MAKSUD hati menambang uang, apa daya uang melayang. Ini kabar dari Bali. Tergiur pada ilmu sakti ''Dewa Siwa'', banyak yang berguru kepada Mangku Renis di Dusun Kesimpar, Desa Besakih, Karangasem. Dengan mempelajari ilmu tadi, menurut dukun berusia 35 tahun itu, orang dapat membiakkan uang. Di zaman kredit macet, bisa dimaklumi kalau sampai 400 orang yang jadi muridnya. Kursus menambang uang ini dijanjikan cespleng dalam enam bulan. Tarifnya mulai Rp 2 juta sampai Rp 30 juta. Syarat lainnya: puasa tiga hari, menghafal jampi, serta beberapa kali upacara di kamar khusus sang dukun. Satu contoh, lembaran uang Rp 20 ribu, setelah dijampi-jampi, eh, langsung beranak jadi Rp 1,6 juta. ''Waktu praktek di kamarnya, saya bisa. Tapi, dicoba di rumah, tidak pernah berhasil,'' tutur salah seorang murid. Walaupun begitu, mereka sempat meneruskannya sampai dua tahun. Ternyata, dalam soal gagal ini, pengalaman murid hampir merata. Maka, empat orang di antaranya mengadu kepada Putu Sutarajaya, S.H., di Lembaga Bantuan Hukum Universitas Udayana, Denpasar. Mereka adalah I Made Oka, 48 tahun, yang mengaku telah membayar Rp 5 juta plus sebuah jip Jimny, I Dewa Putu Keramas, 66 tahun, kena Rp 10,5 juta, I Nyoman Sutrisna, 32 tahun, kena Rp 8,25 juta, dan Gusti Ngurah Putu Yudiana, 27 tahun, yang ludas Rp 10 juta. Seakan baru terjaga dari lena panjang, Made Oka, pedagang bahan bangunan di Desa Bunutin, menyesali dirinya. ''Bisnis saya terbengkalai, sampai saya menunggak kredit di bank,'' tuturnya kepada Putu Wirata dari TEMPO pekan lampau. Sesal tak berguna juga meluncur dari Nyoman Sutrisna. Sudah bagus bekerja di sebuah bank, eh, jadi murid Dukun Mangku, dia berhenti bekerja. ''Kalau memang bisa bikin uang sendiri, buat apa lagi saya bekerja,'' katanya. Tapi, mengapa sampai dua tahun baru buka mulut? ''Kami diikat sumpah,'' kata mereka serempak. Sumpah itu konon mengandung ancaman maut, yaitu: siapa yang membongkar rahasia ini akan tewas, dan itu dicontohkan dengan ayam yang kelojotan sehabis ditiup jampi si dukun. Tapi Oka merasa sumpah itu harus diha- dangnya karena urusan dianggapnya kian berlepotan. Misalnya, dari keponakan yang disusupkannya bekerja di rumah Dukun Mangku, didapat info bahwa ilmu itu hanya mangkus di tangan si dukun, dan bakal mentah di tangan orang lain. Rahasia itu dapat dikorek dari istri Wak Dukun, setelah belakangan ini mereka sering cekcok. Dengan penghasilannya yang lumayan, dukun ini rumahnya terbilang mewah di dusun itu, dan punya tiga mobil. Sehari-hari ia, konon, asyik berjudi di gelanggang sabung ayam. Yang membuat Oka nekat, ketika mengambil jipnya yang dipegang sang dukun, ia malah diadukan ke polisi dengan tuduhan merampok. Akibatnya, Oka sempat ditahan polisi. ''Kepalang basah, saya lapor saja ke LBH,'' ujarnya. Mereka ingin uangnya kembali. Menunggu perkara ini menggelinding ke pengadilan, boleh dicatat bahwa yang bisa disulap jadi berbiak itu adalah uang rupiah, bukan dolar Amerika. Tampaknya, ancaman hukuman yang tercantum di dalam lembar rupiah tak membuat siluman ngeri mempermainkannya. Itu berbeda dengan dolar Amerika: konon, siluman merinding karena di situ tercantum pesan, ''In God we trust ....''
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini