Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Telanjang bertakbir

Markomah bersama 3 saudaranya bertelanjang bulat sambil bertakbir di depan sumur di pacor, purworejo untuk menjadikan sumur itu sebagai sumur zamzam. konon mereka menganut ilmu taqarrub muqarrabah.

22 Agustus 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ENAM orang yang bertelanjang bulat berdiri di bibir sumur. Badan mereka bergetar. Tangan menengadah ke atas, lalu bertakbir, "Allahuakbar... Allahuakbar... Lailahaillallah...." Ulah Markomah beserta anggota keluarganya ini mengusik sunyi malam di Desa Pacor, Kecamatan Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah, akhir bulan lalu. Markomah, 30 tahun, anak kedua dari Mbok Markinah, boleh dikata sebagai pelopor pengajian di desanya. Sejak tiga tahun lalu, gadis yang tak lulus SD ini sering mengikuti pengajian pada Misbah, putra Damanhuri, kiai ternama di Kutoarjo. Dalam pengajian itu, ikut pula Sami, 36 tahun, kakak Markomah. Misbah adalah penganut paham yang mengajarkan kepada setiap muridnya tentang ilmu Taqarrub Muqarrabah. "Ini bukan aliran, tapi suatu ilmu," ujar Kiai Damanhuri pada I Made Suarjana dari TEMPO. Tujuan ilmu ini, katanya, adalah sarana untuk bertobat dan mendekatkan diri pada Allah. Malam itu Markomah (ia pernah juga berguru pada seorang dukun di Cirebon) hendak mempraktekkan ajaran gurunya itu. Diikuti tiga anggota keluarganya, Markinah, Sami, dan Asfiniatun (anak Sami), rombongan menuju sumur di belakang rumah Mawardi, 50 meter dari rumah Markomah. Mereka berempat bertelanjang dan bergoyang sambil bertakbir. Suara mereka menarik perhatian Solikin dan Kamino, yang sedang bertugas siskamling malam itu. Petugas ini mengendap-endap menuju sasaran. Suasana remang-remang membuat penglihatan mereka agak terganggu. Ketika Solikin dan Kamino melihat ke sana, hatinya terkesiap dan detak jantung tak teratur. Bagaikan kena magnet, mereka berdua malah ikut menanggalkan pakaiannya. Dan, ya . . ., Tuhan. Mereka malah semakin keras bertakbir. Suara itu justru mengagetkan penduduk desa yang tak berlistrik itu. Dipimpin Supadi, Kepala Desa Pacor, penduduk beramai-ramai mendatangi sumur Mawardi. Tapi Markomah lepas. Dalam keadaan telanjang, gadis ini lari ke rumah gurunya. Dan di tangan gurunya inilah Markomah nurut. Konon, gadis berkulit hitam ini akan menjadikan perigi itu sebagai sumur "zamzam", hingga ia bikin acara aneh itu di situ. Markomah, katanya, pernah mendapat ilham. Bila acara itu dilangsungkan di pinggir sumur itu: mereka harus telanjang bulat. Kini kecuali Markomah, yang sampai sekarang masih "sakit", pada malam itu yang lain dibawa ke balai desa. Tetapi walau sudah diperiksa, polisi tak menahan mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus