Pelukis Aceng Arief bersama istrinya, Ida Arif, dan putrinya, Azeta Arif, menggelar pameran lukisan bersama di Gedung Kesenian Jakarta, sejak 16 Juli sampai 31 Juli. Aceng yang jebolan ITB dan sehari-hari pegawai di Pemerintah Daerah Jawa Barat itu ''menceritakan'' pengalaman rohaninya selama menunaikan ibadah haji di atas kanvas. Sedangkan Ida memamerkan sketsa panorama bagian dunia yang pernah dijelajahinya. Adapun Azeta, yang pernah memenangkan penghargaan lomba lukis Musim Anak-Anak di Jerman tahun 1990 dan 1991, menggelar karya-karya khas anak-anak. Pameran lukisan ''Sketsa Keluarga'' ini bisa disaksikan mulai pukul 10.00 sampai 21.00. Syahnagra di TIM Penghayatan hidup berkesenian, konon, hanya bisa tercapai lewat pengembaraan fisik dan spiritual. Itulah yang dialami pelukis Syahnagra. Ia berkesempatan mengembara ke Swedia dan beberapa negara Eropa mempelajari seni grafis. Renungan semua itu dituangkan Syahnagra dalam sejumlah lukisan. Hasilnya bisa dilihat di pameran lukisan ''Rekaman Perjalanan Indone- siaEropa'', 23 Juli sampai 31 Juli 1993, di Galeri Cipta Taman Ismail Marzuki. Eddie Hara di Cemeti Seniman muda Eddie Hara memamerkan karya lukisan dan patungnya di Cemeti Gallery Yogyakarta sejak 3 Juli sampai 29 Juli 1993. Lukisan-lukisan Eddie penuh muatan gaya dekoratif, naif, ekspresif, dan juga fauvistik. ''Saya mengekspresikan hubungan manusia dengan binatang dan lingkungan lewat sentuhan humor, kesedihan, dan kegembiraan,'' kata Eddie, lulusan Institut Seni Rupa Indonesia Yogya. Namun, katanya, karya seninya berkenaan dengan problem yang mendunia, antara lain isu pencemaran lingkungan dan AIDS. (lihat Senirupa) Hitam Putih Klein Sampai 20 Agustus mendatang, 27 karya foto hitam-putih dan warna pemotret Belanda terkenal, Aart Klein, bisa disaksikan di Erasmus Huis, Jakarta. Pria kelahiran Amsterdam yang pernah bertugas di Hindia Belanda pada masa mudanya itu sudah memulai karier sebagai fotografer sejak tahun 1930. Usai Perang Dunia, ia bernaung di bawah agen foto Particam Pictures, yang mengkhu- suskan pemotretan di pentas seni. Kini ia gemar mengambil objek pemandangan pelabuhan, industri, dan air, khususnya di Provinsi Zeeland. Karya Klein, pendiri Perkumpulan Wartawan Foto Belanda itu, sering dinamakan ''grafis''. Dalam memotret, Klein menyukai perbedaan warna yang mencolok dan menekankan komposisi dalam bidang datar. Menghidupkan Dolanan Mainan yang mengasyikkan bagi anak-anak tak mesti yang mahal- mahal. Namun, di Jawa, umpamanya, permainan bocah seperti dakonan, nini thowok, gobaksodor, dan jamuran hampir punah ditelan zaman. Maka, untuk menggugah kembali minat terhadap permainan tradisional itu, pada tanggal 2227 Juli, diselenggarakan Festival Mainan Anak-Anak di Pura Mangkunegaran. Acara ini diikuti oleh peserta dari 27 provinsi, termasuk Irian Jaya, yang akan mengirim tiga tim. Menurut sutradara pergelaran ini, Darmadi S. Sen, tim dari Solo akan menghidupkan kembali jenis dolanan yang pernah populer di Pura Mangkunegaran. Berbagai macam permainan anak-anak tempo dulu, menurut budayawan Dharmamulya, bukan saja mempertebal rasa kesetiakawanan tapi juga punya nilai edukatif yang tinggi. Dalam festival itu, diselenggarakan pula seminar dan pengkajian mainan anak-anak. Pembicaranya antara lain ahli komunikasi massa Ishadi S.K., budayawan Umar Kayam, dan guru besar Fakultas Psikologi UI Hasan Walinono. Pesta akbar di Solo Pesta akbar teater akan berlangsung di arena Taman Budaya Surakarta, tanggal 17-20 Juli. Acara yang diberi nama ''Temu Teater 1993'' itu akan diisi mulai dari diskusi, lokakarya, sampai pementasan drama dari berbagai kota di Indonesia. Empat belas kali pementasan drama akan diawali oleh Teater Aquilla dari Jakarta, dengan lakon Jas Buka Iket Blangkon, dan ditutup lakon Orde Tabung dari Teater Gandrik Yogyakarta. Yang tampaknya akan meriah adalah penyelenggaraan berbagai diskusi dan lokakarya. Dalam diskusi itu akan dibahas berbagai topik mulai dari soal teater dan publiknya sampai manajemen modern dan pengelolaan teater. Pembicara dalam diskusi ini antara lain Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro, Menteri Penerangan Harmoko, tokoh teater seperti N. Riantiarno, Ikranagara, Saini K.M., dan pakar di berbagai bidang. Adapun Arifin C. Noer, Putu Wijaya, W.S. Rendra, Sardono W. Kusumo akan bicara panjang lebar dalam sejumlah lokakarya dalam ''Temu Teater 1993'' itu. Arifin akan mengetengahkan ''Konsep Penyutradaraan'', Putu Wijaya bicara soal ''Penuangan Gagasan ke atas Pentas'', W.S. Rendra mengambil topik ''Konsep Penafsiran Peran dan Realisasinya ke atas Pentas'', sedangkan Sardono bicara soal seni gerak. Hasil lokakarya ini akan diperagakan langsung tengah malam di Pendapa Taman Budaya Surakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini