ENAM orang yang bertelanjang bulat berdiri di bibir sumur. Badan mereka bergetar. Tangan menengadah ke atas, lalu bertakbir, "Allahuakbar... Allahuakbar... Lailahaillallah...." Ulah Markomah beserta anggota keluarganya ini mengusik sunyi malam di Desa Pacor, Kecamatan Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah, akhir bulan lalu. Markomah, 30 tahun, anak kedua dari Mbok Markinah, boleh dikata sebagai pelopor pengajian di desanya. Sejak tiga tahun lalu, gadis yang tak lulus SD ini sering mengikuti pengajian pada Misbah, putra Damanhuri, kiai ternama di Kutoarjo. Dalam pengajian itu, ikut pula Sami, 36 tahun, kakak Markomah. Misbah adalah penganut paham yang mengajarkan kepada setiap muridnya tentang ilmu Taqarrub Muqarrabah. "Ini bukan aliran, tapi suatu ilmu," ujar Kiai Damanhuri pada I Made Suarjana dari TEMPO. Tujuan ilmu ini, katanya, adalah sarana untuk bertobat dan mendekatkan diri pada Allah. Malam itu Markomah (ia pernah juga berguru pada seorang dukun di Cirebon) hendak mempraktekkan ajaran gurunya itu. Diikuti tiga anggota keluarganya, Markinah, Sami, dan Asfiniatun (anak Sami), rombongan menuju sumur di belakang rumah Mawardi, 50 meter dari rumah Markomah. Mereka berempat bertelanjang dan bergoyang sambil bertakbir. Suara mereka menarik perhatian Solikin dan Kamino, yang sedang bertugas siskamling malam itu. Petugas ini mengendap-endap menuju sasaran. Suasana remang-remang membuat penglihatan mereka agak terganggu. Ketika Solikin dan Kamino melihat ke sana, hatinya terkesiap dan detak jantung tak teratur. Bagaikan kena magnet, mereka berdua malah ikut menanggalkan pakaiannya. Dan, ya . . ., Tuhan. Mereka malah semakin keras bertakbir. Suara itu justru mengagetkan penduduk desa yang tak berlistrik itu. Dipimpin Supadi, Kepala Desa Pacor, penduduk beramai-ramai mendatangi sumur Mawardi. Tapi Markomah lepas. Dalam keadaan telanjang, gadis ini lari ke rumah gurunya. Dan di tangan gurunya inilah Markomah nurut. Konon, gadis berkulit hitam ini akan menjadikan perigi itu sebagai sumur "zamzam", hingga ia bikin acara aneh itu di situ. Markomah, katanya, pernah mendapat ilham. Bila acara itu dilangsungkan di pinggir sumur itu: mereka harus telanjang bulat. Kini kecuali Markomah, yang sampai sekarang masih "sakit", pada malam itu yang lain dibawa ke balai desa. Tetapi walau sudah diperiksa, polisi tak menahan mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini