Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tanda jenazah

Dua jenazah di rumah sakit hasan sadikin bandung, menjadi rebutan antara obar dan karim. setelah di- periksa dengan melihat tanda-tanda khusus, ternya- ta jenazah tersebut istri dan anak obar.

24 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEREBUT duka sungguh kurang enak dijadikan bahan cerita. Namun, inilah yang terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, awal Agustus lalu. Yang menjadi rebutan adalah dua jenazah -- sosok ibu dan satu bocah -- yang diduga sudah lebih dari seminggu jadi mayat. Keduanya ditemukan dalam sumur di rumah Jalan Cipedes Atas, Bandung, oleh pekerja yang membersihkan rumah kosong itu. Penemuan itu diberitahukan ketua RT setempat dan ke polisi. Sumur dites apakah mengandung gas racun atau tidak. Ternyata, sumur sedalam 12 meter itu tak beracun. Diameternya yang 70 cm itu lumayan menyulitkan orang turun hingga polisi memakai kait dengan tiga utas tali. Sesampai di atas dua sosok mayat sudah tidak mungkin dikenali, kecuali baunya yang semerbak. Prat-pret, bunyi kamera wartawan. Lalu jenazah itu dikirim ke rumah sakit tadi. Kabar segera beredar luas, hingga mampir ke telinga Obar, 40 tahun. Pedagang bajigur ini warga Desa Ciwaruga di Kabupaten Bandung, bermukim sekitar 7 km dari tempat kejadian. Obar datang ke rumah sakit karena menyangka mayat itu istrinya dan anaknya yang bungsu. Mereka belum pulang sejak akhir Juli lalu. Istrinya yang terserang gangguan jiwa itu, sebelum pergi, mengaku membawa anaknya itu untuk dicebokinya. Obar sudah mencarinya ke mana-mana. "Tiga dukun kami tanya. Yang satu bilang ke Purwakarta, kami cari ke sana. Dukun satu lagi bilang di Lembang, kami cari lagi di situ. Dukun yang lain bilang di sekitar Karang Setra, kami kejar. Tapi, hasilnya nihil," cerita Obar kepada Ahmad Taufik dari TEMPO. Ketika mendengar ada mayat ibu dan anak ditemukan, Obar berdebar. "Yah, sudah takdir, akhirnya yang kami temukan hanya mayat," rintihnya. Yakin dua mayat itu yang dicarinya, keluarga Obar menyiapkan penguburan. Namun, ketika Obar akan membawanya dari kamar mayat, ia dihadang Karim sekeluarga. "Eiit, tunggu dulu, mau dibawa ke mana. Ini mayat keluarga saya," kata Karim, dari Jalan Baladewa, Bandung. "Ini keluarga kami," bantah Obar. "Nggak bisa. Ini ada surat laporan kehilangan keluarga kami pada polisi," balas Karim. "Nggak, ini benar keluarga kami," sahut Obar hampir menangis. Mereka bersitegang urat leher. "Sudah, sudah. Kita periksa saja mayat itu, pasti ada tanda-tanda khusus," kata petugas. "Istri saya giginya bertumpuk tak rata," sambar Obar. Petugas jaga lalu menoleh pada Karim. "Kalau sepupu saya giginya tersusun rapi," jawab Karim. Mayat itu disorong ke kamar pemeriksaan. "Ternyata, giginya tidak rata," ujar petugas, dengan disaksikan dua keluarga yang bertikai. "Jadi, ini mayat istri saya, kan Pak," katanya. Karim belum menyerah. "Tapi anak kecil itu, mungkin, anak Ida," gumamnya. Ida itu sepupu Karim. Obar cepat membantah, "Masa, ibunya istri saya, anaknya bukan. Kan, ketemu di sumur sama-sama," kata Obar berkobar sambil menyebut ada tompel sebesar uang seratus rupiah di lengan kanan anaknya. Karim hanya mengangguk pelan. "Ya, kalau memang anaknya bapak ini, nggak apa-apa. Saya ingin meyakinkan ini keluarga saya yang hilang atau bukan," katanya. Giliran mayat kecil itu diperiksa. Ternyata, ciri khusus yang disebut Obar benar. "Bapak boleh bawa kedua mayat ini," ujar petugas. Sementara Karim risau menyusuri jejak keluarganya yang belum pulang, Obar dalam dukanya tampak gembira. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus