Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Teater Sembilu meraih prestasi pertamanya dalam Festival Teater Jakarta 2021.
Teater Camuss lebih banyak menggelar diskusi daring pada awal masa pandemi.
Teater ADA menggelar studi pentas lewat streaming YouTube.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alunan musik mengiringi nyanyian para siswa kelas XI IPS-1 yang memprotes guru PKn mereka karena selalu memberikan tugas. Musik berhenti setelah sang guru masuk ke kelas dan meminta siswa mempresentasikan tugas tentang isu korupsi. Para siswa pun memahami dengan baik isu rasuah, dari sisi hukum hingga jenis-jenisnya. Namun, setelah pelajaran berakhir, enam siswa yang masih berada di kelas justru dihadapkan pada ujian sesungguhnya tentang korupsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari panggung berlatar suasana kelas itulah Teater Sembilu tampil dalam Festival Teater Jakarta (FTJ) tahun lalu. Pementasan tersebut membawa kelompok teater dari SMAN 90 Jakarta ini menjadi salah satu dari lima grup terbaik festival yang ditaja Dewan Kesenian Jakarta pada 4-9 Desember 2021 itu. Mereka mementaskan lakon berjudul PKn. Pertunjukan itu kini bisa disaksikan di YouTube Dewan Kesenian Jakarta.
Pandemi yang memaksa para siswa belajar di rumah tak menyurutkan mereka untuk berkarya. Ini merupakan prestasi pertama bagi kelompok teater itu tampil dalam Festival Teater Jakarta. “Kami tetap melakukan latihan dan diskusi tentang produksi selanjutnya melalui daring,” kata Ketua Teater Sembilu periode 2020-2021, Evayasmin Rahmahtiamara, kepada Tempo, Kamis, 24 Maret 2022.
Teater Sembilu mementaskan PKn dalam Festival Teater Jakarta 2021. Dokumentasi Teater Sembilu
Sebelum tampil dalam FTJ di Taman Ismail Marzuki (TIM), mereka lebih dulu tampil di FTJ tingkat Jakarta Selatan di Pusat Pelatihan Seni dan Budaya, Tebet, 11 November 2021. Mereka bersaing dengan delapan kelompok lain untuk menjadi tiga besar demi mendapatkan tiket tampil dalam forum final di TIM. Di sana, mereka bertemu dengan 15 kelompok teater dari lima wilayah di DKI Jakarta.
Tentu saja persiapan untuk maju dalam festival itu tidak mudah. Yasmin mengungkapkan, ada sejumlah kendala yang dihadapi para pemain. Selain tak bisa berkumpul di sanggar karena sekolah ditutup akibat pandemi, banyak pemain tidak mendapat izin dari orang tua. Apalagi saat itu bertepatan dengan penilaian akhir tahun yang menyita perhatian para anggota.
Sesekali, Yasmin mengajukan izin ke sekolah untuk menggelar latihan karena kurang maksimalnya latihan melalui daring. “Kalau online banyak minusnya, terlebih ini pertama kalinya Teater Sembilu dapat bermain di FTJ. Jadi kami ingin menyiapkannya dengan lebih ekstra,” ujar remaja berusia 17 tahun tersebut.
Teater Camuss melakukan pementasan "Contraction area: tabularasa" karya sutradara Reza "Remon" Ghazali pada 13 November 2021 di Universitas Islam Asyafi'iah Kampus 1. Dokumentasi Teater Camuss
Tantangan menghadapi pandemi juga dirasakan betul oleh Teater Camuss Universitas Islam As-Syafi'iyah. Mereka sama sekali tak melakukan pementasan. Namun bukan berarti mereka vakum total. Para anggotanya tetap terhubung dan melakukan diskusi secara daring.
Mereka baru melakukan pementasan ketika angka kasus Covid-19 menurun pada awal 2021. “Akhirnya kampus memberikan izin, tapi tidak boleh di indoor. Oke di lapangan, tapi harus protokol kesehatan,” ujar Ketua Teater Camuss, Riki Wijayanto.
Kesuksesan pementasan pertama pada masa pandemi itu pun membuat Teater Camuss percaya diri mengadakan Festival Teater Kampus Jakarta (FTKJ). Mulanya, acara ini berjalan mulus dari tahap sosialisasi, pendaftaran, hingga pembukaan pada April-Juni 2021. Ketika gelombang varian Delta muncul pada pertengahan tahun lalu, kegiatan FTKJ pun mengalami sejumlah masalah.
Untuk lokakarya, misalnya, Teater Camuss selaku panitia akhirnya pontang-panting mencari tempat karena pihak kampus melarang ada kegiatan pengumpulan massa. Akhirnya, kata Riki, panitia mendapat izin tempat di sebuah sanggar di Pinang Ranti, Jakarta Timur. Selain itu, dari 12 komunitas peserta teater kampus yang lolos administrasi, hanya delapan yang bisa tampil.
Teater Syahid dari UIN Jakarta melakukan pementasan lakon cerita Janger Merah dan keluar sebagai juara pertama Festival Teater Kampus Jakarta. Dokumentasi Panitia FTKJ 2021
Adapun untuk lomba, para peserta manggung di kampus masing-masing dan juri yang akan mendatangi mereka. Sementara itu, penonton menyaksikannya melalui Zoom.
Setelah rangkaian kegiatan lomba selesai, Riki mengatakan panitia memberanikan diri melaksanakan pertunjukan di Gedung Wayang Orang, Jakarta Pusat. Para tamu undangan yang hadir dibatasi. “Alhamdulillah berjalan lancar,” kata mahasiswa jurusan teknik mesin tersebut.
Tahun ini, FTKJ akan kembali digelar. Teater Camuss, yang akan terlibat sebagai peserta, pun sudah mulai bersiap. Mereka mulai banyak melakukan riset serta mempersiapkan berbagai hal dari segi keaktoran, penyutradaraan, dan artistik.
Pementasan Teater Awal Bandung, A Round Stage "PURGATORY" karya W.B. Yeats (terjemahan Suyatna Anirun), dengan sutradara Dhany Jauharuddin (Sangu). YouTube Teater Awal Bandung
Teater Awal, yang merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, juga sempat vakum pentas sejak Maret 2020. Sebuah karya yang siap dipentaskan berjudul Somad Juragan Kumed pada 13-14 April terpaksa dibatalkan. Ketua Teater Awal, Alan Maulana Aldiansyah, mengatakan mereka tak bisa mengakses sanggar karena kampus ditutup. Akhirnya, mereka patungan menyewa sebuah rumah sebagai tempat latihan.
Kini sudah 10 bulan berjalan mereka menyewa rumah di samping kampus dengan biaya Rp 1,6 juta per bulan. Setiap latihan bisa terkumpul 20-an orang. “Kami berusaha terus produktif, dari diskusi sampai pementasan,” kata Alan.
Selama 2020-2021, rata-rata garapan produksi karyanya sebanyak 3-5 per tahun. Jumlah itu jauh lebih sedikit dibanding sebelum masa pandemi yang menawarkan banyak acara festival atau lomba, selain pementasan di kampus. Sebagai penggantinya, Teater Awal rajin ikut lomba-lomba monolog secara virtual.
Adapun pementasan terbaru mereka di panggung berlangsung pada Februari lalu. Mereka memainkan lakon berjudul Purgatory karya W.B. Yeats terjemahan Suyatna Anirun. Awalnya, Alan dan anggotanya tampil di kampus UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, lalu di kampus sendiri. Kemudian di sebuah padepokan seni di Garut, Jawa Barat.
“Penontonnya dibatasi hanya 50 orang di setiap tempat,” ujar pemuda berusia 21 tahun itu. Pertunjukan tersebut kini bisa disaksikan di kanal YouTube Teater Awal Bandung.
Teater ADA dalam pementasan lakon berjudul Bangkit dalam rangka studi pementasan di Balai Budaya Minomartani, Sleman, pada April 2021. Dokumentasi Teater ADA
Sanggar Teater ADA (Abayo Drama Association) Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) juga batal pentas pada awal kemunculan pagebluk. Padahal mereka sudah latihan selama 1,5 bulan. “Proposal (penggalangan dana) sudah disebar dan ada yang di-ACC. Terus kampus batal mengizinkan pentas,” staf humas Sanggar Teater ADA, Nobel Revo Syahbana, mengenang.
Kekecewaan yang sama dirasakan Khilda Assyafa Nabila, 20 tahun. Mimpi berakting di atas panggung pupus sudah. Apalagi Khilda menyukai dunia seni peran sejak duduk di bangku SMP. “Kelabakan semua, bingung,” kata Khilda, yang kini menjadi Ketua Sanggar Teater ADA.
Khilda dan Nobel merupakan calon anggota baru teater tersebut yang mendaftar pada 2019. Ada 60-an mahasiswa yang mendaftar pada tahun itu. Kemudian mereka menjalani workshop di alam terbuka selama tiga hari dua malam. Biasanya workshop digelar di pantai. Namun untuk angkatan Khilda dilakukan di Bumi Perkemahan Babarsari, Sleman.
Dalam workshop itu disampaikan teori dan praktik tentang materi keaktoran, dramaturgi, kesusastraan, lighting, dan keorganisasian. Malam harinya digelar latihan intuisi. Peserta diajari metode latihan olah rasa, olah vokal, olah tubuh, pendengaran, kepekaan, solidaritas, dan kepemimpinan.
Seusai lokakarya, para calon anggota baru mulai berlatih untuk pementasan yang disebut dengan studi pentas yang rencananya digelar pada 18 April 2020. Seusai pentas, barulah mereka dilantik menjadi anggota resmi Sanggar Teater ADA.
Mereka sempat mencoba mengundur waktu pementasan melihat perkembangan pandemi. “Awalnya diundur dua pekan. Paling lambat satu bulanlah. Terus mundur lagi November, sampai tak ada kejelasan waktu,” kata Khilda, yang juga mahasiswa Fakultas Bisnis dan Humaniora UTY.
Lebih repot lagi, kampus pun tutup. Mahasiswa mulai eksodus pulang kampung. Perkuliahan digelar secara daring. Khilda pun diminta orang tuanya pulang ke Pekalongan. Begitu juga awak teater yang lain, berikut para anggota baru. “Akhirnya baru bisa digelar pada 12 April 2021. Enggak kebayang mundur satu tahun,” kata Khilda. Itu pun digelar secara streaming di YouTube.
Teater ADA dalam pementasan lakon berjudul Bangkit dalam rangka studi pementasan di Balai Budaya Minomartani, Sleman, pada April 2021. Dokumentasi Teater ADA
Mereka menampilkan lakon berjudul Bangkit yang menggambarkan kondisi keluarga kecil yang terpuruk akibat pandemi. Khilda menjadi stage manager dan Nobel sebagai penata panggung. “Hingga pelantikan, dari angkatan kami kini tinggal enam orang,” kata Khilda.
Tak hanya studi pentas yang tertunda. Pertunjukan rutin yang semestinya diadakan setahun sekali pun tak digelar hingga saat ini. Sejumlah pengurus baru mulai kembali ke Yogyakarta menjelang akhir 2021. Sebelumnya, pada Oktober 2021, mereka kembali menyusun program kerja, seperti latihan rutin tiga kali sepekan secara offline serta diskusi online sepekan sekali tentang aransemen musik; melukis; serta menulis naskah drama, puisi, dan cerpen.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater 28 Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya, dalam pentas berjudul Lysistrata, di Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis, 17 Maret 2022. TEMPO/Rommy Roosyana
Di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Teater 28 Universitas Siliwangi juga tak luput dari dampak pandemi. Sebelumnya, komunitas teater mahasiswa ini memiliki agenda rutin pentas keliling di sejumlah kota besar di berbagai provinsi. Ketika wabah, agenda rutin ini berhenti total. Bahkan tiket salah satu acara pementasan sudah laku terjual 1.700 lembar.
"Karena dilarang, pementasan kami tunda. Padahal tiket sudah terjual 1.700 lembar lebih. Beruntung semua pembeli tiket tidak meminta uang kembali. Mereka memberi kami kesempatan untuk menunda pentas itu," kata Budi Riswandi alias Bode, sutradara Teater 28 periode 2003-2019.
Teater 28 Universitas Siliwangi merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa teater tertua di Tasikmalaya, yang berdiri pada 1990. Meski memiliki agenda pentas rutin keliling tujuh kota di Jawa Barat, tak ada donatur khusus yang membiayai mereka. Spirit bersama untuk mementaskan karya, kata Bode, mendorong mereka rela patungan untuk biaya pementasan.
Seorang aktris beraksi dalam pertunjukan bertajuk Orkes Dangdut Amal "Nuning Bacok" di Studio Ngaos Art, Jalan Cigeureung Kampung Tonjong, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu, 5 Maret 2022, malam. TEMPO/Rommy Roosyana
Kelompok lain yang bergairah di Taksimalaya adalah Teater Ngaos Art. Pada momentum Hari Teater Sedunia pada 27 Maret 2021, mereka mengadakan pertunjukan bertajuk "Geblug". Pentas itu digelar di Studio Ngaos Art, Jalan Cigeureung, Kampung Tonjong, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya.
Pentas "Geblug" merujuk pada naskah Bencana karya Samuel Becket yang diadaptasi oleh A.B. Asmarandana. Dalam naskah ini dikisahkan fenomena alam dan sosial, termasuk yang terjadi selama masa pandemi Covid-19. Menurut A.B. Asmarandana, pentas "Geblug" dihelat dengan protokol kesehatan ketat dan jumlah penontonnya dibatasi. Pertunjukan itu merupakan penawar rindu para pelaku seni, terutama teater, agar bisa bersilaturahmi.
Sebelumnya, tahun lalu, Ngaos Art menggelar beberapa pementasan di Studio Ngaos Art. Tahun ini, selain pentas "Geblug", Ngaos Art mementaskan beberapa pertunjukan, seperti pentas monolog Orkes Dangdut Amal "Nuning Bacok" pada 26 Februari dan 5 Maret 2022. Pertunjukan itu dilakukan untuk menghimpun donasi bagi seorang seniman yang telah setahun terakhir ini sakit.
Semua hasil penjualan tiket dan saweran dari para penonton pertunjukan yang naskahnya ditulis Andy S.W. itu didonasikan. Naskah berbentuk monolog tersebut disajikan berbeda oleh sutradara A.B. Asmarandana. Meski dimainkan oleh dua orang pemeran perempuan, kesan monolognya dipertahankan lantaran penonton hanya menyaksikan seorang pemain di panggung.
FRISKI RIANA | ANWAR SISWADI (BANDUNG) | PITO AGUSTIN RUDIANA (YOGYAKARTA) | ROMMY ROOSYANA (TASIKMALAYA)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo