”piring”. Jangan pernah lupa membuat rencana cadangan (contingency plan). Perusahaan memerlukan unit usaha lain yang, tentu saja, masih sejalan dengan bisnis inti. Akhirnya, kata Leo—sapaan akrabnya—mereka memutuskan membuat koran. ”Masalahnya, dari mana mendapat duit banyak,” ujar Leonardi di Jakarta dua pekan lalu.

Membikin koran butuh modal tak sedikit, Rp 30-40 miliar. Duit sebanyak itu, kata dia, tak bisa dikumpulkan dari pemegang saham atau pinjaman bank berbunga murah. Alhasil, pilihan yang paling mungkin untuk mendapatkan modal adalah lewat bursa efek, dengan cara melepas saham ke publik (initial public offering). Itu juga, kata dia, satu-satunya cara untuk mempertahankan independensi Tempo.

Leonardi—sebelumnya salah satu eksekutif di Grup Jaya—merancang sebuah ”misi mustahil”: secepat-cepatnya membawa Tempo ke lantai bursa dan menjadi media cetak pertama yang go public. Master dari Syracuse University, New York, Amerika Serikat, itu segera merancang jalan. Tahap awal mencari penjamin emisi. Awalnya muncul lima calon underwriter—salah satunya asing. Akhirnya Tempo memilih PT Trimegah Securities dan PT Victoria Kapitalindo International sebagai penjamin pelaksana emisi.

Dengan waktu persiapan cuma empat bulan, Tempo berhasil melepas saham ke bursa. Sebanyak 125 juta lembar saham perdana Tempo yang dilego ke publik ludes terjual dengan harga Rp 300 per lembar. Terjadi oversubscribe alias kelebihan pemesanan. ”Pertama kali media go public, dan sukses,” kata Avi Dwipayana, mantan Presiden Direktur PT Trimegah Securities Tbk, pekan lalu.

Kunci sukses penjualan saham, menurut Avi— kini Komisaris Trimegah Securities—terletak pada brand atau merek majalah Tempo yang kuat di masyarakat. ”Tempo punya nama besar. Waktu Tempo terbit lagi, majalah sejenis lain segera ditinggalkan,” tuturnya.

Pada Senin, 8 Januari 2001, saham PT Tempo Inti Media terdaftar resmi di Bursa Efek Jakarta—sekarang Bursa Efek Indonesia. Sejak hari itu, Tempo Inti Media tak hanya dimiliki Yayasan Jaya Raya, Yayasan 21 Juni, Yayasan Karyawan Tempo, dan PT Grafiti Pers. Saham Tempo juga dimiliki publik sebanyak 17,25 persen. Duit sekitar Rp 35 miliar dari hasil penjualan saham sebagian besar dipakai buat membuat surat kabar harian yang diberi nama Koran Tempo.

Namun rupanya nama besar majalah Tempo tak serta-merta berlaku buat sang adik. Koran Tempo tak langsung diterima pemasang iklan dan pembaca. Dari sisi ini, Tempo masih kalah jauh dari Kompas dan Media Indonesia, yang sudah lama hadir. Alhasil, Koran Tempo sempat berdarah-darah. Butuh delapan tahun menampilkan koran yang ”enak dibaca dan perlu”—laiknya sang kakak, majalah Tempo.

Masa-masa sulit Koran Tempo kini sudah lewat. Sejak tiga tahun lalu, pertumbuhan Koran Tempo terus meningkat. Direktur Utama Tempo Inti Media Bambang Harymurti mengatakan sekarang fokus manajemen mendorong pertumbuhan. ”Target kami, pada 2012, kerugian akumulasi perusahaan sudah nol,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus